Banyak orang menganggap kekuatan sebagai sesuatu yang besar, mencolok, dan mudah dikenali. Misalnya, orang yang sukses membangun perusahaan besar, atau yang berhasil menuntaskan pendidikan tinggi di luar negeri dengan prestasi gemilang. Namun bagi saya, kekuatan justru bersemayam dalam bentuk yang paling sunyi: Niat.
Saya meyakini bahwa setiap perjuangan dalam hidup selalu dimulai dari niat. Meski tak terlihat, niat mampu menggerakkan raga yang letih, menguatkan hati yang rapuh, dan menyalakan kembali semangat yang sempat meredup. Saya belajar bahwa kekuatan sejati bukan hanya tentang keberhasilan yang bisa dipamerkan, tetapi tentang kesadaran dalam melangkah, sekecil apa pun gerakannya.
Ada masa ketika saya merasa dunia berjalan terlalu cepat. Segalanya menuntut pencapaian yang instan, hebat, dan mengesankan. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, saya justru merasa hampa. Saya tetap menjalani rutinitas seperti biasa belajar, bekerja, bersosialisasi. Tetapi, batin saya terasa kosong. Saat itulah saya mulai bertanya: "Untuk apa semua ini? Mengapa saya memulainya?"
Saya teringat akan sabda Nabi Muhammad SAW yang ringkas namun penuh makna: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, walau sedikit." Ucapan ini menyadarkan saya bahwa sesuatu yang besar tidak harus dikerjakan sekaligus. Tindakan kecil pun bisa menjadi kekuatan besar, asalkan diniatkan dengan tulus dan dijalani dengan sadar.
Sejak itu, saya mulai membiasakan diri untuk menata niat di setiap awal hari. Saya luangkan waktu sejenak untuk duduk tenang, menarik napas dalam-dalam, lalu mencatat tiga hal yang ingin saya lakukan hari itu dengan penuh kesadaran. Kadang, hal-hal yang saya niatkan sangat sederhana, seperti berusaha lebih banyak tersenyum, bersabar saat menghadapi orang lain, atau tidak membandingkan diri dengan kehidupan orang lain di media sosial.
Kebiasaan kecil itu perlahan-lahan membuat saya merasa lebih tenang dan memiliki arah. Saya tidak lagi menjalani hari hanya sebagai rutinitas, melainkan sebagai bagian dari perjalanan yang bermakna. Setiap tugas terasa lebih hidup, bukan sekadar kewajiban yang harus diselesaikan.
Saya pun belajar memandang kegagalan dengan cara berbeda. Niat yang tulus membuat saya tidak takut gagal, karena saya tahu, dari kegagalan pun ada pelajaran. Konsep growth mindset yang diperkenalkan oleh Carol Dweck mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses tumbuh. Saya belajar untuk tidak menyalahkan diri ketika tidak berhasil, dan tetap menjaga semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari sebelumnya.
Hari ini, saya tidak bercita-cita menjadi yang paling unggul. Saya hanya ingin terus melangkah, walau perlahan, namun dengan penuh kesadaran dan niat yang utuh. Bagi saya, itulah kekuatan yang sebenarnya. Bukan soal siapa yang tercepat, tetapi siapa yang paling tahu alasan ia terus melangkah.
Dan bila suatu saat ada yang bertanya, "Apa kekuatan terbesarmu?" Maka dengan tenang saya akan menjawab: kekuatan saya adalah kemampuan menjaga niat dengan jujur, melangkah dengan sadar, dan tetap bertahan meski perlahan. Di sanalah, saya benar-benar merasa hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI