Jawabannya, rata-rata pemain Filipina, meski secara teknik dan speed kalah dari pemain Indonesia, namun, rata-rata dari mereka unggul kecerdasan intelegensi (otak) dan personality (emosi, attitude, kepribadian). Jadi, meski kalah teknik dan speed, mereka pakai otaknya bagaimana menghambat dan memprovikasi  pemain Indonesia yang lemah kecerdasan otak dan emosional/attitude/kepribadiaannya.
Singkatnya, terkait teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS), dari berbagai pelatih nasional yang pernah menangani Timnas, saya catat hanya Shin Tae-yong (STy) yang berani jujur dan terbuka bahwa rata-rata pemain Timnas Indonesia lemah TIPS.Â
Lemah intelegensi, personality
Tapi saat sudah didik dan dibina teknik dan speednya, dalam aplikasi di lapangan, kelemahan intelegensi dan personality tetap mendominasi.
Mudah terprovikasi/emosi, mengambil keputusan yang tidak tepat, tidak percaya diri, egois, individualis, dan sejenisnya. Karenanya, lawan-lawan Indonesia sangat paham bila melawan Indonesia, cukup diserang bagian otak dan emosinya, maka permainan akan sulit berkembang dan ujungnya mudah dikalahkan atau ditahan imbang.
Jujur, semua bagian dalam gerbong timnas U-23, siapa yang tidak paham regulasi Piala AFF U-23 2025. Produktivitas gol juga menjadi hal penting yang dikejar semua tim.
Tetapi, meski pasukan Filipina Muda kalah teknik dan speed, tapi dengan intelegensi dan personalitynya, mampu meredam Garuda Muda, hanya kalah 1 gol dari faktor tidak sengaja, bunuh diri. Mereka tidak peduli kartu kuning akan akan didapat, sebab itulah cara meredam Garuda Muda.Â
Garuda Muda "polos"
Bersyukur, semua hasil meredamnya, para penggawa Filipina boleh dikatakan berhasil, meski itu bisa dikategorikan licik. Semua demi melawan pemain "yang polos". Karena rendah intelektual dan personality.
Karena "polos", maka Garuda Muda pun sulit menceploskan gol. Padahal semua yang ada di dalam gerbong timnas U-23 tahu. Malaysia yang akan dihadapi dilaga terakhir. Bila hitung-hitungan poin dan selisih gol.
Kalah 3-0 tersingkir