Apakah kondisi tentang medsos yang tidak lagi sosial dan keberadaan konten kreator (TikToker, YouTube, dll) yang statusnya hingga kini masih liar, dipahami oleh pemerintah dan DPR, serta rakyat Indonesia? Mengapa masyarakat malah mendukung konten kreator, ikut meneruskan, menyebarkan, dan membagikan konten-konten buatan mereka yang tanpa aturan hukum, mematikan dunia jurnalisme resmi dan rata-rata hanya demi uang, di ruang-ruang medsos?
(Supartono JW.13052025)
Pengamat pendidikan nasional
Fungsi media sosial (medos), kini sudah tidak lagi sosial. Saya kutip dari Detiknet, Senin (12/5/2025), CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan, masa awal Facebook menyatukan kembali teman-teman lama tampaknya sudah berakhir. Dalam kesaksiannya di sidang Federal Trade Commission (FTC) Zuck, menyebut jumlah orang yang berbagi dengan teman-teman di Facebook khususnya, telah menurun.
Faktanya, Facebook (Fb) dulu fungsi utamanya adalah untuk menjalin hubungan online dengan teman dan keluarga. Namun, dalam dekade terakhir Fb dan medsos lainnya telah menjadi lebih menyerupai media biasa. Bahkan media biasa kalah fungsi oleh medsos.
Kini di dalam medsos ada video promosi yang dibuat oleh berbagi pihak sampai memanfaatkan selebritas. Juga video promosi yang dibuat oleh selebritis sendiri, oleh konten kreator (konkre), hingga berita dan video dari gelombang konten yang dihasilkan AI, dan lainnya.
Mirisnya lagi, orang-orang yang kita ikuti sudah jarang mengunggah pesan, yang diunggah malah konten untuk mencari uang. Atau hanya meneruskan dan membagikan konten dan berita dari orang lain, pihak lain. Medsos benar-benar berubah fungsi, tidak lagi sosial, tetapi menjadi media konten (medkon).
Lihatlah TikTok yang kini meledak. Praktis telah mengubah dinamika medsos saat ini. Interaksi sosial menjadi interaksi konten karena, tiba-tiba, di dunia ini menjamur konkre. Medsos pun penuh dengan konten atau berita dari konkre daripada interaksi dengan atau anggota keluarga.
Konkre liar-ilegal, pekerja pers kalah
Menjamurnya konkre yang mengubah medsos tidak lagi berfungsi sosial, tetapi berubah fungsi menjadi mesin pencari uang, fungsi ekonomi, pun menghantam fungsi media massa.
Kehadiran konkre, hingga detik ini masih liar. Tidak ada payung hukumnya, tidak ada regulasinya. Dan, tiba-tiba saja konkre sudah menjadi pekerjaan. Bahkan dengan mudahnya, siapa pun dapat melabeli dirinya dengan gelar konkre tidak harus menempuh pendidikan dulu. Tidak harus melalui perjuangan ini dan itu dulu terkait kompetensi dan profesionalisme.
Anak tidak sekolah tidak pernah mengenyam bangku pendidikan, tanpa ijazah, tanpa sertifikat profesi, malah bisa menjadi konkre dan konten-kontennya bahkan bisa viral.