Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

(24) Versus Bahrain, Lanjut atau Terhenti di Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026?

24 Maret 2025   20:24 Diperbarui: 24 Maret 2025   21:00 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


(24) Versus Bahrain, Lanjut atau  Terhenti di Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026?

Jelang meladeni Bahrain dalam laga hidup mati Timnas Garuda, benarkah ada yang memecah belah Timnas? Atau yang memecah belah justru "mereka" sendiri?

(Supartono JW.24032025)

Potret hari ke-24 ibadah Ramadan 1446 Hijriah, kembali saya arahkan kepada persiapan Timnas Indonesia menghadapi laga yang saya sebut sebagai laga hidup mati.

Pasalnya, apakah Timnas Indonesia dapat lanjut ke Piala Dunia langsung atau melalui babak keempat? Atau Tim Merah Putih akan dipastikan terhenti, tidak lanjut ke babak empat, bila saat melawan Bahrain, laga kedelapan Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025), kalah lagi.

Bila cerdas dan rendah hati

Sajatinya, bila Erick Thohir rendah hati, tidak sombong, tidak pongah, hingga memecat Shin Tae-yang (STy) tanpa etika dan moral, bisa jadi saat bertandang ke Australia, Timnas Indonesia tidak akan dihajar 1-5 oleh Australia pada laga ketujuh Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Sydney Football Stadium, Sydney, Kamis (20/3/2025).

Namun, karena kesalahan fatal Erick Thohir, segenap publik sepak bola nasional harus ikut menanggung malu di hadapan publik sepak bila Asia Tenggara, Asia, dan Dunia, karena Garuda dibantai Australia meski sudah diperkuat hampir 100 persen pemain yang dibina oleh negara Belanda.

Setali tiga uang, setelah Erick membuat kesalahan fatal karena harus memecat STy karena ambisi dan keegoisannya, sebab, pastinya STy sudah menguasai betul kedalaman Timnas, harus diganti oleh pelatih yang track record kepelatihanya buruk atau negatif.

Ternyata, fakta tentang buruk dan negatifnya Patrick Kluivert (PK) yang ada datanya, malah menambah derita Timnas. Bukannya PK mengembalikan pandangan negatif tentang dirinya dengan memberikan hasil seri atau imbang dalam debutnya mengampu Garuda, PK justru memberikan deskripsi dirinya yang selama ini sudah mengemuka, benar bahwa PK adalah pelatih yang tidak kompeten, bahkan tidak profesional, sekaligus memperburuk kondisi tuannya, Erick Thohir yang nilai pribadinya juga sudah turun di hadapan publik sepak bola nasional.

Siapa memecah belah?

Erick yang ambisius demi kepentingan dan keuntungan dirinya, merasa sudah menjadi orang hebat yang dibutuhkan sepak bola Indonesia, malah gemar bermedsos dan mengancam mundur. Bahkan, setelah Garuda kalah, Erick yang selama ini gemar masuk ke locker room pemain, Minggu (23/3/2025) kembali menyambangi pemain di Stadion Madya.

Lagi-lagi di tengah maksud kata-kata mendukung dan menyemangati, ternyata ada lagi berita yang dihembuskan oleh Erick, katanya ada yang memecah belah Timnas.

Siapa yang memecah belah, Pak Erick? Bukankah Pak Erick sendiri pelakunya? Apa kabar dengan kendala bahasa? Bukankah bahasanya sudah sama? Mengapa Garuda malah dibantai Australia?

Maaf, dengan penggawa Timnas yang terus bertambah pemain naturalisasinya, tidak usah PK yang jadi pelatih. Minta saja salah satu suporter Indonesia yang bukan dari praktisi atau pengamat sepak bola, tapi mengikuti perjalanan Timnas sejak awal di asuh STy, saya yakin bila pelatihnya hanya sekadar suporter, tidak akan dibantai sampai 5 gol oleh Australia.

Artinya, meneruskan buah pekerjaan STy, siapa pun publik sepak bola nasional, akan lebih cerdas dalam memilih komposisi pemain, game plan, strategi, dan taktik. Tidak perlu PK dan rekan yang kontraknya mahal.

Sampai di sini, apakah Erick paham, ya? Di mana letak kompetensi, profesionalisme, dan kecerdasan PK? Mengapa tiba-tiba menghembuskan kabar Timnas ada yang memecah belah? Drama terus.

Pihak Belanda bereaksi

Sejak Timnas Indonesia di asuh oleh STy sampai STy dipecat oleh Erick, meski pemainnya sama dari Belanda, belum pernah ada pihak Belanda yang sampai mengkritisi negatif.

Tetapi, begitu Timnas di asuh PJ dan tim dari Belanda, lalu kalah dari Australia, apa yang terjadi?
Ada pelatih sepak bola asal Belanda, Robert Maaskant, melontarkan kritik tajam terkait fenomena naturalisasi yang saat ini marak di tim nasional Indonesia. Pendapat tersebut diungkapkan Maaskant dalam podcast "De Maaskantine" yang ditayangkan di kanal YouTube Sportnieuws.

Pendapat Maaskant lainnya juga malah cukup menyedihkan, di antaranya saya simpulkan:
(1) Timnas yang diperkuat pemain naturalisasi sensasinya terlalu dibesar-besarkan.
(2) Mereka sama sekali tidak mengenal tim ini dan hampir tidak pernah melihat mereka bermain.
(3) Euforia publik sepak bola Indonesia berlebihan terhadap rekrutan baru timnas Indonesia.
(4) Satu-satunya hal yang mereka dengar adalah, 'Ya, pemain Belanda itu akan pergi ke Indonesia, ada sepuluh pemain Belanda di starting line-up timnas Indonesia.
(5) Menurutnya, meskipun timnas Indonesia diperkuat oleh pemain yang memiliki pengalaman bermain di Eredivisie, kualitas mereka masih jauh dari standar yang dibutuhkan untuk bersaing di ajang seperti Kualifikasi Piala Dunia.
(6) Australia, yang telah bermain di Piala Dunia selama bertahun-tahun, ternyata terlalu kuat bagi mereka, sebab para pemain ini tidak akan memilih Indonesia jika mereka memenuhi syarat untuk tim nasional Belanda.
(7) Mereka adalah pemain-pemain hebat di Eredivisie, tapi tentu saja grup itu tidak ada apa-apanya di level internasional.
(8) Membangun tim nasional yang kuat tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat hanya dengan mengandalkan naturalisasi. Hal itu tidak akan berubah dalam semalam.

Atas reaksi dari pihak Belanda itu, adakah reaksi Erick Thohir? Kita tunggu.

Atas situasi yang ada, saya pribadi sudah tidak bangga lagi dengan keberadaan Timnas yang hanya dijadikan kendaraan kepentingan pribadi dan golongan mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun