Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(14) Pada Saatnya: Berhentilah Peduli kepada yang Tidak Peduli

14 Maret 2025   23:52 Diperbarui: 14 Maret 2025   23:52 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


(14) Pada Saatnya: Berhentilah Peduli kepada yang Tidak Peduli

Pada saatnya, berhentilah memikirkan, mementingkan, dan membutuhkan orang-orang yang tidak memikirkan, tidak mementingkan, dan tidak membutuhkan kita.

(Supartono JW.14032025)

Di hari ke-14 ibadah Ramadan 1446 Hijriah, di Republik ini, saya merasakan bahwa rakyat semakin tebal rasa masa bodoh dalam arti negatif terhadap hal-hal yang berbau kebijakan atau yang bersinggungan dengan pemerintah. Pasalnya, di berbagai pemberitaan mau pun kolom komentar di medsos, apa pun hal terkait kebijakan pemerintah, rakyat sudah masa bodoh. Sebab, tidak ada yang berpengaruh kepada kemiskinan dan penderitaan. Rakyat tetap saja miskin dan menderita.

Malah terkait hal korupsi terbaru, Jumat (14/3/2025) di berbagai media massa juga diberitakan tentang adanya grup WhatsApp (WA) "Orang-Orang Senang" yang disinyalir dibuat oleh para koruptor.

Apa tanggapan masyarakat? Saat saya tanya kepada beberapa orang terkait hal tersebut, jawabnya, rata-rata "masa bodoh". Karena mereka menganggap itu hanya drama-drama mereka saja.

Di sekitar kita

Namun, dalam artikel ini, saya akan mengulas tentang hal masa bodoh dalam lingkup rakyat biasa saja. Semisal:

Saat ibadah Salat Isya dan Tarawih, berapa banyak orang-orang di Masjid yang masa bodoh dengan anak-anak yang hadir ke Masjid tanpa didampingi orang tua. Membuat ibadah Salat tidak khusu, karena anak-anak tidak ada yang mengendalikan.

Dalam kegiatan kekeluargaan, semisal hal olah raga dan lainnya, berapa banyak orang-orang yang mengabaikan tanggung jawab untuk hadir dalam kegiatan sesuai waktu yang ditentukan dan menyesuaikan dengan ibadah puasa. Meski ada grup WA, tetap saja masa bodoh tidak mengabarkan dirinya hadir atau tidak. Seperti sudah menjadi orang yang "mati".

Di jalan raya, meski sedang bulan Ramadan, tetap saja mudah ditemukan orang-orang yang masa bodoh melanggar peraturan lalu lintas. Tetap pasang badan saat ada sedikit masalah dengan pengendara lain.

Dan pada hal-hal yang terkait dengan diri kita sendiri, kira-kira ada berapa orang/pihak yang sudah masa bodoh pada diri kita. Meski selama ini, kita selalu berusaha menjaga pikiran, hati, perasaan, dan lainnya kepada mereka?

Berapa banyak pula, kita masa bodoh kepada orang lain/pihak lain, baik secara sadar dan tidak sadar, karena orang-orang yang kita masa bodohi, kita anggap layak untuk diperlakukan masa bodoh?

Masa bodoh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata majemuk masa bodoh bermakna menyatakan tidak senang hati, terserahlah, sesukamulah, tidak peduli apa-apa, tidak memperhatikan sama sekali, acuh tak acuh, tidak peduli apa-apa, tidak ikut memikirkan perkara orang lain.

Sejatinya, sikap masa bodoh atau bodo amat bisa menjadi positif jika ditempatkan pada situasi yang tepat. Sikap ini dapat membantu seseorang berpikir lebih jernih dan positif, sehingga tidak mudah stres atau baperan.

Namun, sikap masa bodoh yang berlebihan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Sikap ini bisa membuat seseorang tidak peduli terhadap hal-hal penting, terutama yang menyangkut hak dan kewajiban seseorang dengan orang lain, dengan pihak lain, dengan lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, grup/perkumpulan/kekeluargaan, dan lainnya.

Yang pasti, dampak negatif sikap masa bodoh terutama terhadap hal-hal penting dan  masalah sosial akan merugikan diri sendiri, merugikan orang lain, pihak lain, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, grup/perkumpulan/kekeluargaan, dan lainnya.

Berhentilah peduli

Bila kita, selama ini sudah berupaya peduli, tidak masa bodoh kepada orang lain, pihak lain, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, grup/perkumpulan/kekeluargaan, dan lainnya, namun tidak berbalas setimpal, maka tidak ada salahnya, kita rehat sejenak. Atau rehat sama sekali demi kebaikan diri kita sendiri.

Sebab, saat kita bersikap masa bodoh karena orang lain, pihak lain, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, grup/perkumpulan/kekeluargaan, dan lainnya, masa bodoh pada kita, kita dapat berbuat masa bodoh pula, bukan dengan maksud membalas.

Tetapi untuk maksud menyehatkan pikiran dan hati kita sendiri agar saat kita mengambil sikap masa bodoh, saat itu, kita manfaatkan untuk merefleksi diri, instrospeksi diri. Kita dapat berpikir lebih jernih dan positif, sehingga tidak stres dan terbawa perasaan akibat orang lain, pihak lain, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, grup/perkumpulan/kekeluargaan, dan lainnya, bersikap masa bodoh kepada kita.

Pada saatnya, berhentilah memikirkan, mementingkan, dan membutuhkan orang-orang yang tidak memikirkan, tidak mementingkan, dan tidak membutuhkan kita.

Agar pikiran dan hati kita tenang, ibadah Ramadan pun nyaman dan khusu, hingga mendapat maghfirah dari Allah. Aamiin YRA.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun