Sementara jumlah masyarakat yang sudah mengenyam bangku sekolah/kuliah, masih kalah banyak dibanding masyarakat awam.Â
Karena itu, melihat fenomena masyarakat yang abai terhadap PSBB dan aturan mudik, inilah hasil dari wajah pendidikan kita. Sudah begitu, pemimpin dan pemerintah pun, khususnya periode sekarang, tak mampu menjadi panutan dan teladan.Â
Analogi orang kaya 1 dan 2
Mungkin masalah kepemimpinan ini bisa saya analogikan seperti ada sebuah rumah besar di satu desa, milik orang kaya raya (orang kaya 1). Sekeliling rumah yang juga dipenuhi taman dan pohon buah-buahan, dan kolam ikan, ditembok keliling dengan sangat tinggi dan kokoh.Â
Di atas tembok pun, ditambah tempelan pecahan kaca dan beling, agar aman dari maling. Pun ada petugas keamanan. Namun, apa yang terjadi, saat musim buah dan musim panen ikan, sebelum panen dilakukan, buah dan ikan sudah ludes dijarah maling.Â
Sebaliknya di sebuah desa lain, pun ada rumah orang kaya (orang kaya 2), yang sama dengan orang kaya yang sekelilingnya ditembok keliling, penuh taman buah dan kolam ikan.Â
Bedanya rumah orang kaya yang satu ini, sekelilingnya tak ada tembok, dibiarkan terbuka menyatu dengan kondisi desa. Namun, hebatnya, tak ada maling yang menjarah buah dan ikan. Di mana letak masalahnya?Â
Ternyata orang kaya 1 itu tak akrab dengan warga, kikir, pelit, dan segala hal negatif lainnya. Berbeda dengan orang kaya 2, akrab dengan masyarakat, rendah hati, selalu berbagi dan berbagai sikap positif lainnya.Â
Maka, orang kaya 2 menjadi teladan dan disegani, dihormati, di desa itu. Tak perlu rumahnya ditembok keliling, warga sekitar malah sudah menjadi tembok keamanan orang kaya 2 ini.Â
Bagaimana bila karakter orang kaya 2 ini adalah karakter seluruh rakyat Indonesia? Sebab, orang kaya 2 adalah wujud dari manusia terdidik yang sebenarnya. Bagaimana bila karakter orang kaya 2 ini adalah pemimpin dan pemerintah Indonesia?Â
Sudah tentu, dalam pelaksanaan PSBB dan larangan mudik, tidak perlu ada  petugas dan aparat keamanaan yang harus berjaga.Â