Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Mementingkan Diri Sendiri?

10 Maret 2020   22:12 Diperbarui: 10 Maret 2020   22:30 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: doc.Supartono JW

Maka, dengan waktu yang tersisa, harus ada perjuangan agar "modal" mereka kembali, pun peroleh berbagai "keuntungan". 

Setali tiga uang, rakyat biasa dari kelas atas, menengah, hingga kelas bawah pun "berjuang" untuk "kehidupannya. 

Orang kaya tetap berupaya bagaimana tetap kaya, bisa milih tidur di mana, makan di mana, makan apa, mau barang mewah yang mana, mau keliling wisata ke mana? 

Orang kelas menengahpun berjuang agar dapat menjadi kaya, bisa  juga merasakan enaknya jadi orang kaya. 

Lalu, orang miskin, juga berjuang untuk hari ini bisa makan atau tidak, hari ini masih bisa tidur nyenyak atau tidak, atau berjuang bagaimana caranya esok hari masih bisa bernafas. 

Atas segala perjuangan kelompok kaya, menengah, dan miskin ini, pada akhirnya semakin membuat orang-orang ssmakin banyak hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri dan keluarganya. 

Bukan bagaimana berbagi dengan orang lain yang menderita dan hidup penuh kesengsaraan. Malahan semuanya demi mencapai tujuan hidup di "dunia" saling telikung terjadi. 

Karenanya, kini kita dapat melihat semakin banyak orang yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri. 

Orang yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, dalam istilah psikologi disebut "self absorded." 

Yah, kini di Indonesia, di sekeliling kehidupan kita, di lingkungan kerja, lingkungan sosial, lingkungan perkumpulan, lingkungan organisasi, lingkungan sekolah, lingkungan kampus, kantor, instansi, dan lingkungan tinggal kita dll, "self absorbed people" semakin merajalela. 

Ironisnya, orang-orang semacam ini justru bukan saja dari golongan yang jauh dari kehidupan agama, namun justru orang-orang yang taat agama pun ikut menjadi bagian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun