Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Kerajaan Fiktif dan Kerinduan Hadirnya Ratu Adil

30 Januari 2020   19:21 Diperbarui: 30 Januari 2020   19:25 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bukukita.com

Karenanya tidak mengerankan bahwa  para pengikut biasanya mau membayar untuk bisa bergabung di dalamnya. 

Ini mengingatkan bagaimana rakyat dalam kehidupan nyata juga berbondong bermimpi menjadi pegawai negeri atau militer, polisi dan lain sebagainya yang masih kental berbau KKN, terpenting mimpi terwujud nyata, meski lebih banyak yang tetap kecewa karena ada bumbu praktik korupsi terus melanda demi keuntungan pejabat yang mengelolanya. 

Dalam komunitas kerajaan fiktif, juga ada dua kepentingan. Pihak pertama adalah yang menjadi raja atau pemimpin yang menderita delusi keagungan, dan di pihak kedua adalah para pengikut yang merindukan jabatan penting. 

Bila kisah kerajaan fiktif ini dikaitkan dengan adanya Ratu Adil, juga masuk akal, sebab para rakyat yang menjadi pengikut dalam kerajaan fiktif ini sangat bermimpi memiliki pemimpin yang kuat dan adil, berpihak kepada rakyat. 

Dari berbagai literasi,  Ratu Adil atau bisa disebut Satria Piningit adalah mitologi (dongeng suci) yang mengungkapkan bahwa akan datang seorang pemimpin yang kelak akan menjadi penyelamat. 

Satria Piningit ini, akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya dan tanda-tanda akan kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti. 


Apakah pemerintahan sekarang, pemimpinnya sudah masuk kategori raja besar seperti ramalan Prabu Jayabaya? Faktanya, kemelut sosial lahirnya kerajaan-kerajaan fiktif di Indonesia masih mudah dijinakkan oleh aparat keamanan di bawah naungan pemimpin negeri. 

Lalu, menyoal malapetaka alam, sejatinya negeri ini terus dilanda oleh bencana alam di berbagai daerah. Namun, malapetaka alam ini, justru dimanfaatkan oleh para elite partai sebagai senjata saling menyerang lawan partainya.

Ironis. Apakah "saya" (baca: rakyat) tidak boleh bermimpi punya rumah mewah, mobil mewah, berpakaian mewah, dapat jabatan mewah dengan seragam kebesaran. 

Apakah saya tidak boleh memilih makan apa? Makan di mana? Sementara, sebelum semua mimpi itu dapat terwujud, "saya" malah jadi santapan "makan", "mereka". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun