Mohon tunggu...
Badminton desa
Badminton desa Mohon Tunggu... Freelancer - Saya hanya penikmat Badminton

Saya suka Bulutangkis dari kecil

Selanjutnya

Tutup

Raket

KPAI, Kalianlah yang Mengeksploitasi Anak, Bukan PB Djarum

9 September 2019   23:29 Diperbarui: 9 September 2019   23:45 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Indonesia paska reformasi muncul banyak sekali Komisi, salah satunya KPAI, sebenarnya saya malas mengurus para SJW ini, tapi karena mereka sudah menyerempet satu satunya olahraga yang buat bangga negara ini sampai level Kejuaraan Dunia dan Olimpiade dan dapat menambah rasa Nasionalisme anak bangsa karena bangga lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dan disaksikan oleh seluruh mata dunia

Bulutangkis adalah Olahraga mahal, untuk dapat bermain saja kita harus mengeluarkan banyak biaya mulai dari Raket yang harganya bisa sampai ratusan ribu, lalu Shuttlekok yang harus dibeli tiap main karena pasti rusak, saya teringat pada masa kecil dulu kami bermain Bulutangkis dengan menggunakan Lempeng/Papan kayu yang dibuat menyerupai Raket dan mencari sisa sisa kok rusak yang kadang hanya bersisa bagian bawahnya saja

Ya, bagian bawahnya yang keras itu kami pakai untuk bermain suara keras saat kok terkena lempengan kayu, sampai NET untuk bermain pun kami cuma pakai tali Rafia syukur2 kalau ada bekas jaring ikan bisa kita pakai, orangtua kami selalu berucap doa " Nak bermainlah yang bagus agar bisa seperti Taufik Hidayat"

Bandingkan dengan usaha PB DJarum membiayai sebuah Sekolah Bulutangkis, berapa banyak biaya yang mereka tanggung daripada mengoceh PB Djarum memanfaatkan anak2 lewat logo di kaos mereka, yang bagi Djarum itu tidak berefek apapun pada produknya, bahkan Djarum rela melepas semua atribut DJarum asal pembinaan jalan, tapi apa yang dilakukan KPAI ? mereka malah menolak semua keterlibatan Djarum dalam dunia Bulutangkis

itu membuktikan bahwa Djarum tak peduli kalau Merknya dibuang total dari semua atribut peserta dan tempat pelaksana, mereka takan rugi dengan hal itu

https://twitter.com/indosupporter/status/1170558994785554434 sumber Bolasport

https://twitter.com/Pramudya_anjar/status/1170918142698086401

Belum cukup sampai disitu, ternyata KPAI ikut menerima Dana Asing plus dana Negara berjumlah 15 Milyar Rupiah pada tahun 2018 lalu, kemana semua dana ini disalurkan ? apa pertanggungjawaban mereka dengan semua dana ini ? apa manfaatnya bagi anak2 indonesia ? apa yang mereka lakukan hanya menjadi Buzzer Tanpa Solusi ? ini yang menurut saya KALIANLAH YANG MENG EXPLOITASI ANAK untuk mendapat uang sumbangan dari dalam dan luar negeri

Apa anda masih mengingat kasus engeline  ? bagaimana uang sumbangan untuk keluarga kandung Engeline

baca beritanya disini https://regional.kompas.com/read/2015/08/11/08374111/unpad 

(kpai.go.id)

Ahok pernah ingin membubarkan KPAI

Menurut beliau KPAI salah satu komisi yang menghabiskan uang negara tapi hasilnya tidak jelas, saya setuju dengan Pak Ahok, sudah saatnya membubarkan Lembaga yang  tidak faedah dan jelas tujuan mereka serta penuh kepentingan

KPAI kalian bagaikan orang yang meludah ke atas dan kena Muka sendiri, teriak exploitasi anak, tapi kalian sendiri sadarkah juga terlibat ? banyak orang berkata kenapa badminton yang jadi sasaran KPAI sedangkan banyak sinetron yang pemainya anak2 dan harus stripping harian dari pagi sampai malam ? ada berapa banyak anak di doktrin ikut Jihad saat demo  kemarin ? kenapa mereka diam saja

Sudahlah nasi sudah jadi bubur, kemunafikan mereka sudah terpampang jelas di depan mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun