Mohon tunggu...
Sitti Marlina
Sitti Marlina Mohon Tunggu... -

Senin, ketika suara bayi perempuan memecah kesunyian di pagi hari. Lina, sapaan akrabnya.Lahir di daerah dingin dengan suasana keluarga sesejuk pegunungan.Dengan kesejukan alam ia tumbuh menjadi gadis remaja yang dikenal tomboy.Dan kini dia tumbuh menjadi dewasa dengan tempaan kota metropolitan. ckckckck...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adikku Dikeroyok oleh...

1 Agustus 2013   00:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:46 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku baru saja menjejakkan kaki di Kota Makassar ketika itu aku langsung ingin mengungkapkan segala yang menggumpal sebelum aku sampai di Kota Daeng. Ku ceritakan dengan panjang kisahku yang dimulai pagi tadi. *** Sekitar pukul 11 pagi (1/8/3013), aku mendapat telepon dari kakakku yang kedua memberikan kabar yang menghantamku dari keceriaan menerima materi mata kuliah. Adikku yang paling bungsu Marhaban dikeroyok oleh orang. Sontak darahku mendidih. Beribu pertanyaan beradu ingin segera dijawab. Aku terdiam sesaat, kemudian mencari tahu apa, mengapa, bagaimana sampai orang-orang itu tega mengeroyok adikku yang masih duduk di bangku SMA. Ingin rasanya aku segera pulang ke kampung untuk melihat keadaannya. Setelah mencari tahu keadaan adikku, bersama dengan kakakku yang baru sampai di Makassar pagi tadi untuk segera pulang ke kampung halaman. Sepanjang perjalanan aku berharap jika itu hanya berita bohong yang disebarkan oleh orang tak bertanggungjawab. Namun, pada akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa itu berita benar. Perjalanan yang harus ditempuh 1,5 jam kini tidak cukup sejaman untuk sampai di tempat adikku dirawat. Menurut keterangan adikku, saat itu dia sedang bertamu dirumah temannya sekitar pukul 10 lewat beberapa menit(31/7/2013). tapi karena ingin buang air kecil ia turun dari rumah panggung. setelah buang air, tiba-tiba tanpa disadari lima orang memukulnya dengan kayu tanpa disadarinya. Tiga pukulan yang mendarat dikakinya tak membuatnya jatuh. Tapi pukulan yang berikutnya mendarat dilehernya menggoyahkannya hingga jatuh, dan mereka berlima ini mengeroyoknya beramai-ramai. Orang-orang yang diatas rumah segera turun setelah mendengar teriakan minta tolong dari adikku. Pemukulan itu sendiri terjadi sekitar pukul 11 malam. Saat orang-orang mulai datang adikku sudah dalam posisi tidur telentang diantara bunga-bunga yang dijadikan pagar hidup masyarakat. Tak terbayangkan bagaimana sakit yang dialami oleh adikku. Salah seorang dari mereka yang mengeroyok, adikku mengenalnya. Namanya Adi, Adi ini yang pernah mengeroyok keponakanku di kampung juga beberapa waktu lalu. Entah seperti apa , dan terbuat dari apa mereka tega mengeroyok anak-anak dibawah umur. Dan parahnya, setelah mengeroyok adikku, Adi dan cs ini langsung bersembunyi di rumah kepala desa (menurut keterangan saksi mata). Ya desaku terletak disekitaran kaki gunung lompobattang, Desa Bontotangnga Kecamatan Bontolempangan kabupaten Gowa. Cek per cek Adi ini adalah keponakan Kepala Desa Bontotangnga yang baru saja dilantik menjadi kepala desa baru-baru ini. Mendengar keterangan adikku yang bahkan tak bisa melihat dengan mata kirinya karena lebam, orang-orang yang memukulnya berbadan besar. Juga keterangan dari saksi mata bahwa yang memukulnya ada lima dan ada yang dia kenali selain Adi yakni Iwan dan Manai. Adikku kini mengalami luka di batang leher kiri, lebam pada lengan sebelah kanan, pelipis, mata, hidung, rahang, pokoknya wajah sebelah kiri dan kepala yang bocor karena pukulan tersebut. Saat melihatnya, aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, menggigit bibir sekuat mungkin menahan tangis. Mengingat bahwa kekuatan saya harus ada untuk menguatkan keluargaku. Dan masih mengingat Allah pasti akan membalas dengan yang setimpal. Tapi kembali aku berpikir bahwa ketika saya hanya diam maka akan ada Marhaban-Marhaban yang lain yang akan jadi korban di kampung yang dulu selalu ku rindukan. Olehnya itu kami sekeluarga melaporkan ke kantor polisi di Sapaya Kecamatan Bungaya. Jauh... Ya jauh memang, beda kecamatan tapi hanya ini yang bisa kami lakukan. Mengingat orang yang kami lawan bukan orang sembarangan. Orang berduit yang bisa membayar apa saja demi pembenarannya di kecamatan kami tepatnya desa kami. Adikku kini diluar kecamatan desa kami berada, dirawat dirumah keluarga disana. Saya bahkan tak tahu harus kemana bercerita tentang ini, tapi ini bukan masalah baru di desaku. Orang cenderung semena-mena karena keluarganya jadi kepala desa. Karena semua hal digampangkan dengan jalur pintas. Bahkan mendengar kabar angin bahwa orang yang mengeroyok adikku masih berkeliaran dengan bangganya setelah mengeroyok anak dibawah umur. Praktek seperti ini akan menjadi budaya bagi mereka yang memegang jabatan. Tak ada lagi ketentraman yang diciptakan oleh para petinggi. Akankah tercipta jika mengharuskan pembenaran akan perbuatan yang tak terpuji. Menghalalkan segala cara untuk mencapai hal-hal yang diinginkannya. masihkah ada yang peduli? Masihkah ada hukum di negeri ini? Sitti Marlina 1 Agustus 2013

13752913011447764770
13752913011447764770
1375291372525635181
1375291372525635181

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun