Mohon tunggu...
sitti sarifa kartika kinasih
sitti sarifa kartika kinasih Mohon Tunggu... freelancer

ibu rumah tangga yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mycena Hikari

7 September 2023   09:50 Diperbarui: 8 November 2024   01:42 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wikipedia.org

“Nama kakekku? Prof. Zulkifli Iskandar. Ohya, ayo masuk,” ajak Lumi sambil menarik tangan Sena untuk duduk di tempat tidur miliknya. Sena bersyukur dalam hati sebab teman barunya ini ternyata sangat ramah.

Lumi ternyata sedang mengerjakan sesuatu memakai laptop. Laptopnya terlihat masih menyala. Lumi bergegas menyentuh tombol shut down agar laptopnya mati. Di meja belajarnya sedang berserakan banyak buku-buku tebal. Lemari bukunya juga penuh dengan novel, komik, buku biografi, dan buku-buku pelajaran.

“Oh iya, Kak, kalau boleh tahu nama Kakak dari bahasa apa ya?” malu-malu Sena bertanya.

“Bahasa Prancis,” jawab Lumi santai.

“Mmm gitu...” gumam Sena. “Ohya Kak, boleh tahu kenapa namanya seperti itu?” Sena bertanya lagi sambil cengengesan.

Lumi pun menjawab dengan telaten, “Kata ayahku, karena ayah ibu dulu kuliahnya di Prancis, Sena. Fleuve artinya sungai. Mereka berdua sepertinya jatuh cinta pada sungai Seine. Sungai itu jauh lebih bersih daripada sungai di kota-kota besar di Indonesia.” Sena tertarik dengan kisahnya. “Selain itu dari cerita mereka, ayah sempat belajar tentang pertanian Prancis yang sangat mendukung pertanian ramah lingkungan. Jadi sistem pertanian Prancis yang dibuat oleh menteri pertaniannya itu seperti bisa menjadi cahaya atau maksudnya bisa menjadi contoh untuk negara-negara lain, seperti Amerika Serikat misalnya yang industri pertaniannya cenderung merusak alam.”

“Memangnya di AS seperti apa Kak?” tanya Sena penasaran.

“Sebenarnya panjang banget Sena kalau dijelaskan. Tapi intinya begini, di AS itu kebanyakan industri pertanian terpisah dari peternakannya sehingga terlalu banyak melepaskan karbon. Selain itu juga terlalu banyak memakai bahan-bahan kimia sehingga tanahnya rusak.” Sena pun mengangguk-angguk. “Ohya, kita ke laborat lagi yuk, mungkin kakekku bisa cerita lebih banyak lagi,”

Setiba mereka di laboratorium profesor, ternyata profesor masih asyik bercerita dengan ayah Sena. Maka dua anak itu segera duduk saja mendengarkan.

“Aku juga memiliki panutan bernama John Liu. Beliau seorang ecologist yang pernah diminta untuk melakukan penelitian di dataran tinggi Loess, Tiongkok. Tahun 1994 ketika beliau berdiri sendirian di puncak gunung, yang dilihatnya sekeliling tak ada tanaman sama sekali. Dataran tinggi itu telah hancur secara ekologis dan disebut tempat paling terkikis di bumi saat itu. Beliau merasa harus mendedikasikan sisa hidupnya untuk mengatasinya.

Akhirnya, tahukah kalian, sekitar tahun 1994 hingga 2009, area seluas 35.000 km2 tersebut dilakukan perbaikan total. Mereka memiliki ilmuwan Tiongkok terbaik dan ilmuwan internasional. Mereka membuat sistem peta dengan satelit agar setiap daerah aliran sungai memiliki alamat unik. Hasilnya sungguh menakjubkan. Kawasan seluas itu selesai diperbaiki. Ratusan juta orang terangkat dari kemiskinan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun