Mohon tunggu...
sitizulaiha maharani
sitizulaiha maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya mahasiswa prodi pgpaud yang biasa biasa saja, dan saya baru mencoba menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ABK Bukanlah Aib

30 Desember 2023   12:42 Diperbarui: 30 Desember 2023   12:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah, yaitu 5 -- 14 tahun, ada sebanyak 42,8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan tersebut, maka diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang berkebutuhan khusus. Di Indonesia belum ada data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menurut data terbaru jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak berkebutuhan khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik sekolah khusus ataupun sekolah inklusi. Jumlah anak berkebutuhan khusus pada tahun 2011 silam tercatat sebanyak 356.192 anak, namun yang mendapat layanan baru 86.645 anak dan hingga tahun ini baru 105.185 anak, tahun 2012 pemerintah mentargetkan minimal 50% berkebutuhan khusus sudah terakomodir (Sumber: Kompasiana, 2022).


     Di Indonesia selama ini pendidikan bagi ABK lebih banyak dilakukan di satuan pendidikan khusus atau sekolah luar biasa (SLB), padahal daerah di Indonesia  tidak semua nya mempunyai SLB. Dan rata-rata ABK di Indonesia digabung  pendidikannya di SLB, padahal ABK punya keterbatasan yang berbeda dimana tidak semuanya bisa berada dalam satu SLB.


     Rendahnya jumlah ABK yang memperoleh pendidikan disebabkan berbagai faktor, mulai dari kurangnya fasilitas sekolah yang memadai, kurangnya tenaga pengajar khusus, dan juga pemikiran masyarakat terhadap ABK yang mengira mereka tidak bisa mengikuti pelajaran yang sama dengan anak lainnya. Selain itu orang tua  dan keluarga menjadi faktor utama ABK tidak mendapatkan pendidikan, karna kurangnya kesadaran akan pentingnya  pendidikan bagi mereka.


     Anak berkebutuhan khusus atau ABK sendiri adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, dan sosial dalam perkembangannya sehingga tidak sama dengan anak sebayanya. Walaupun mereka berbeda  dalam tingkat dan jenis kebutuhannya, penting untuk diingat bahwa ABK adalah anak-anak dengan hak dan potensi yang sama seperti anak lainnya. Dalam menghadapi mereka, perlu adanya tanggapan yang positif dan sikap inklusif dari semua pihak. Kita tidak seharusnya mengabaikan atau menghindari mereka, tapi tugas kita adalah memberikan dukungan dan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Setiap anak berkebutuhan khusus bisa menghasilkan prestasi luar biasa jika kita bersedia melihat kemampuan mereka serta memberikan kesempatan yang sama.


    Sebagian masyarakat kita, masih banyak tanggapan yang salah tentang anak berkebutuhan khusus atau ABK. Mereka dipandang sebelah mata  karna keterbatasan yang dimiliki, bahkan ada yang diberi penilaian negatif dan juga perlakuan yang berbeda. ABK sering dikucilkan dan dibully  bahkan diberi julukan yang menyakitkan. Hal ini lah yang membuat keluarga ABK merasa malu sehingga keluarga menyembunyikan, mengabaikan bahkan menelantarkan ABK. Masalah seperti ini jika tidak diatasi akan memperlambat pertumbuhan ABK karna menganggap dirinya tidak berguna, hal ini terjadi akibat lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak bisa menerima mereka dengan baik.


    Kehidupan ABK dalam masyarakat dan lingkungan keluarga masih sangat memprihatinkan, dimana masih ada orang tua yang karna tidak mampu menerima kondisi ABK, jadi melakukan hal diluar batas. Orang tua bahkan mampu melakukan hal keji  karna pengaruh masyarakat yang masih negatif tentang ABK, sehingga membuat orang tua tidak bisa menerima kondisi ABK. Seperti yang dilansir dari  kompas.com  ada seorang ayah di Bali, yang membunuh anak kandung berkebutuhan khusus karna lelah merawat nya. Dari kasus ini disimpulkan bahwa masih ada orang tua yang kurang kesadaran akan anak berekebutuhan khusus sehingga menyebapkan anak yang tidak berdosa meninggal.  Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung pertama bagi anaknya justru malah menjadi musuh bagi sang anak.


     Masyarakat hanya melihat dari sisi keterbatasan ABK, padahal disisi lain mereka mempunyai prestasi dan kemampuan yang luar biasa. Mereka bahkan mampu menghasilkan karya yang tidak bisa dilakukan anak normal. Anak-anak berkebutuhan khusus tidak akan menjadi  beban jika mereka ditangani dengan baik, mereka hanya perlu penanganan yang lebih ekstra. Kita sebagai orang tua dan masyarakat seharusnya mendukung perkembangan mereka, karna ABK memiliki potensi yang sama seperti anak normal lainya. Mereka mampu karna punya potensi itu, hanya saja pengembangannya dilakukan secara perlahan. Yang terpenting bagi mereka ia lah dukungan, karna ketika kekurangan mereka di terima maka akan muncul  kepercayaan diri mereka untuk tumbuh.


    Sudah banyak anak anak berkebutuhan khusus yang berprestasi, salah satunya seperti yang dilansir dari  kompas.com  tahun 2021 tepatnya rabu tanggal 8 September, 5 siswa berkebutuhan  khusus raih prestasi dalam kompetisi rias internasional. Siswa siswa ini meraih 5 penghargaan yang mengharumkan nama Indonesia. Siswa yang mengikuti  CIDESCO MAKE UP AND BODY ART COMPETITION 2021 memiliki keterbatasan dalam indra pendengaran.


     Selain prestasi yang disebutkan diatas, masih banyak lagi prestasi ABK yang tidak bisa saya sebutkan satu satu. Anak anak ini haruslah terus kita dukung perkembangannya, mendidik dengan penuh kasih sayang, jadi pendengar yang baik serta berikanlah mereka kesempatan untuk membuktikan bakat nya. Yang perlu kita lakukan yaitu menemukan solusi yang baik bagi ABK, salah satu solusi yaitu menurut  Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa untuk meningkatkan  kemampuan anak  berkebutuhan khusus antara lain melalui pendekatan inklusif  dalam pendidikan.


    Pendidikan inklusif adalah pendekatan yang bertujuan untuk mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional atau kondisi lainnya. Sehingga ABK dan yang bukan ABK bisa belajar bersama tanpa terkecuali. Serta yang perlu dilakukan yaitu mengedukasi masyarakat tentang anak berkebutuhan khusus sehingga tidak ada lagi orang tua yang mengganggap anaknya aib dan juga agar ABK  tidak lagi dibuly dan diterima dilingkungan masyarakat sebagaimana seharusnya.
 

     Pola pikir negatif tentang ABK harus dihilangkan, karna perlakuan buruk kita terhadap mereka akan mempengaruhi tumbuh kembang nya. Mari kita mulai berpikir positif dan bijak , karna semua anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing masing. ABK tentu tidak meminta dilahirkan dengan kodisinya itu, mereka juga tidak  pernah memilih  dari orang tua dan di masyarakat mana mereka dilahirkan. Semua sudah berada di takdirnya masing-masing , kita tidak bisa mengubah apa yang telah ditetapkan dan itupun berlaku bagi kasus ABK ini. Dan tidak semua orang tua dititipkan tanggung jawab untuk merawat ABK, maka dari itu kita sebagai masyarakat tidak seharusnya memberikan pandangan buruk kepada anak-anak ini karna itu akan berdampak pada pemikiran orang tuanya juga. Serta, mereka perlu dijaga dan diperhatikan sebagaimana seharusnya.
                                                                                                       
 Siti Zulaiha Maharani dan Febritesna Nuraini
 (Mahasiswi dan Dosen PG PAUD FKIP Universitas Ahmad Dahlan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun