Mohon tunggu...
Siti Zainatul Umaroh
Siti Zainatul Umaroh Mohon Tunggu... -

Historian, writer, and bookworm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senjatanya Orang Kalah (Sebuah Ulasan)

24 Desember 2017   09:29 Diperbarui: 24 Desember 2017   09:53 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa data seperti tabel distribusi ukuran sawah 1966-1976, data penyewa tanah di Muda selama sepuluh decade, serta data perbandingan pendapatan keluarga bagi berbagai kelompok petani  penyewa cukup merefleksikan bentuk bentuk eksploitasi ke marjinalisasi yang menegasikan peran petani miskin wilayah tersebut.

Bab IV adalah kesempatan bagi scott membahas lebih dekat tentang daerah penelitiannya, Sendaka 1967-1979, Ia menampilkan kelompok-kelompok kelas kaya dan miskin dalam komunitas petani, komposisi kampong, persewaan tanah danproses  perubahannya, perubahan dalam produksi beras dan upah petani pekerja serta menjelaskan lembaga-lembaga setempat yang mengontrol penguasaan ekonomi kepada kalangan UMNO saja. Misalnya saja pada saat Scott mengurai pertautan masalah yang muncul akibat perkumpulan petani dan partai yang berkuasa di Sendaka. Partai-partai ini memonopoli distribusi bantuan berskala besar dalam pertanian melalui peran anggotanya. Hasilnya menunjukkan ciri khas sifat politik dan kelas di MADA.

Namun bagi Scott, ia mengemukakan jika sifat partisan pada perkumpulan petani tidak perah dipersoalkan secara serius, dan bahwa sejak semula organisasi perkumpulan petani dijalankan untuk dan oleh kelas petani dan pemilik tanah berskala besar yang berafiliasi dengan partai yang berkuasa. Konflik-konflik antara hubungan partai dengan organisasi politik yang jelas ialah sebuah hubungan oligarki kecil menikmati akses khusus atas kredit dari persatuan perladangan. Hal ini menyebabkan keluhan tidak terbatas pada anggota PAS saja, namun juga pendukung UMNO.

Apa yang saya tangkap di Bab V sejarah menurut pemenang dan pecundang adalah sebuah pesan yang ingin disampaikan Scott tentang suatu kampong yang terbenam dalam suatu tata ekonomi yang lebih luas, dengan sebagian dari lahan padi dimiliki orang luar sedangkan penduduk kampong justru mencari kerja di lahan luar komunitasnya, sehigga isu-isu kelas lokal dipahami sebagai pengaruh dari hadirnya perubahan dalam hubungan produksi yang kemudian dibenci oleh kaum miskin. Misalnya, mekanisasi, sewa dimuka, berkurangnya amal zakat, pergeseran dalam tingkat upah hingga penolakan pinjaman kepada penduduk.

Scott berpandangan bahwa ia lebih tertarik mendeskripsikan perubahan terhadap revolusi hijau yang berakibat pula pada sistem dua kali musim panen di daerah Sendaka sebagai sebuah gejala hubungan-hubungan produksi yang berubah dan ditafsirkan oleh masing-masing kelas petani kaya dan si miskin, yang dapat dipandang sebagai sebuah kutub kelas dikampung yang saling bertolak belakang terhadap gambaran fakta-fakta rumah tangga ekonominya.

 Selain itu, perubahan terhadap munculnya teknologi menegasikan peran wanita dalam pelibatan pencarian kerja sehingga mereka digantikan oleh mesin-mesin panen dan perontok padi. Praktis tenaganya tak dibutuhkan lagi untuk disewakan kepada para petani kaya. Pada bab VI, Scott menukik pada permasalahan sengketa tanah, kehilangan tanah, dan terhentinya akses lahan padi.Secara dramatis terdapat fakta bahwa semakin lama sulit menemukan lahan padi untuk disewa, hal ini secara luas disesali oleh penduduk di sendaka karena akumulasi lahan hanya berpusat pada top cetile, para tuan tanah kaya.

 Disisi lain semakin gencar tuan-tuan tanah yang menarik tanah mereka kepada para penyewa lahan karena munculnya efisiensi pengolahan lahan besar dengan mesin dan memekerjakan seorang manajer pertanian cina dan mengambil alih penggarapan sebagian besar lahan dari penduduk petani miskin untuk dikelola sendiri.

Bab VII Scott memperbincangkan tentang respon orang-orang kecil (petani miskin) dalam bersikap akibat dari puncak dari pertentangan kelas dan konstelasi politik yang memanas yakni dengan perlawanan secara hati-hati dengan penyesuaan pergerakan yang terperhitungkan. Hal inilah yang Scott kemukakan sebagai sebuah perlawanan khas petani Asia tenggara, dengan bentuk perlawanan sehari-hari petani, sebuah pertarungan antara petani kaya dan pihak yang mencoba menyerobot pekerjaan, makanan, sewa, menghindari pajak, maupun bunga dari mereka.

Bahwa senjata-senjata biasa milik kelas yang relative tak berdaya, tertindas dalam posisi tersubrodinasi dan dipastikan selalu kalah dalam sepanjang sejarah. Mereka kemudian mencoba menciptakan sebuah revolusi petani gaya Brecht dan Schwelk, yakni seperti memperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, melakukan sabotase, pelarian diri, pura-pura memenuhi permohonan tuannya namun dibelakang menjatuhan nama baik, bersekongkol dengan musuh tuan tanah, pencurian, pura-pura tidak tahu menahu hingga pembakaran gudang simpanan padi. 

Mereka tak butuh pemimpin dala situasi pergerakannya, juga tak membutuhkan organisasi dan perencanaan strategi yang sistematis bahkan mereka tak membutuhkan ideology. Cara-cara sedemikian rupa dipilih oleh petani untuk menjamin bahwa apa yang mereka lakukan tidak terlihat oleh tuannya, juga bagian dari sikap apatis terhadap segala bentuk ketimpangan yang dialami petani gurem dari masa ke masa yang terus diperlakukan tidak adil oleh penguasa meskipun mereka memiliki dukungan dalam mengantaran penguasa melalui pemilihan umum partai.

Bab VIII scott menutup diskusi buku dengan menunjukkan bentuk bentuk pertarungan ideology sehari-hari di daerah sendaka sebagai bentuk ketegangan konflik dengan menggunakan analisis konsep hegemoni ala Antonio Gramsci yang mengatakan bahwa hegemoni menyangkut keyakinan aktif dan legislasi dan superioritas kelompok yang berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun