DARI ROMANTIS KE REALISTIS: MENYELAMI 9 TAHAP DINAMIKA DALAM PERNIKAHAN
Pernikahan adalah ketika dua orang bersatu untuk menjadi satu keluarga yang saling membutuhkan, mendukung satu sama lain, dan menjalani kehidupan yang menyenangkan bersama. Kepuasan pasangan adalah salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pernikahan. Pasangan yang telah menikah kadang-kadang harus berubah satu sama lain selama awal pernikahan. Suami dan istri sering menghadapi masalah pada masa penyesuaian, yang dapat menyebabkan ketegangan emosional.
Munandar (2001) adalah seorang pakar psikologi yang mendefinisikan pernikahan sebagai hubungan abadi antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh kebudayaan dengan tujuan mencapai kebahagiaan. Perasaan bersatu dan saling memiliki adalah tanda ketertarikan. Tuhan menciptakan pernikahan sebagai hubungan antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk saling melayani sebagai petualangan cinta yang abadi (Nicky, 2006).
Pernikahan biasanya dianggap sebagai akhir bahagia dari kisah cinta. Pada kenyataannya, itu adalah permulaan dari perjalanan baru yang penuh dengan dinamika. Banyak pasangan menikah dengan harapan tinggi, namun beberapa tidak siap mengakui bahwa cinta mereka hanyalah cukup . Pernikahan dan keluarga harus diperhatikan secara khusus karena merupakan bagian penting dari fase kehidupan. Oleh karena itu, menikah membutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.
Untuk tumbuh bersama, komunikasi, kedewasaan emosional, dan kesiapan mental diperlukan. Artikel ini membahas 9 tahap pertumbuhan yang terlibat dalam pernikahan, sebagai peta emosional yang sering dilalui oleh pasangan selama kehidupan rumah tangga pasangan.
1. Tahap Romantis dan Idealistik
Pada tahap awal ini, pasangan tenggelam dalam kegembiraan dan kegembiraan cinta. Pasangan sering mengabaikan perbedaan satu sama lain di masa yang disebut "honey moon phase". Ekspektasi dan fantasi tentang "pasangan sempurna" membangun fase ini. Biasanya berlangsung antara enam bulan dan dua tahun. Meskipun fase ini menyenangkan, pasangan harus memahami bahwa itu hanya sementara.
2. Tahap Realisasi dan Kekecewaan
Kenyataan mulai muncul setelah masa bulan madu berlalu. Gesekan mulai terjadi karena perbedaan nilai, kebiasaan, dan ekspektasi yang tidak terpenuhi. Pada tahap ini, pasangan merasa bahwa pasangannya “berubah”, meskipun sebenarnya mereka baru mulai mengenal sisi asli satu sama lain. Ini adalah masa krisis pertama yang harus dilalui melalui komunikasi yang bebas dan kemampuan untuk memahami satu sama lain.
3. Tahap Penyesuaian dan Negosiasi