Mohon tunggu...
Pendidikan

Anak Putus Sekolah, Siapa yang Pantas untuk Disalahkan?

9 April 2019   02:32 Diperbarui: 9 April 2019   02:52 5882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak putus sekolah yang sedang menjadi pemulung untuk membantu orang tuanya. Diambil dari www.beastudiindonesia.net

Kurangnya pemerataan ekonomi dari pemerintah. Pemerataan disini terdiri dari pemerataan infrastruktur dan konektivitas. Juga berkaitan dengan subsidi uang (bantuan masyarakat miskin, anak jalanan, pengemis, anak yatim piatu dll). 

Masyarakat Indonesia akan menjadi pemalas dan kurang kreatif jika banyak proses impor dari negara lain karena merasa semua telah terpenuhi, sehingga tidak usah untuk berfikir yang lebih berat

Diri sendiri bisa disalahkan karena juga menyebabkan anak putus sekolah. Adanya sikap males dan bodoamat terhadap ilmu pengetahuan. Ketika ekonomi keluarga memburuk akan ada keinginan untuk meringankan beban orang tua denagn bekerja, mengamen ataupun mengemis. 

Kebiasaan buruk tersebut jika mendapatkan hasil atau uang yang banyak akan berpengaruh pada pola fikir dan hati anak yang cenderung suka bekerja daripada belajar yang hanya kan menambah pusing.

Ketika kita sakit, cacat, ataupun menderita kelaianan serius, minder akan menghantui setiap malam. Ditambah lingkungan yang kadang mengejek dan membully sehingga anak akan lebih suka putus sekolah atau tidak melanjutkan pada jenjang berikutnya. Ada juga yang akan memilih pendidikan nonformal seperti pondk atau kursus dibandingkan sekolah formal SD, SMP, SMA, Kuliah.

Yang boleh disalahkan selanjutnya orang tua. Orang tua adalah petunjuk awal dalam melangkah. Izin dan restu dari mereka akan memberi berkah dan barokah yang luar biasa. Tapi ketika ekonomi orang tua memburuk, hubungan orang tua yang lagi dalam keadaan marah atau dendam, ini akan mempengaruhi psikologi anak tersebut sehingga lebih memilih untuk putus sekolah. Orang tua yang tidak begitu perhatian pada kemampuan anaknya akan sulit untuk menetapkan dan memperhatikan jenjang selanjutnya.

Lingkungan yang membosankan menyengsarakan akan membuat si anak tidak tahan untuk berada di tempat tersebut. Budaya yang bertentangan dengan keyakinannya juga akan menghilangkan ketertarikan dan daya semangat belajar siswa.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa orang yang dapat disalahkan atas banyaknya anak putus sekolah tidak hanay satu pihak saja, tapi bisa karena anak itu sendiri, pemerintahan, lembaga pendidikannya, ataupun orang tua.

Oleh karena itu untuk memperkecil angka putus sekolah bisa dilakukan dengan bekerja sama satu sama lain dengan pihak diatas tadi. Program beasiswa dari pemerintah harus sesuai agar tidak memberatkan bagi anak yang ekonomi rendah. Sehingga alasan uang tidak akan terlihat lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun