Mohon tunggu...
Pendidikan

Anak Putus Sekolah, Siapa yang Pantas untuk Disalahkan?

9 April 2019   02:32 Diperbarui: 9 April 2019   02:52 5882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak putus sekolah yang sedang menjadi pemulung untuk membantu orang tuanya. Diambil dari www.beastudiindonesia.net

Dalam UUD 1945 alenia keempat disebutkan salah satu tujuan dibentuknya negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana pendidikan akan menjadi perantara utama untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menerima pendidikan lanjutan, 600 ribu anak usia SD dan 1,9 juta anak usia SMP. Keadaan dimana anak mengalami keterlantaran sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian mengenai hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan layak ini berkaitan dengan arti  anak-anak yang putus sekolah. Anak yang putus di tengah masa pembelajaran dan anak yang tidak meneruskan pada tahap selanjutnya.

Banyak sekali faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. Mulai dari keadaan ekonomi yang tidak memadai, faktor internal masing-masing anak (malas, ingin membantu orang tua, , melanjutkan sekolah nonformal seperti pondok, minder, sakit, cacat, ataupun kelainan), lingkungan (budaya dan kehidupan), orang tua (kurang perhatian, background keluarga), lembaga pendidikan (pengajar, fasilitas, akses menuju tempat, kegiatan, biaya). Akibat dari banyaknya anak yang mengalami putus sekolah ini akan menimbulkan tinggi angka pengangguran, rendahnya kualitas SDM, menambah kenakalan dan kejahatan, mengurangi bahkan menghilangkan hak anak untuk mendapat pendidikan yang layak.

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada mengumunkan hasil penelitian Bantuan Siswa Miskin (BSM) Endline di Sumatera Urama, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Bahwa sebanyak 47,3 % responden menjawab tidak bersekolah lagi karena masalah biaya, 31 % ingin membantu orang tua bekerja, serta 9,4%ingin melanjutkan pendidikan nonformal seperti pesantren atau kursus keterampilan.

Siapakah yang bisa meningkatkan jumlah anak putus sekolah ini ?

Apakah memang pemerintah salah dalam memberikan pendidikan. Kita akan menjelaskan sedikit dari kesalahan pihak pemerintah yang berdampak pada putus sekolah. Lembaga pendidikan di daerah pelosok sangat minim sekali, banyak anak yang harus bersusah payah hanya untuk sampai ke sekolah mereka dengan medan yang sulit bisa melalui sungai ataupun hutan-hutan. 

Dimana waktu untuk perjalanan dan untuk belajar tidaklah relevan. Selanjutnya fasilitas yang minim terutama wifi untuk mengerjakan tugas, guru pengajar yang sedikit dan belum kompoten di bidangnya atau ada juga yang tidak profesional dalam menjalankan tugas.

Anak akan kesusahan untuk mencari sekolah yang tepat, efektif, dan efisien dalam menima ilmu. Hal itu berkebalikan dengan kota-kota besar dimana sekolah yang akan mencari muridnya, saking banyaknya lembaga pendidikan.

Dan sedikitnya kesesuaian antara beasiswa dan penerima yang masih dipertanyakan. Beasiswa sendiri bisa dikategorikan banyak sekali, misalnya untuk orang yang miskin, miskin berprestasi, orang kaya berprestasi atau gimana ?

Spesifikasi dari suatu beasiswa ini perlu, karena penulis merasa masih banyak penempatan beasiswa yang belum sesuai. Perlu juga adanya subsidi buku dan sarana sekolah untuk menambah semangat belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun