Mohon tunggu...
Siti Nurhardianti
Siti Nurhardianti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

A mother, a wife, a daughter, a sister, and a friend.. Ingin belajar menulis, ingin belajar berbagi, ingin belajar lebih berarti.. :)

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Serial Bunny si Kelinci Mungil: "Jujur Itu Baik"

30 September 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By: Siti Nurhardianti
***

Bunny si Kelinci Mungil sedang tidak ingin tidur siang. Dia terus bolak-balik gelisah di tempat tidurnya. Dia teringat akan pembicaraan sepulang sekolah tadi bersama teman-temannya, yaitu Mio si kucing, Chiko si ayam, dan Doki si bebek kecil. Mereka mengajak Bunny untuk bermain bersama siang ini ke Bukit Pasir di tepi danau. Kata mereka, Bukit Pasir itu sangat menyenangkan. Di sana mereka dapat bermain pasir sepuasnya dan dapat bermain perosotan beramai-ramai pula. Sungguh mengasyikan!
Bunny sangat ingin ikut. Namun, dia takut jika Ibu marah karena dia tidak tidur siang. Ketika sedang bingung dan gelisah, tiba-tiba tersengar suara-suara ribut kecil di luar jendela kamar Bunny.
Kresek..kresek..kresek.. begitu bunyinya.
“Wah, itu suara apa yah?” Bunny bertanya-tanya.
“Halo..” ucap Bunny perlahan sambil berjalan mendekati jendela kamar.
Hening.
Namun, tiba-tiba..
“Ssstttt…!!” Wah, ternyata itu suara Mio si kucing.

“Bunny, kamu belum tidur siang yah?” Tanya Chiko perlahan sambil menyembul dari balik semak-semak di bawah jendela kamar Bunny.

“Ka..kalian..! ada apa kemari? Kenapa mengendap-ngendap seperti ini?” Tanya Bunny heran kepada Mio dan Chiko.

“Hei Bunny, kami ingin mengajakmu ke Bukit Pasir siang ini.” Ucap Doki yang muncul tiba-tiba dengan suara pelan.

“Hah? Bukit Pasir? Sekarang?” Tanya Bunny kebingungan.


“Tentu saja, Bunny. Ayo ikut kami! Kamu keluar dari jendela ini saja.” Kata Mio.

“Tapi, aku harus minta izin dulu pada Ibuku karena Ibu tahunya aku sedang tidur siang di kamar.”

“Jangan beritahu Ibumu, Bunny. Ibumu pasti tak akan mengizinkanmu pergi siang ini. Sudahlah, ikut kita saja sekarang. Cepat!” perintah Doki pada Bunny.
Akhirnya Bunny pun setuju untuk pergi bersama mereka. Hap! Bunny pun melompat perlahan keluar dari kamarnya melalui jendela. Sebelumnya, dia menutup sebuah bantal guling di dalam selimutnya agar Ibu tidak menyadari bahwa dia telah pergi tanpa izin.
Sepanjang perjalanan menuju Bukit Pasir, Bunny, Mio, Chiko, dan Doki berrnyanyi-nyanyi bersama, “Lalala..lalala..hati suka cita..lalala..lalala..hati gembira..!”. Mereka sangat senang karena ini pertama kalinya mereka bermain bersama ke Bukit Pasir “Yeay! Alhamdulillah.. akhirnya sampai juga kita di Bukit Pasir!” ucap Doki senang.
Pemandangan di Bukit Pasir sangat indah. Tidak jauh di bawahnya, terdapat danau yang sangat jernih. Dari atas Bukit Pasir, Bunny, Chiko, Mio, dan Doki juga dapat melihat hutan dan juga desa tempat mereka tinggal.
“Asyik! Ayo kita main!”
Lalu mereka pun bermain pasir sepuasnya. Ada yang membuat kolam pasir, ada yang membuat istana pasir, ada pula yang membuat aneka bentuk makanan dari pasir. Sangat menyenangkan.
Selanjutnya, tiba saatnya bermain perosotan bersama. “Kita main perosotan, yuk!” ajak Chiko antusias. “Ayookkk!!” jawab yang lainnya tak kalah antusias.
Mereka pun bergegas duduk membentuk barisan di atas karung besar yang telah dibawa. Bunny duduk di depan, dan Doki duduk di tempat paling belakang.
“Siap?? Satu..dua..tiga..!”
Swuunnggggg…! Mereka berempat pun meluncur beralaskan karung dari atas ke bawah Bukit Pasir.

“WHOAAAA..!!” teriak mereka senang.
Tetapi, tiba-tiba, “Brug!”
Di tengah area seluncuran terdapat sebuah batu berukuran sedang yang menghalangi. Tanpa dapat dicegah, mereka pun menabraknya.

Bunny yang berada di paling depan seketika terguling-guling ke bawah bukit, sementara yang lain berhenti di tengah area seluncuran.
***
“Huhuhu..huhuhu..” suara tangis Bunny saat Ibu Bunny sedang mengobati luka-luka di kaki dan tangan Bunny.
“Ibu.. maafkan Bunny ya Bu.. huhuhu.. seharusnya Bunny izin dan pamit kepada Ibu sebelum pergi. Bunny sudah berbohong pada Ibu. Bunny minta maaf, Bu..huhuhu” ucap Bunny sambil menangis.
“Iya.. Ibu sudah memaafkanmu. Lain kali, bersikap yang jujur ya, Nak.. Jika kamu pergi tanpa pamit, Ibu kesulitan mencarimu jika terjadi sesuatu. Jadikan ini sebagai pelajaran ya..”
“Baik, Bu. Bunny berjanji, Bunny akan selalu berkata dan bersikap jujur.. Bunny tidak akan berbohong lagi pada Ibu..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun