Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pak Mujiono, Potret Pelaku Usaha Mikro yang Layak Mendapatkan Bantuan

10 Februari 2021   02:34 Diperbarui: 10 Februari 2021   06:09 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pak Mujiono, pria berusia 51 tahun ini adalah salah satu pelaku usaha mikro yang mengolah aneka kripik dan memasarkan sendiri. Pernah menjadi tetangga saya saat saya belum pindah domisili. Pak Mujiono ini lumayan akrab dengan suami saya, makanya untuk mewawancarainya saya mengajak suami untuk menemuinya.

Kena PHK dari Perusahaan Mebel

Sedikit flashback ya, pada tahun 2011 silam adalah momen yang membuat Pak Mujiono bersedih. Pasalnya ia di PHK dari pekerjaannya, tepatnya perusahaan di mana ia bekerja memberhentikan banyak karyawan termasuk dirinya, gegara krisis moneter. Sehingga perusahaan yang bergerak di bidang mebeler itu harus gulung tikar.

Pak Mujiono tentu menjadi kalang kabut. Bagaimana ia menghidupi istri dan kedua putrinya yang masih sangat membutuhkan banyak biaya. Baik biaya sekolah maupun biaya hidup lainnya. Sedangkan istrinya hanyalah ibu rumah tangga biasa.

Mulai Merintis Usaha Mengolah Aneka Kripik

Demi bertahan hidup Pak Mujiono merintis usaha yaitu membuat kripik singkong dan kripik jamur dan memasarkannya sendiri. Awal-awal usahanya sempat mengalami banyak kendala. Banyak toko dan warung yang takmau menerima dagangannya gegara belum memiliki PIRT, SIUP dan label halal dari BPOM.

Pedih rasanya sering mengalami penolakan. Sementara kebutuhan rumah tangga tidak boleh ditawar-tawar lagi.

Namun Pak Mujiono bergeming. Berkat kerja keras dan keuletannya, sedikit demi sedikit usahanya mengalami kemajuan. Hingga ia banyak kenal dengan sesama pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Blitar.


Sering diajak mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pembuatan aneka kripik serta pengetahuan tentang pemasaran dan legalitas produk, merupakan bekal berharga buat Pak Mujiono dalam menggeluti usahanya.

Omzet Penjualan Meroket

Hingga akhirnya pada awal tahun 2012 Pak Mujiono berhasil mengantongi izin usaha dan sertifikat halal dari pihak terkait. Tidak hanya kripik singkong dan kripik jamur saja, akhirnya Pak Mujiono menambah kripik talas dan kripik usus untuk diolah dan dipasarkan.

Kemasan kripik singkong dan kripik jamur milik Pak Mujiono | Foto: Siti Nazarotin
Kemasan kripik singkong dan kripik jamur milik Pak Mujiono | Foto: Siti Nazarotin
Lambat laun usahanya mengalami kemajuan yang pesat. Pada puncaknya, dalam satu bulan Pak Mujiono menghabiskan jamur 1 kwintal dan singkong 1,5 kwintal. Belum dari penjualan kripik talas dan usus, meskipun jumlahnya tak sebanyak kripik singkong dan kripik jamur.

Perlu diketahui, dari 1 kilogram jamur kalau sudah digoreng tinggal menjadi 400 gram kripik, dikemas menjadi 2 bungkus, perbungkus dengan harga 7 ribu. 1 kwintal jamur = 500 bungkus x 7 ribu = 3.500.000,00

Sedangkan 1 kilogram singkong setelah digoreng menjadi 300 gram kripik. 300 gram x 150 kilogram = 45000 gram. Kripik singkong dikemas perbungkus beratnya 200 gram. 1,5 kwintal singkong  menjadi 225 bungkus. 225 bungkus x 5 ribu =1.125.000,00

Omzet penjualan kripik jamur 3.500.000,00+ omzet penjualan kripik singkong 1.125.000,00 = 4.625.000,00 Ditambah omzet dari kripik talas dan usus maka setidaknya dalam sebulan bisa mengantongi uang lima juta (5.000.000,00).

Dalam sebulan keuntungan bersihnya bisa mencapai 2 sampai 2,5 juta. Angka ini sudah sangat bagus menurut Pak Mujiono. Bisa mencukupi semua kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah anaknya. Meskipun dengan pola hidup yang sederhana tapi ia sangat bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Omzet tinggi tersebut tentunya tidak selalu diperoleh dalam setiap bulannya. Jika diambil rata-rata, omzet perharinya tidak lebih dari 150 ribu. Benar, Pak Mujiono termasuk pelaku usaha mikro yang patut mendapatkan bantuan. Penghasilannya mengalami pasang surut, seiring dengan pergerakan ekonomi dengan segala hal yang memengaruhinya.

Sejak Pandemi Covid 19, Omzetnya Turun 50%

Namun sejak Pandemi Covid 19 merambah di Indonesia, takterkecuali Kabupaten Blitar, kita sudah sama-sama tahu bahwa Pandemi Covid 19 telah melumpuhkan seluruh sendi kehidupan, utamanya sektor ekonomi.

Hal ini sangat berimbas pada usaha Pak Mujiono dan seluruh pelaku UMKM di Kabupaten Blitar, bahkan di seluruh Indonesia.

Omzet penjualan kripik Pak Mujiono turun drastis sampai 50 persen. Pak Mujiono tentunya sangat galau. Namun apa daya, ini tidak menimpa dirinya saja, namun semua pelaku UMKM terkena dampaknya.

Pak Mujiono tetap bertahan melanjutkan usahanya meskipun penghasilannya takbisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Biasanya setelah mempunyai stok kripik, sambil menunggu kripik yang dititipkan di toko-toko terjual, Pak Mujiono bekerja apa saja yang penting bisa menambah pemasukan keuangan.

Putri sulungnya yang akan menikah bulan ini membantu mengemas kripik | Foto: Siti Nazarotin
Putri sulungnya yang akan menikah bulan ini membantu mengemas kripik | Foto: Siti Nazarotin
Saat ini putri sulungnya akan menikah, pastilah butuh biaya yang tak sedikit. Saya takbisa membayangkan bagaimana caranya mengatasi hal tersebut. Namun saat saya wawancarai, tak sedikitpun Pak Mujiono dan istrinya memperlihatkan keluh kesahnya. 

Meskipun ia terpuruk secara ekonomi, namun rasa ikhlas dalam menghadapi situasi yang sulit ini bisa mengalahkan kegundahan hatinya. Bahkan saya melihat Pak Mujiono tetap optimis bisa melewati krisis ini.

Pemerintah Kabupaten Blitar Turut Membantu UMKM

Mengatasi hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar tidak tinggal diam. Sejak Pandemi mulai merebak, Pemda Kab. Blitar menghimbau bahkan mewajibkan pada semua ASN, untuk belanja pada pelaku UMKM (22 ribu pelaku usaha) yang tersebar di seluruh Kab. Blitar. Bahkan sebagai bukti fisik, harus melaporkan secara tertulis disertai kwitansi atau struk pembelian dari UMKM.

Pak Mujiono Tidak Terjaring Dalam Bantuan Langsung Tunai dari Pemerintah

Dalam keterpurukan ekonomi, Pak Mujiono mendengar kabar bahwa pemerintah menggulirkan bantuan dana tunai kepada pelaku UMKM, terutama pelaku usaha mikro. Ada secercah harapan buatnya, setelah memenuhi beberapa persyaratan, Pak Mujionopun mengajukan permohonan. Namun sampai saat ini bantuan itu takkunjung datang. Entah apa sebabnya, apa mungkin dana turun salah sasaran, Pak Mujiono taktahu.

Begitulah kisah pilu dari seorang pelaku usaha mikro. Saya yakin banyak pelaku usaha mikro lainnya yang merasakan nasib senada dengan Pak Mujiono.

Kita semua berdoa dan berharap, semoga Pandemi Covid 19 segera lenyap, sehingga semuanya kembali normal, termasuk keadaan ekonomi Pak Mujiono ini.

Demikian tadi hasil wawancara saya dengan salah satu pelaku usaha mikro di Blitar, semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Salam Optimis

Siti Nazarotin
Blitar, 10 Pebruari 2021

Tulisan ini didedikasikan untuk Mbak Widz, kompasianer yang sedang ulang tahun, semoga keberkahan selalu menyertaimu Mbak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun