Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suami Istri Bertukar Peran, Siapa Takut

15 November 2020   14:33 Diperbarui: 15 November 2020   14:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: Huffington Post Via Islam Post

Suami istri adalah dua orang yang berbeda latar belakang menyatu mengarungi biduk rumah tangga. Suka duka sudah seharusnya dilalui dan dirasakan bersama.Menyatu dalam ikatan pernikahan, saling percaya, saling menjaga sampai saling membantu menyelesaikan semua tugas dalam rumah tangga.

Istri bekerja itu sudah biasa

Sekarang zaman sudah lebih maju dan terbuka. Meskipun kewajiban mencari nafkah adalah tugas suami, namun tidak menutup kemungkinan, seorang istri juga mengerjakan tugas ini. Bahkan sekarang hampir merata, wanita memasuki dunia kerja seperti laki-laki.

Akan halnya saya, kebetulan bekerja  dan pekerjaan saya sebagai guru mengharuskan saya keluar rumah seharian. Mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang kadang sampai sore hari baru bisa pulang.

Sedangkan suami kebetulan bekerja di rumah. Secara otomatis suamilah yang banyak tinggal di rumah. Karena bekerja di rumah dan pekerjaannya lepas, artinya tidak terikat dengan siapapun, suami menjadi lebih leluasa bekerja.

Suami istri bertukar peran, siapa takut

Tentunya hal ini memberikan peluang kepada suami untuk mengerjakan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh seorang istri. Misalnya mencuci pakaian, mencuci piring, merebus air putih dan lain-lain.

Jadi selama ini, saya dan suami sudah terbiasa bertukar peran. Saya yang bekerja keluar dan suami yang di rumah. Bagi saya hal ini tidak menjadi masalah. Justru kalau suami atau istri tidak mau bertukar peran maka banyak pekerjaan rumah yang terbengkalai. Pekerjaan kantor juga akan keteteran.

Coba saja dibayangkan, andai saja suami saya bersikeras tidak mau mengambil alih sebagian, ingat lo ya, hanya sebagian dari tugas istri. Misalnya sebelum jam 7 saya harus sudah siap berangkat kerja, sementara peralatan yang dipakai memasak belum dibereskan, baju belum dicuci dan sebagainya dan sebagainya.

Makanya antara suami istri harus berbagi tugas agar semua berjalan dengan baik.

Kuncinya adalah saling memahami

Suami menyadari kalau pekerjaan saya menuntut  untuk banyak di luar rumah, sehingga ada pekerjaan rumah yang tidak bisa saya lakukan dan suami bisa hendel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun