Kalimantan Selatan dikenal dengan kekayaan kuliner tradisionalnya, mulai dari soto Banjar, wadai bingka, hingga telur asin khas Banjar yang gurih dan tahan lama. Di tengah pesatnya perkembangan industri makanan cepat saji, muncul inovasi unik dari mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat: "Kebab Al-Banjari", kebab kekinian dengan saus telur asin khas Banjar. Produk ini bukan sekadar kuliner modern, tetapi juga wujud nyata pemberdayaan ekonomi lokal.
Dari Telur Itik ke Saus Premium
Telur itik Banjar selama ini menjadi bahan baku utama telur asin yang banyak diproduksi masyarakat, khususnya di daerah Amuntai dan Barito Kuala. Produksi telur asin di Desa Mamar, Amuntai Selatan mencapai 1.000 butir per minggu---sebuah potensi besar yang jarang dimaksimalkan untuk produk turunan bernilai tinggi.
Melihat peluang tersebut, Â mengolah telur asin menjadi saus gurih creamy khas Banjar yang kemudian dipadukan dengan kebab, makanan cepat saji populer di kalangan anak muda. Inovasi ini menghasilkan cita rasa unik yang memadukan budaya kuliner lokal dan global.
Kreativitas dan Pemberdayaan Lokal
Menurut Ramadhani et al. (2021), telur asin memiliki potensi ekonomi tinggi jika dikembangkan menjadi produk inovatif. Melalui Kebab Al-Banjari, Â berupaya mengubah produk tradisional menjadi kuliner modern bernilai jual tinggi, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Lebih dari sekadar menjual makanan, proyek ini membawa misi sosial: memperkuat ekonomi peternak itik lokal dan memperkenalkan cita rasa Banjar ke tingkat nasional. Usaha ini juga sejalan dengan konsep sustainable entrepreneurship (Scarborough & Cornwall, 2019) yang menekankan keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pemasaran Digital dan Citra Kuliner Daerah
Era digital memberi peluang besar bagi UMKM kuliner. Promosi produk dilakukan melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, serta melalui layanan online delivery seperti GrabFood dan GoFood. Strategi ini terbukti efektif dalam menjangkau konsumen muda yang menjadi target utama.
Penelitian Maharani dan Fadhilah (2023) menyebutkan bahwa pemasaran digital berpengaruh signifikan terhadap minat beli produk kuliner. Dengan pendekatan ini, Kebab Al-Banjari berpeluang memperluas pasarnya tidak hanya di Banjarmasin dan Banjarbaru, tetapi juga di kota-kota besar lain di Indonesia.
Nilai Budaya dalam Setiap Gigitan