Hari ini nganggur, boleh jadi sampai seminggu kerjanya cuma makan dan tidur.
Siapa yang tahu kalau dunia akan berubah? Masuk kuliah sewaktu pandemi, setelah sarjana lebih sulit buat cari sesuap nasi.Â
Dicari karyawan jaga toko.Â
Dicari pekerja sales promotion.Â
Dicari pegawai siap dwifungsi.Â
Menganggur saja sudah sulit. Setiap hari orang tua dan tetangga ikutan julid.
Begitu melamar kerja kualifikasinya berbelit. Harus fasih bahasa Inggris padahal kantornya di pelosok bumi. Harus menguasai office padahal kerjanya cleaning service. Gak habis pikir, penampilan juga harus good-looking padahal kerjanya bagian accounting.
Siapa yang tahu, dunia kerja rupanya gak seindah itu. Tiap hari harus bisa jaga emosi. Atasan melecut dengan kalimat motivasi di saat kerjaan datang bertubi-tubi. Sesama rekan kerja katanya harus saling bantu, ternyata pas kamu butuh gak ada yang peduli.Â
Badan remuk, mental hancur, tapi gak boleh nyerah dulu.Â
Begitu gajian, negara telah mengambil bagian sebelum upahnya sempat kamu rasakan.
Siapa yang mau digaji di bawah standar dengan kerjaan di luar nalar? Tapi, itulah uniknya manusia perkotaan.Â