Setiap manusia pasti pernah berada dalam titik lelah dan putus asa. Saat apa yang diinginkan tak kunjung tercapai, saat usaha terasa sia-sia, dan ketika doa yang dipanjatkan setiap malam belum juga membuahkan hasil, kita mulai bertanya-tanya: "Kenapa hidupku begini-begini saja?" "Apa aku tidak layak mendapatkan rezeki yang lebih baik?" Di titik itu, kita merasa dunia ini sempit, rezeki terasa langka, dan hidup seolah tidak berpihak.
Namun, sering kali kita lupa bahwa masalahnya bukan pada dunia yang sempit, tapi pada cara pandang kita yang terlalu sempit. Fikiran manusia itu terbatas, sangat terbatas. Kita cenderung menilai segala sesuatu dari apa yang tampak di depan mata---uang, harta, jabatan, status sosial, dan segala sesuatu yang bisa dihitung. Kita mengira rezeki itu sebatas materi. Padahal, rezeki adalah segalanya yang mendatangkan kebaikan, ketenangan, dan keberkahan dalam hidup.
Allah sudah menuliskan takaran rezeki masing-masing hamba-Nya, bahkan sejak sebelum kita lahir. Dalam Al-Qur'an pun disebutkan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang bergerak di bumi melainkan Allah sudah menjamin rezekinya. Tapi tetap saja, manusia sering merasa khawatir, takut kekurangan, dan cemas tentang masa depan. Kekhawatiran itu wajar, tapi kalau dibiarkan berlarut-larut, justru akan membuat kita lupa bahwa Allah itu Maha Pemberi, dan bahwa rezeki itu tidak pernah habis, hanya cara datangnya yang kadang tidak sesuai dengan harapan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI