Mohon tunggu...
Sitta M Zein
Sitta M Zein Mohon Tunggu... - -

pendamping anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setelah Melihat Emmanuel Macron, Masihkah Ragu Punya Suami yang Jauh Lebih Muda?

16 Mei 2017   07:16 Diperbarui: 16 Mei 2017   13:51 2603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emmanuel Macron terpilih sebagai presiden Perancis dalam pemilihan umum di negara tersebut minggu lalu. Ia menang mutlak dari lawan politiknya Marine Le Pen. Media internasional berlomba meliput kemenangan ini. Seorang presiden termuda dalam sejarah Perancis. Yang diharapkan membawa angin perubahan bagi rakyat di negeri itu.

Macron masih 39 tahun umurnya. Agak mengejutkan karena ia menang mutlak dalam pemilihan itu dari lawan politiknya yang lebih senior dan populer. Lebih mengejutkan lagi saat ia mengumumkan pada publik, siapa yang akan menjadi ibu negara selama masa pemerintahannya. Brigitte Trogneux. Perempuan dengan usia 24 tahun di atas Macron.

Sudah menjadi hal umum, setiap kali seorang presiden laki-laki terpilih, isterinya akan mendapat banyak sorotan terutama terkait dengan penampilannya. Sorotan terhadap ibu negara Trogneux kali ini agak berbeda. Bukan soal penampilannya, melainkan usianya.

Masyarakat bertanya-tanya, bagaimana seorang Macron bisa beristerikan perempuan yang jauh lebih tua darinya. Media pun lantas beramai-ramai membahas hal ini. Beberapa di antaranya menulis tentang pasangan selebritas dengan usia laki-laki lebih muda dari si perempuan. Sebagian lagi mengupas tentang kehidupan pasangan dengan usia laki-laki lebih muda dari perempuan.

Memang kenapa sih, pasangan dengan laki-laki lebih muda jadi pembicaraan? Berikut beberapa alasannya:

  • Laki-laki diharapkan menjadi pemimpin

Umumnya perempuan memilih pasangan seorang laki-laki yang lebih tua usianya. Secara umum masyarakat memposisikan laki-laki sebagai pemimpin, termasuk dalam rumah tangga. Karena diposisikan sebagai pemimpin yang harus menjaga anggota keluarga, maka secara emosional suami harus lebih matang dari isteri. Begitu pula secara finansial juga diharapakan lebih mapan dari yang dipimpinnya.


Konsep pasangan seperti itu tampaknya memang ideal di masa lalu. Di mana lingkungan di luar rumah bukan tempat aman bagi perempuan dan anak-anak. Sehingga laki-laki memegang peran besar. Baik sebagai penjaga keluarga maupun penanggung jawab kebutuhan anggota keluarganya.

Tapi pada masa sekarang, di mana perempuan leluasa beraktivitas dan berkarir di luar rumah konsep itu perlu ditata ulang. Tak selamanya dalam sebuah hubungan, seorang laki-laki menjadi pemimpin yang harus selalu menjadi pusat pertimbangan atau pengambilan keputusan. Peran itu dapat dilakukan bersama-sama, oleh laki-laki maupun perempuan. Begitu pula dalam hal finansial.

  • Masa reproduksi laki-laki lebih panjang

Perempuan memiliki batasan waktu dalam memproduksi sel telur. Pada sekitar usia 50 tahun biasanya perempuan tidak lagi memproduksi sel telur atau menopause. Berarti pada usia itu perempuan tak bisa lagi memiliki anak.

Sementara laki-laki tetap memproduksi sel sperma sepanjang hidupnya. Meski pun setelah usia tertentu mengalami penurunan jumlah produksi sperma.

Banyak orang mengartikan masa menopause sebagai masa kemunduran seksual. Perempuan dianggap tidak berhasrat lagi melakukan hubungan seksual pada masa ini.

Berhentinya produksi hormon estrogen pada perempuan memang berpengaruh terhadap kondisi tubuh perempuan. Lapisan kulit, termasuk di bagian organ seksual mengalami penipisan. Sehingga hubungan seksual tidak lagi senyaman saat masih muda. Tapi bukan berarti perempuan menopause tidak bisa atau tidak membutuhkan lagi hubungan seksual.

Hasrat seksual menurun seiring usia, mestinya iya. Tapi bukankah laki-laki juga mengalami hal yang sama? Laki-laki yang telah menjalani puluhan tahun masa pernikahan dan telah berumur tentu tidak akan semenggebu laki-laki muda dalam bercinta. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki tetap mengalami penurunan aktivitas seksual pada usia terntentu.

Penerimaan seseorang terhadap perubahan kondisi pasangannya tentu akan menjadikan kebersamaan mereka lebih indah.

  • Laki-laki lebih awet muda dibanding perempuan

Dalam sebuah keluarga di mana kesetaraan hubungan isteri-suami belum terbangun, kita sering melihat keadaan seperti ini. Seorang isteri harus mengerjakan seluruh tugas rumah tangga. Masih ditambah lagi membantu suami bekerja mencari nafkah.

Beratnya pekerjaan yang harus dilakukan membuat perempuan dalam kondisi seperti ini tak punya cukup waktu untuk diri sendiri. Mereka mengabaikan penampilan bahkan kesehatan. Akibatnya mereka tampak lebih tua dari usia sebenarnya.

Seandainya tugas-tugas rumah tangga bisa dilakukan berdua oleh suami-isteri tentu keduanya akan punya waktu istirahat dan menjaga kesehatan. Termasuk untuk menjaga penampilan.

Tiga alasan di atas, ternyata tidak selamanya sesuai keadaan yang kita hadapi, kan? Dengan komunikasi, pemahaman, dan penerimaan yang baik, tidak masalah seorang perempuan membangun hubungan dengan laki-laki yang lebih muda.

Macron telah membuktikannya. Selama sepuluh tahun berumah tangga dengan mantan guru SMA-nya, tampak peran si bu guru membawa Macron menjadi orang nomor satu di negaranya.

So, kenapa ragu punya suami yang lebih muda?#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun