Mohon tunggu...
Siti kholis komara
Siti kholis komara Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat kegaduhan pemikiran

Penggiat Sosial yang hanya bisa menyumbangkan pemikirannya agar hidup tak kehilangan makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gadis Remaja Bunuh Balita, Fenomena Gunung Es Kesalahan Berpikir

8 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 11 Maret 2020   11:12 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dikenal sebagai orang yang ramah dan dianggap sebagai orang yang baik karena sikapnya yang mampu memposisikan diri.

SQ/Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk melihat makna dari masalah, memahami setiap kegiatan sebagai ibadah demi kepentingan umat manusia dan tunduk pada aturan Tuhan.

 Orang dengan kemampuan spiritual yang baik akan dikenal sebagai orang yang pandai mengambil hikmah dan menjaga tindakannya agar tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Saat salah satu dari ketiga kecerdasan itu tidak ada maka keseimbangan perilaku akan terganggu. Seperti kasus yang dilakukan NF, secara kemampuan intelektual kita bisa mengatakan NF sangat baik terlihat bagimana dia melakukan segala tindakannya dengan perencanaan, sosoknya yang terkenal pintar dan berprestasi. Hanya saja dua kemampuan lainnya tidak berkembang dengan baik. 

Rasa puas setelah melakukan pembunuhan, perasaan tidak bersalah menunjukan bahwa rasa empatinya tidak berkembang, sosok nya dikenal sebagai orang yang sangat sulit meminta maaf, coretan dan gambar dalam bukunya yang melukiskan bagimana perasaannya mengindikasikan NF adalah orang yang sulit untuk mengelola emosi dan puncaknya saat ada dorongan untuk membunuh dia kalah oleh emosinya/hawa nafsu.

Tidak hanya kecerdasan emosional yang tidak berkembang tapi juga kecerdasan spiritual nya, keberanian dia membunuh dan menyerahkan diri pada pihak berwajib menandakan bahwa dia siap dengan segala risiko yang akan diterima, yang ada dipikirannya adalah saya ‘puas dengan apa yang telah saya lakukan,’ ‘saya tidak merasa bersalah dengan apa yang telah saya lakukan,’.

Berarti dia menganggap perbuatannya adalah satu kebenaran kenapa harus disesali dan hal itu bertentangan dengan hukum spiritual, apa pun agamanya saya yakin tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk melakukan pembunuhan tanpa alsan.

Mengajarkan dan mengembangkan 3 kecerdasan tersebut menjadi hal yang sangat penting terutama pada anak-anak dan remaja yang secara potensi melakukan kesalahan cukup besar.

Hal semacam itu mengingat fase hidup mereka yang masih pada tahap coba-coba ditambah kita hidup di Era Globalisasi di mana akses informasi terbuka sangat lebar, semua hal bisa masuk, pembatasan akses pada hal-hal negatif tidak cukup efektif diterapkan pada anak yang sudah mulai beranjak remaja karena mereka dengan mudah akan mencari cara lain justru penangkalnya ada dalam diri, membuat sistim dari luar saja tidak cukup tanpa membangun sistim di dalam diri. 

Orang tua merasa cukup dan membanggakan anaknya yang pintar secara intelektual tanpa memperhatikan bagimana kecerdasan emosional dan spiritualnya. 

Hal inilah yang menjadi sebab kenapa muncul kasus pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak terduga, karena sebenarnya mereka adalah orang yang tidak baik-baik saja sejak awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun