Mohon tunggu...
Siti Fatimah239
Siti Fatimah239 Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Layanan Bimbingan Konseling Dalam Pengembangan Sikap Religius Siswa

28 Oktober 2018   21:35 Diperbarui: 28 Oktober 2018   22:16 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sdibinainsani.wordpress.com

Belakangan ini, banyak siswa yang rusak karakternya. Kerusakan tersebut terjadi sebab berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi diantaranya kurangnya pemberian pelajaran religius terhadap siswa, sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan moral yang dilakukan oleh siswa kepada guru. Salah satu bentuk kekerasan tersebut yaitu pembunuhan yang dilaksanakan oleh siswa SMA Negeri 1 Torjun terhadap gurunya seperti yang dimuat dalam detiknews dalam link https://news.detik.com/berita/3845912/cerita-siswa-aniaya-guru-di-sampang-hingga-meninggal-dunia. padahal jika merujuk pada Permendikbud No.103 tahun 2014 dijelaskan bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta dapat berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berperadaban dunia.

Berangkat dari kasus diatas, kita sebagai pengamat dapat memastikan bahwa selama ini pendidikan yang berlangsung dikalangan masyarakat belum memenuhi tujuan yang diharapkan oleh Dinas Pendidikan. Mengapa dikatakan demikian? Adanya tuduhan tersebut sebab munculnya kasus yang melibatkan siswa ketika dalam pembelajaran. Kasus-kasus tersebut diantaranya seperti yang diungkapkan diatas. Jika ditelisik secara mendalam, kasus tersebut terjadi akibat kurangnya pemberian pengetahuan sikap moral dan religius kepada siswa. Kedua sikap tersebut hendaknya diberikan oleh guru sejak pertama kali siswa masuk di bangku sekolah. Tujuan utamanya supaya siswa dapat memahami secara mendalam apasaja yang termasuk dalam kedua sikap tersebut dan siswa mampu memilah mana kegiatan yang menimbulkan efek baik dan buruknya dalam kehidupan.

Namun pada kenyataannya, kedua sikap tersebut terkadang menjadi terbengkalai akibat banyaknya tuntutan yang harus dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga menyebabkan guru hanya memfokuskan diri dalam satu ranah pendidikan saja, yaitu pada ranah kognitif sedangkan ranah yang lainnya tidak begitu diperhatikan. Nah untuk mengatasi hal tersebut, maka guru Bimbingan Konseling bisa mengambil alih peran untuk memberikan layanan dalam rangka  mengembangkan sikap afektif yang dimiliki siswa yaitu seperti sikap religius dan moral.

Untuk bisa melakukan layanan, terlebih dahulu guru Bimbingan Konseling memahami apa itu makna dari sikap religius. Menurut Kemendiknas, sikap religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap ini dianggap sebagai sikap dasar yang harus dimiliki oleh siswa, sebab baik buruknya sikap-sikap lainnya tergantung pada sikap religius. Misalnya, moral siswa bisa baik dari baiknya sikap religious yang dimiliki oleh siswa.  Jika diibaratkan bangunan rumah, sikap religius adalah pondasi dari banguna tersebut. Oleh karena itu, jika pondasinya tidak kuat, maka bangunan rumah akan goyah bahkan roboh.

Setelah guru Bimbingan Konseling memahami makna sikap religius secara mendalam, barulah mereka dapat menentukan strategi yang akan diterapkan dalam melaksananan layanan. Sejatinya, strategi dari layanan Bimbingan dan Konseling sangatlah banyak. Namun tidak semua strategi dapat diterapkan dalam semua layanan, melainkan harus menyesuaian pada tujuan dari layana tersebut. Apabila seorang guru Bimbingan Konseling menginginkan layanan dalam mengembangkan sikap religuis, maka dapat menerapkan strategi layanan dasar, strategi layanan peminatan dan perencanaan individual, strategi layanan responsif, dan strategi dukungan sistem.

Strategi layanan dasar yang harus dilaksanakan oleh seorang guru Bimbingan Konseling dalam mengembangkan sikap religius yaitu dengan pemberian daftar cek masalah yang dialami oleh siswa. Daftar cek tersebut diberikan supaya guru Bimbingan Konseling mengetahui apa yang dibutuhkan siswa terhadap kebutuhannya pada sikap religius. Strategi ini dianggap salah satu strategi yang paling akurat untuk mengembangkan sikap religius siswa. Hal ini diungkapkan sebab dengan menerapkan strategi ini, seorang guru Bimbingan Konseling bisa mengembangkan sikap siswa secara menyeluruh dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh siswa.

Strategi kedua yang dapat diterapkan dalam rangka mengembangkan sikap religius siswa yaitu strategi layanan permintaan dan perencanaan individual. Strategi ini merupakan strategi yang berguna untuk merencanakan dan mempersiapkan masa depan siswa dengan memperhatikan potensi dari siswa tersebut. Dalam mengembangkan sikap spiritual, guru dapat memberikan dorongan kepada siswa dalam mengimpementasikan ajaran agama yang dimiliki untuk kehidupannya di masa depan. Dorongan tersebut bisa berbentuk cerita orang yang sukses sebab kereligiusannya, pemberian contoh, dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya dorongan, diharapkan peserta didik bisa lebih giat lagi dalam mengembangkan sikap religiusnya.

Strategi selanjutnya yang bisa digunakan dalam mengembangkan sikap religuis siswa yaitu strategi layanan responsif. Strategi ini diberikan oleh guru supaya siswa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri baik secara spontan maupun tidak. Dalam pengembangan sikap spiritual, strategi ini bisa dilakukan dengan cara guru mengajukan permintaan kepada siswa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan Bimbingan Konseling. Sehingga guru bisa mengetahui mana siswa yang sikap spiritualnya sudah baik dan yang masih perlu untuk dikembangkan melalui adabnya dalam berdoa.

Strategi terakhir yang bisa diterapkan dalam pengembangan sikap religius siswa yaitu strategi dukungan sistem. Strategi ini tidak dilakukan antara siswa dan guru Bimbingan Konseling secara langsung, melainkan adanya kolaborasi antara guru Bimbingan Konseling dengan guru Agama misalnya. Lantas bagaimana caranya supaya strategi ini bisa sampai kepada siswa? Caranya yaitu dengan mengumpulkan siswa dalam sebuah forum, kemudian guru Bimbingan Konseling dan guru Agama melakukan dialog interaktif terkait bagaimana cara mengembangkan sikap religius siswa. Ketika proses dialog tersebut berlangsung, maka siswa bisa mengambil benang merah dari dialog tersebut yangmana berhubungan dengan upaya pengembangan sikap religious siswa. Dengan itu, maka strategi ini bisa memberikan pelajaran terhadap pengembangan sikap religius siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan pengembangan sikap religius siswa dapat berkembang menjadi lebih baik dan tidak menimbulkan kasus-kasus yang menyeret sikap religius siswa dan moral siswa, sebab sikap moral muncul dari sikap religius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun