Mohon tunggu...
Siswo Budi Utomo
Siswo Budi Utomo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi Manfaat untuk Bekal Akhirat

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ayo, Terapkan Metode Belajar Bahasa Inggris Ini! Anak Anda Akan Lancar Berbahasa Inggris

14 September 2021   18:37 Diperbarui: 18 September 2021   07:29 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Pengantar

Seringkali penulis mendapati orang tua yang kesulitaan mengajari anaknya bahasa Inggris. Mereka selalu mengatakan, " bahasa inggris itu  mengucapkannya susah", "saya nanti malah keliru mengajarkan ke anak saya" atau "nanti malah saya dibandingkan sama gurunya" bila kita data sekian banyak orang tua yang bukan dari latar belakang pendidikan bahasa Inggris.

Pada tahun 2019 kurikulum pendidikan merdeka belajar telah disahkan oleh Mas Menteri. Pada pelajaran Bahasa Inggris siswa dididik agar mahir dalam daily conversation (percakapan sehari -  hari). Hal ini bisa kita tilik dalam buku siswa pada jenjang setelah SD, yakni jenjang SMP dan SMA yang kebanyakan muatan dari buku tersebut adalah dialog sehari-hari.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menyampaikan suatu pemikiran bagaimana membuat anak senang belajar bahasa inggris. Atau dengan kata lain bagaimana mengajar bahasa inggris untuk siswa SD (mengenal kata, makna, dan pembentukan kalimat yang sederhana).

B. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah tanda yang hendak kita sampaikan untuk berkomunikasi, yang perlu digaris bawahi  disini adalah tanda tersebut memiliki makna . Makna tersebut adalah makna yang tersusun dari unsur terkecil  (Kata)  sampai kalimat (rangkaian kata). 

Jika diruntut,  huruf menjadi suku kata, suku kata mejadi kata,kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat. Penulis membatasi sampai kalimat  sesderhana karena disesuaikan dengan kapasitas ruang dan  pembahasan. Dimana kemampuan daily conversation  tidak sampai memproduksi suatu kalimat kompleks, paragraph atau bahkan wacana.

Kalimat sederhana adalah kalimat yang mengandung setidaknya subyek dan predikat, tidak berisikan kalimat kompleks seperti frase dan bukan kalimat kompleks (ada induk kalimat dan anak kalimat)

C. Sistim Bahasa

Bahasa-bahasa yang ada di Dunia memiliki sistim bahasa tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan satu dan yang lainnya. Sebagai gambarannya akan kami sampaikan sekilas  mengenai  yang terkandung dalam sistim bahasa.  

Ada sistim fungsi kalimat , seperti Subject, Predikat, Object, Keterangan. Ada sistim kelas kata seperti kata benda, kata sifat, kata keterangan, kata kerja, dan kata ganti. Ada pula sistim pengucapannya, dan yang juga penting untuk disampaikan adalah sistim afiksasinya (pengimbuhan katanya), setiap bahasa memiliki sistim yang berbeda dalam afiksasi.

Sejauh penulis mengamati, potensi kemampuan Siswa SD sejatinya bisa mencerna pelajaran bahasa inggris untuk kalimat sehari-hari yang sederhana dengan pendekatan praktis, bukan teoritik. 

Namun perlu kiranya kita melakukan pemetaan yang dimana meski kalimat (baca: kalimat berbahasa inggris) yang cukup sederhana namun acapkali kita jumpai kalimat itu tidak bisa diterjemahkan kata per kata.

Berikut pemetaannya:

Perbedaan kedua  Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris, dalam hal afiksasi memiliki perbedaan signifikan. Pengucapan yang sistimnya juga berbeda secara signifikan. 

Meminjam istilah para pendidik bahasa inggris, dari penutur asli selalu mengatakan bahwa "kamu (siswa) memahami tulisan yang pengucapannya tidak didapat dari  pengejaan tulisan yang tertulis"

Sedikit gambaran mengenai affiksasi misalnya:

Saya sedang berjalan

Saya sedang memperjalankan anjing

Dalam bahasa Inggris:

I am walking

I am walking my dog.

Pada kalimat sederhana di atas, adalah contoh perbedaan kedua bahasa tersebut, dimana tidak ada perubahan afiksasi  dalam bahasa inggris untuk kesepadanan 'berjalan dan memperjalankan' pada bahasa indonesia.

Paling tidak dua hal tersebut yang seringkali muncul dalam pembentukan kalimat sederhana level anak SD yang sejauh penulis amati. Pengucapan yang berbeda dan afiksasi yang jauh berebeda.

Seorang guru bahasa inggris pada contoh kalimat sederhana di atas setidaknya mengajarkan 2 hal, dengan pendekatan yang praktis bukan teoritik.

a. Pengucapan yang benar

b. Susuanan SPOK yang benar. 

untuk penggunaan 2 atau lebih kata berimbuhan pada bahasa indonesia. Dimana kata tersebut sepadan dengan 1 kata tanpa afiks (imbuhan)  di bahasa inggris, Tak perlu diteorikan. Cukup dijelaskan maknanya (lih contoh berjalan dan memperjalankan). 

Ketika kita mengajarkan suatu bahasa inggris kepada anak-anak SD, sebetulnya kita memperkenalkan dua petak puzzle yang tiap petak puzzlenya memiliki aturan yang berbeda, tetapi endingnya akan terbentuk gambar yang sama. Karena itu Guru local yang menguasai bahasa ibu akan lebih baik mengajar bahasa inggris untuk anak Negeri ini. Secara tidak langsung mereka memperkenalkan perbedaan-perbedaan bahasa tanpa harus dijelaskan secara teoritik tapi praktis.

Sebagai kesimpulannya  dua bahasa tersebut akan bermuara pada makna yang bisa ditemukan kesepadanannya walau secara sistim (proses) membetuknya berbeda. Semua bahasa di dunia juga berlaku hal yang sama.

D. Kondisi Anak dan Permasalahan Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa SD

I. Belajar Bahasa Inggris tetapi Lingkungan Kurang Mendukung

Persoalan umum yang dihadapi dalam pendidikan bahasa inggris kita adalah kurang tersedianya lingkungan yang bisa membuat siswa-siswi kita bisa menyerap dan berinteraksi.

Sebagai gambaran, Ketika anak-anak kita masih kecil, mereka memperoleh pengetahuan bahasa ibu secara autodidak. Penutur sekitar mengucapkan dengan dialek yang khas, penutur memberikan koreksi bila dalam pengucapannya keliru. Disamping itu bilamana ada penyusunan kalimatnya yang aneh, penutur bisa memberikan koreksi pada anak tersebut.  Idealnya Anak/ Siswa yang sedang belajar bahasa inggris harus demikian.

Lalu bagaimana dengan siswa-siswi  tingkat SD dalam belajar bahasa inggris, apakah mendapatkan hal yang sama?  Peran guru untuk menyampaikan koreksi bahasa jika diibaratkan dalam kehidupan keluarga adalah seperti orang tua yang memberikan koreksi terhadap putra tersayangnya. 

Jika kelas diibaratkan sebagai pembelajaran lintas bahasa, maka guru adalah  role model dari penutur asli bahasa tersebut. Ia juga menguasai perbedaan  - perbedaan dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa inggris) dalam hal ini pada kalimat sederhana.

 Ia mengedukasi agar nantinya siswa tidak merasa asing. Dalam hal ini merasa asing untuk mengucapkan karena terbiasa mengucapkan 'kalimat bahasa indonesia'. tidak asing terhadap kata kerja bahasa inggris yang tidak mendapatkan imbuhan.

"Ah terlalu tinggi ekspektasi penulis ini, hehehe, mungkin ia belum pernah tahu kalau kita ngomong dengan logat bahasa inggris yang penekanan dan cara pengucapannya yang jauh berbeda dengan bahasa kita, sontak saya di bully kok. Alih-alih malah mendapatkan semangat untuk belajar, menjadi down Iya." Mungkin ilustrasi tersebut adalah potret lingkungan kita.

Secara ideal pembelajar/ penerima materi bahasa inggris ditempatkan pada lingkungan yang kondusif dan secara pembelajaran formal diajari menurut kapasitasnya.

II. Pendekatan yang digunakan dalam Mengajar Siswa

Ketika kita mengajar dari level dasar, maka materi dan metode kepengajaran harus sesuai.  Ketika sudah naik level, metode tersebut harus siap diganti dengan metode yang baru. 

Kalau kita ingat- ingat saat kita mengajari anak-anak kita dengan penjumlahan, mereka kita ajari dengan urutan bilangan, jika ada penambahan 1 maka maju satu ke bilangan setelahnya, begitu juga jika kita ingin menambahkan 2 atau 3 maju sesuai dengan setelahnya.

Hal itu ada alasannya karena masih terlalu sulit untuk menggunakan media jari, mengkonsep dari jari menjadi symbol angka satu (penulisan), lalu membuat operasional penjumlahannya. Maka cara yang paling sederhana adalah menghapal 1 sampai sepuluh, jika sudah hapal tinggal mengajari 'menggerakkan pensil pada bilangan di depannya' untuk menjumlahkan. 

Dari ilustrasi di atas, Maka metode didasarkan pada asumsi peserta didik. Di dalam bahasa juga demikian. Untuk mengajari pengucapan kosakata (vocabulary) , hal yang paling susah menurut penulis adalah:

Bagaimana siswa tidak berprasangka negative bahwa pengucapannya sulit atau tidak masuk akal. Tentunya pendidik, baik guru atau orang tua bisa menunjukkan pengantarnya terlebih dahulu.Misalnya, pada film upin -- upin yang cenderung merubah dialek 'ada apa' menjadi 'ada ape' (ucapannya ipin beda dengan penulisan). 

Pengajaran pengucapan, pada penulisan simbolnya , jumlahnya sekitar 48 phonetic symbol bahasa inggris. Karena 48 phonetic symbol Itu terlalu rumit bagi anak-anak. Anak --anak tidak perlu menulis symbol tetapi mengerti cara membacanya (pengucapannya) terlebih dahulu.Serta simbolnya bisa menggunakan alphabet biasanya.

Masih ingatkah kita yang beragama islam diperkenalkan dengan huruf hijaiyyah terlebih dahulu, tanpa harus menulisnya dulu, kita hanya disuruh membaca, ustadz/ustadzah memberikan apresiasi wah kamu sudah iqro' 3 (masih seputar bunyi dan disambungkan bunyi tersebut menjadi suku kata). Meski sebenarnya hal itu masih jauh menuju tujuan,  tapi ia akan semangat)

Sistim itu adalah sistim yang mendidik, mengajari anak -- anak untuk mengenal bahasa dari sistim bunyi (baca: pengucapan), kemudian otak mereka mencerna sebagai  "bunyi"  . Kemudian ustad/ustadzah memberikan penggabungan, terjadilah pengejaan pada suku kata (spelling syllable).  

Jumlah phonetic symbol dalam bahasa arab, kebetulan berjumlah 28 huruf hijaiyyah (sama dengan cara penulisannya).  Jika dalam bahasa inggris tanda bunyi ada 48 phonetic symbol (jumlah hurufnya cuman 26 huruf).

Jumlah bunyi yang banyak dan hampir sulit untuk diucapkan bagi orang dengan bahasa Indonesia seperti kita, bukan lantas sistim pengejaan suku kata bahasa inggris tidak diajarkan.

Bukankah Louis Braille mengkritik sistim pendidikan  membaca pada tuna netra  waktu beliau di asrama sekolahnya di  Paris. Kesalahan sistim pengajaran membaca  untuk tuna netra pada waktu itu  adalah  tidak menyediakan sistim pengejaan pada suku kata . 

Louis Braille kemudian menciptakan sistim huruf yang mudah diraba dengan satu jari dan sistim pengejaan suku kata. Alhasil anak-anak tuna netra pada masa itu sangat terbantu untuk membaca (baca: membaca dengan lugas, bukan membaca dalam hati).

Bagi Braille, anak-anak tuna netra, Indra pengelihatan  siswa tuna netra adalah jari (finger tip). Sehingga ia berharap sistim yang ada tersebut memudahkan untuk mengeja. 

Jika sistim yang lama hanya sekedar huruf alphabet yang dicetak timbul, bagi penyandang tuna netra itu terlalu rumit karena huruf tersebut tidak bisa diraba dengan hanya 1 jari (finger tip). Sehingga huruf itu dianggap tidak memudahkan untuk mengeja. Ia kemudian mengkritik  dengan kalimat 'tidak adanya sistim pengejaan pada sistim huruf tersebut'

Kalau kita juga mengajarkan pengucapan (pronunciation) tidak perlu jauh-jauh rujukannya. Seperti metode Iqro' itu sudah terbukti sangat membantu, ia diperkenalkan dari sistim huruf kemudian pengejaan. "Konsekwensinya tentu kita perlu membenahi sistim pembelajaran dengan mengjarakan sistim pengejaan sejak dini. "Ya tentu dong"  ,"Wah berat dong, harus merubahnya??"

Lebih berat lagi bila anak Indonesia yang masih SD bingung terhadap pengucapan "Come here, Listen. Don't be mean !!". Nice to meet you.

Disini kita tidak perlu menyamai 48 huruf tersebut. 48 tersebut mungkin bisa diserap oleh orang yang sudah dewasa/ anak kuliahan. Penulis hanya memberikan bunyi yang sudah kita kenal. Misal "creative" dibacanya adalah "Kri'yey'tiv". She dibacanya "Shi"

Untuk  lebih detail mengenai metode di atas, Baca juga:

Mengajari Pronunciation Sekaligus Pengejaannya

Sistim penulisan di atas akan mudah dibaca oleh orang tuanya juga. Bagi orang tua yang merasa sangat asing dengan pengucapan bahasa inggris, bisa mengajari anaknya juga. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat dalam pikiran anak-anak seusia SD, belajar jika tidak ada yang mengkondisikan akan sulit baginya. 

Bagi siswa atau anak, hal itu akan mudah, mengingat pengucapannya  dibantu dengan abjad yang  mudah diingat (seperti contoh di atas). 

Umumnya metode seperti di atas tidak diterapkan di kurikulum pendidikan bahasa inggris di Indonesia. Di Indonesia metode yang digunakan lebih pada penghapalan kosa kata, dan kurang terlatih pula untuk kemampuan pengucapan. Tidak tersedianya buku cetak atau instruksi yang membentuk sistim pengejaan cara baca. Hal itu membuat kepengajaran bahasa inggris hanya dilakukan oleh orang tertentu.

Guru memang  memiliki peran sentral, yang  menerangkan dan mengoreksi cara bacanya, namun tanpa pengejaan yang dituliskan oleh guru atau tertulis di buku tidak semua siswa mengingatnya. 

Kita tahu bahwa siswa memiliki cara belajar yang beragam. Ada yang condong pada Audio, Visual, Audio-visual dan Kinestetic learning. 

Jadi tidak semua ucapan guru bisa cepat ditangkap oleh siswa. Maka untuk memanggil (mengingat)  kembali bunyi pengucapan pada suatu kata yang semakin hari semakin bertambah terus, tentu akan merepotkan siswa. Maka, Mengajarkan sistim pengejaan bahasa Inggris akan lebih edukatif dan membangun semangat siswa. 

Sedangkan untuk kompleksitas kalimat dalam bahasa inggris mengenai unsur-unsur yang telah kami sebutkan sebelumnya seperti kelas kata, affiksasi, ada fungsi kalimat yang berbeda (SPOK yang berbeda) , Bagaimana mengajarkannya? akan diulas lebih jauh pada Edisi selanjutnya.

Kesimpulan.

  • Ajari siswa/ anak pengucapan bahasa inggris dengan bahasa sendiri Agar ia memiliki sistim pengejaan (spelling). Niscaya anak anda tidak kebingungan dalam Belajar Bahasa Inggris.
  • Untuk  lebih detail mengenai metode di atas, Baca juga:

    Mengajari Pronunciation Sekaligus Pengejaannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun