Mohon tunggu...
Siswo Budi Utomo
Siswo Budi Utomo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi Manfaat untuk Bekal Akhirat

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paradoks

6 Desember 2020   09:06 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:43 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc: Rumahfilsafat.com

                                                                                                 

Hidup yang tak bisa diulang kembali.

Ada yang bilang, "tak perlu mempersulit hari pembalasan dengan hura-hura".

Ada yang bilang, "yang tak bisa diulang ini justeru perlu kita nikmati dengan foya-foya".

Musibah besar pun datang....

Ancaman nyawa datang dari makhluk yang sangat kecil.

yang hidupnya berhura-hura menjadi takut.

yang percaya alam barzah juga takut terkena corona.

Semua takut karena alasan yang berbeda.

Yang satu karena ada harapan-harapan di dunia belum terpenuhi.

Yang satu karena masih merasa rendah di hadapan tuhannya.

Versi kehidupan keduanya memang berbeda,

Namun.....

Apakah ada "rasa bahagia" di dalam jiwa keduanya?

Keduanya sama-sama bahagia, namun ada perbedaan mengenai kadar kebahagiaannya.

Ada yang berkeyakinan kebahagiaan sejati itu ada di alam materi.

Sementara yang lain berkeyakinan, sejatinya bahagiannya alam materi ini sementara.

tetapi keduanya sama-sama mengakui adanya kematian.

Saat jasadmu membisu 

Cintamu tak lagi menemanimu

Pamitmu  datang dengan tiba-tiba

dan Hartamu tak sempat kau wasiatkan.

Di titik pamitmu pada dunia,  suatu paradoks terjadi.

Paradoks  yang akan memberikan pencerahan mengenai kadar kebahagiaan yang hakiki.

Saat kematian telah tiba, Paradoks  bermula.

"Dunia yang ku anggap tempat paling nikmat ini,  ternyata harus berakhir".

"Tahap selanjutnya  tetap berjalan walau aku dalam pengingkaran sakaratul maut  ingin diberi tambahan umur

namun tetap saja tak bisa melawan hingga akupun pasrah".

"Oh dunia, kau begitu menyimpan pilu.."

"Dulu aku mencurangi makhluk tuhan yang lain supaya aku, orang-orang tersayangku dan keluargaku terus bahagia".

"namun sekarang, mereka tak menjamin keselamatanku".

"Persaingan perebutan rezeki memang demikian keras sampai aku bertindak kejam pada makhluk tuhan yang lain".


"Oh dunia yang menggores pilu di hari pamitku",

"Dulu aku ingin  berkuasa  karena itu adalah atribut yang orang pandang baik."

"Ternyata, aku aktor pewayangan untuk mereka".

"Tak bisa aku memiliki patokan yang mengarahkanku pada jalan kebenaran".

"Aku berpatok pada pandangan  asal orang-orang penting senang".

"Masa bodoh dengan orang-orang biasa yang gak ada pengaruhnya".

"Ternyata suara-suara merekalah  yang menuntut keadilan malah aku bungkam".

"Sekarang, jalan itu aku tutup sendiri".

"Makhluk tuhan yang seharusnya aku tolong malah aku tindas".

"Makhluk tuhan yang seharusnya aku pintarkan ternyata aku perbodoh".

"Ternyata kekuasaanku saat ini  untuk tujuan segelintir orang-orang rakus".

 "Hari ini Aku membawa kepiluan di hari terakhirku".

"Mereka semua akan menjadi saksi karena jiwa ini abadi".

"Jiwa yang lain akan menjadi saksi atas perbuatan ini".

"Oh tuhan, jangan-jangan neuron-neuron yang ada bersamaku dulu akan menjadi saksi juga!"

"Oh tuhan betapa berlebihan aku merasakan manisnya hidup sampai aku lupa bahwa di dalam manisnya itu menimbulkan penyakit di hari ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun