Mohon tunggu...
Siswo Budi Utomo
Siswo Budi Utomo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi Manfaat untuk Bekal Akhirat

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa yang Bisa Kita Harapkan dari Kebijakan Merdeka Belajar?

29 Desember 2019   08:34 Diperbarui: 21 Januari 2020   08:29 3671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal sebagai manusia yang dikaruniai kehendak bebas untuk memilih yang terbaik bagi dirinya sedangkan alat untuk memilih yang terbaik adalah analisa, tentunya sistim Ujian yang merdeka adalah yang membuat siswa bisa menuangkan pengalaman belajarnya lewat analisa, dengan ungkapan berupa lisan atau tulisan, dengan analisis masalah yang diyakininya.

Jawaban terhadap soal yang dijadikan ujian, tidaklah hitam dan putih karena setiap peserta didik satu dan yang lainnya memiliki pengalaman belajar masing -masing. Yang terpenting guru mengukur sejauh mana siswa menerapkan pengetahuannya untuk analisis masalah.

Penggantian UN dengan dengan assesment hanyalah salah satu instrument yang mengarahkan sistim yang tidak memerdekakan menjadi sistim pembelajaran yang memerdekakan.

Pertama, Diharapkan dengan assesment kemampuan minimum, bagaimana seluruh elemen pembelajaran merubah metode hapalan menjadi analisis. Kemampuan dasar ini jika diibaratkan mentreatment anak, anak merupakan potensi dan tunas, dimana potensi adalah hal yang melekat dalam hal ini adalah daya kognitif, afektif dan konatif potensi yang sudah ada tersebut harus dikembangkan untuk menjadi tunas.

Tunas yang bermunculan itulah yang disebut dengan kemampuan minimum (literasi dan numerasi), kemampuan analisis sesuai dengan level sekolahnya. Maksud dari kognitif adalah penggunaan logika untuk memahami, Afektif adalah menginternalisasi hasil pemahaman sehingga mampu timbul kesan yang mendalam,dan konasi adalah kemauan atau semangat untuk mencari tahu dan semangat untuk menerapkan.

Dengan mempotensikan ketiga potensi itu lewat metode pembelajaran berbasis analisis, tentu masih terbuka kemungkinan bahwa nantinya ada sekolah - sekolah yang melebihi target minimum.

Kedua, tentunya sistem penilaian terhadap beragam analisis siswa menjadi lebih fleksibel, tidak saklek . Sedangkan survey karakter, bagaimana nantinya hasil survey karakter digunakan untuk pijakan membenahi praktik nilai nilai pancasila yang diterapkan di sekolah bila hasil survey belum memuaskan. 

Merdeka belajar, bila penulis ungkapkan dengan Bahasa yang penulis susun dalam suatu kalimat pernyatan "Biarkan siswa yang nantinya menentukan terhadap pilihan sendiri, Tugas guru memberikan rangsangan yang menggerakkan siswa untuk mengembangkan konsep".

Selama ini siswa kurang merdeka karena disuruh menghapal, bukannya mempelajari konsep atas kemauan sendiri. Sistimnya bersifat behavioristik. Ketidakmerdekaan siswa yang bisa diamati lagi adalah kejenuhan dan stress yang tinggi, tugas dan ujian sekolah merupakan momok bagi siswa karena intensitasnya sangat sering dan ujung ujungnya membuat bosan,jenuh, dan semangat belajar menurun, atau bahkan ada yang apatis.

Buat apa menghapal semua ini, toh nanti di dunia Industri tidak menerapkan materi hapalan.

Sebagai ilustrasi praktik pembelajaran di kelas pada pelajaran Matematika SMP, akan saya sampaikan sekilas sebuah contoh soal dan bagaimana secara umum guru mengajarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun