Dulu aku sangat penurut, bahkan aku banyak mengalah dalam hal apapun. Dalam fikiranku hanya terbesit, ya, Â surgaku kini ada pada suamiku. Tetapi.. hari-hariku selalu berlalu dengan ketidakbahagiaan, hingga membuatku sampai pada.. mengapa surgaku berbentuk neraka?.Â
Abu rokok berhamburan diatas meja coklat dengan sedikit ukiran. Tidak lengkap pemandangan tersebut tanpa tisu yang berhamburan menyertainya. Aku sangat sebal sebetulnya, hanya saja, rasanya aku ingin memaki lelaki itu, kerjaannya hanya merokok, ngopi, tidur, marah-marah, memakiku, dan hanya fokus mengurus ibu beserta adik-adiknya. Poin terakhir tentu tidak salah, kan, katanya anak laki-laki memang milik ibunya. Surga suami ada pada ibunya, katanya, dalam setiap pertengkan. aAku tidak sedikitpun menyalahkan hal tersebut, hanya saja, apa dengan sikapnya terhadapku selama ini bisa membuatnya disebut suami durhaka?.
Baginya aku hanyalah robot sebagai penghasil uang, budak, tempat ia memaki, ya.. kurang lebih seperti itu.Â
#1