Mohon tunggu...
Siski Andini Sukowati
Siski Andini Sukowati Mohon Tunggu... Penulis - @siski_andini

Mahasiswa Departemen Kimia 2017 IPB University

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Oatsaka" (Oat Sintetis Asal Bekatul), Sereal Praktis, Murah, dan Sehat untuk Penderita Diabetes Melitus

16 Juli 2019   08:35 Diperbarui: 16 Juli 2019   13:38 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 Diabetes Melitus (DM)  kini menjadi momok bagi warga dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Semua orang dari berbagai kalangan berpotensi mengidap penyakit ini. DM merupakan penyakit multifaktorial yang ditandai dengan sindroma hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, serta lemak. 

Hal ini disebabkan karena insufiensi sekresi insulin atau aktifitas endogen insulin atau bahkan keduanya. Penderita DM mengalami beberapa gejala klasik, yaitu poliura (banyak berkemih), polifagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), dan penurunan berat badan. Dalam jangka waktu yang lama, diabetes melitus dapat memicu risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ketahun di berbagai negara. Berdasarkan estimasi terakhir IDF (International Diabetes Federation), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan menderita diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 592 juta orang. 

Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari. 

Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease WHO tahun 2004, Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dengan prevalensi penderita sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi akan meningkat 2,5 kali lipat menjadi 21.257.000 penderita pada tahun 2030. Faktor penyebab yang sering menjadi sorotan dari meningkatnya prevalensi tersebut yaitu pola hidup yang tidak sehat dan makan makanan dengan gizi tidak seimbang.

Upaya pengendalian DM merupakan tujuan penting untuk menekan terjadinya dampak komplikasi yang akan menjadi beban bagi penderita maupun keluarga penderita. 

Pengobatan DM dapat dilakukan dengan cara pemberian insulin secara subkutan atau pengobatan oral untuk mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. 

Namun, pemberian insulin dan pengobatan oral  ini membutuhkan biaya yang cukup mahal. Cara efektif dan tentu saja lebih murah adalah memodifikasi gaya hidup dan manajemen pola makan.

Gaya hidup sehat seperti olahraga teratur sangat bermanfaat bagi penderita diabetes melitus. Hal ini karena aktivitas fisik akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung kegiatan olahraga akan menurunkan kadar glukosa dalam darah. 

Penderita DM juga harus jeli dalam memilih pangan agar kadar glukosa dalam darahnya tidak melonjak. Asupan nutrisi yang dikonsumsi harus sebanding dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan bagi penderita harus sesuai dalam hal jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal maktu makan.

Mengenai jenisnya, makanan dengan prinsip diet sangat direkomendasikan kepada penderita DM. Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah. 

Sebuah studi meta analisis pada 14 studi (randomized controlled trials) yang melibatkan 356 penderita DM ditemukan bahwa dengan diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini drefleksikan melalui penurunan secara signifikan fruktosamin dan hemoglobin AIC. 

Makanan yang kaya serat juga sangat dianjurkan bagi penderita DM karena dapat memberikan manfaat metabolik pengendalian glukosa darah, hiperinsulinemia, dan kadar lipid plasma atau risiko kardiovaskuler. 

Penyandang DM juga harus berhati-hati dengan makanan berkolesterol. Penderita DM berisiko  tinggi menderita penyakit kardiovaskuler. 

Berdasarkan penelitian, lemak jenuh akan meningkatkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan total kolesterol yang berefek pada metabolisme lemak, resistensi insulin, dan hipertensi.

Penderita diabetes sangat dianjurkan untuk mengonsumsi pangan yang kaya akan serat, rendah kolesterol, dan  mempunyai IG rendah, misalnya oatmeal. 

Masalahnya, harga oat yang cukup mahal tentu tidak dapat dijangkau oleh penderita DM dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Namun, ada bahan pangan lain yang memiliki gizi yang setara dengan oat, yaitu bekatul beras. Memang masih banyak orang yang beranggapan bahwa bekatul tidak lagi bermanfaat selain menjadi makanan ternak. 

Sifat fisiknya yang tidak menarik dan minimnya pengetahuan masyarakat dalam hal pengolahan merupakan faktor utama kurangnya pemanfaatan bekatul menjadi makanan. 

Padahal, bekatul memiliki kandungan nutrisi dan berbagai senyawa bioaktif yang sangat potensial menjadi makanan sehat, termasuk untuk kalangan penderita diabetes.

Bekatul mengandung protein, lemak, vitamin, dan juga mineral. Kandungan asam amino esensial dalam bekatul antara lain: triptofan, histidin, sistein, dan arginin. 

Sementara kandungan serat pangan terdiri dari jenis selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, dan -glukan. Selain itu, bekatul juga mengandung senyawa bioaktif -orizanol, asam ferulat, asam kafeat, tricine, asam kumarat, asam fitat, isoform vitamin E (-tokoferol, -tokoferol, tokotrienol), fitosferol (-sitosterol, stigmasterol, kampesterol), dan karotenoid (-karoten, -karoten, lutein, likopen.

Pengolahan sangat penting untuk meningkatkan mutu dan daya terima masyarakat terhadap bekatul sebagai sumber pangan. Salah satunya yaitu dengan mengolah bekatul menjadi oat sintetis agar dapat menyubstitusi oatmeal yang harganya relatif mahal.  

Oatsaka (Oat Sintetis asal Bekatul) merupakan salah satu teknik pengolahan bekatul menjadi makanan sereal yang hampir mirip oat dalam bentuk flake (serpihan). 

Oatsaka dibuat melalui serangkaian proses dan bahan tambahan agar semirip mungkin seperti oat aslinya. Akan tetapi, perlakuan tersebut diupayakan tetap menjaga komponen berharga dalam bekatul serta aman dikonsumsi penderita DM. 

Olahan Oatsuka merupakan langkah untuk mereduksi hambatan pengolahan bekatul yang mudah sekali menjadi tengik karena adanya aktivitas enzim lipase. 

Enzim lipase pada bekatul dapat menghidrolisis kandungan minyak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Oatsaka juga merupakan sereal praktis yang siap santap dengan makanan pendamping seperti yogurt atau diolah lebih lanjut menjadi olahan lain sesuai selera. Dengan kata lain, Oatsaka adalah sereal analog seperti oat yang berbahan dasar bekatul, sehat, murah, praktis, dan aman bagi penderita diabetes melitus.

Pembuatan Oatsaka dimulai dengan penstabilan tepung bekatul melalui proses pemanasan di dalam microwave selama 3 menit. Pemanasan dalam microwave akan menginaktivasi enzim lipase penyebab ketengikan. Selanjutnya, tepung diayak dengan ayakan halus agar tidak ditemukan gumpalan dalam adonan. 

Tepung dicampurkan dengan bahan tambahan seperti aroma vanili, pewarna coklat makanan, sedikit garam, soda kue, dan kapur sirih. Penambahan bahan tambahan tersebut bertujuan agar oat sintetis yang dihasilkan renyah, dan memiliki warna serta aroma khas. 

Kemudian tambahkan putih telur sebanyak 2/5 bagian dari tepung bekatul yang digunakan dan ulet semua bahan hingga kalis. Apabila dibutuhkan, dapat ditambahkan air secukupnya.

 Adonan yang sudah kalis digiling dalam alat penggiling sampai sepipih mengkin, ketebalan sekitar 1 mm. Letakkan dalam oven suhu kurang dari 100oC selama 5 menit. Angkat dan pecahkan hingga berbentuk flake kecil. Oat sintetis dikemas dalam kemasan yang rapat agar dapat bertahan lama.

Untuk menarik minat konsumen terhadap Oatsaka, perlu dilakukan strategi pemasaran terutama menonjolkan manfaatnya. Sesuai tujuan awal yakni sebagai makanan sehat bagi penderita DM, maka perlu disosialisasikan bahwa Oatsaka sangat baik untuk menjaga kadar glukosa dalam darah dan mengurangi risiko komplikasi kardiovaskuler. 

Oatsaka juga memiliki berbagai manfaat dalam mencegah berbagai penyakit lain seperti jantung, obesitas, konstipasi, kanker kolon, hipertensi, dan hiperkolesterol. Iklan merupakan salah satu cara yang efektif dalam menyosialisasikan Oatsaka kepada masyarakat luas. 

Iklan dapat dicantumkan dalam kemasan yang menarik atau melalui berbagai media elektronik dan media sosial. Kolaborasi dengan berbagai pihak juga sangat penting agar inovasi dari bekatul ini dapat diimplementasikan sebagai makanan sehat. 

Perlu adanya sinergi dari pemerintah, instansi kesehatan masyarakat, dan juga industri untuk mewujudkan produksi Oatsaka secara komersial.

Daftar Pustaka

Astiyandani, P.G. 2010. Uji klinis in vivo pengaruh konsumsi daluman (Cycllea barbata) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus wistar jantan denagn diabetes melitus tipe 2. IPTEKMA 2: 1-4.


Azrimaidaliza. 2011. Asupan gizi dan penyakit diabetes mellitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6 (1): 6-41.


Cooke, D.W. dan Plotnick, L. 2008. Type 1 diabetes mellitus in pediatrics. Pediatr Rev 29 (11): 374-384.


Ermita. 2006. Mencegah Diabetes Mellitus dengan Olahraga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.


Henderson, A.J., Ollila, C.A., Kumar, A., Borreses, E.C., Raina, K., Agarwal, R., Ryan, E.P. 2012. Chemopreventive properties of dietary rice bran: current status and future prospects. Advances in Nutrition 3: 643-653.


Kemenkes RI. 2014. Infodatin: Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Jakarta.


Price, S. dan Wilson, L. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. EGC Jakarta.


Ramenzanzadeh, Rao, Windhauser, Prinyawiwatkul, Tulley, dan Mashall. 1999. Prevention of hydrolytic rancidity in rice bran during storage. J. Agric. Food Chem. 47 (8): 3050-3052.


Rao, R.S., et al. 2006. Xylitol production from corn fiber and sugarcane bagasse hydrolisates by Candida tropicalis. Bioresource Technology 97: 1974-1978.


Riccardi, G., Capaldo, B., dan Rivellese, A.A. 2005. Diabetes Mellitus in Human Nutrition. Catherine, G. dan Powers, H. Editor. Eleventh edition. Elsevier Churchil Livingstone. UK.


Snehalatha, C. dan Ramachandran, A. 2009. Diabetes Melitus dalam Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Tjokroprawiro, A. et al. 2007. Diabetes Mellitus, Buku Ajar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Cetakan 1. Airlangga University Press. Surabaya.


Widiastuti, R.K. 2008. Uji penurunan kadar glukosa darah ekstrak etanol herba daun sendok (Plantago mayor L.) pada tikus jantan yang diberi glukosa. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun