Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepanjang Jalan Kenangan bersama Kereta Api Indonesia

28 September 2022   08:48 Diperbarui: 28 September 2022   09:04 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://amp.kompas.com/money/read/2022/03/28/215711126

Semasa usia kanak, ayah pernah memberikan hadiah berupa miniatur mainan transportasi lengkap. Mulai dari pesawat terbang, truk pengangkut hasil tambang, bis penumpang, dan kereta api lengkap dengan jalur rel beserta pernak-pernik hiasannya.

Meski saya anak perempuan, mainan yang ada bukanlah boneka atau piranti masak-memasak. Kakak-kakak bilang, dulu ayah pengen punya anak cowok sebagai putra bungsunya. Mungkin karena itulah, beliau membelikan mainan ini buat saya. Tapi tak masalah, bermain dengan miniatur ini membuat saya kegirangan.

Pesawat dan kereta api mainan tersebut bergerak dengan menggunakan daya baterai. Pesawat digantung di atas palang kayu, klik on, maka ia akan berputar seperti gasing, seolah terbang menembus awan.

Demikian pula dengan mainan kereta api. Rangkaian jalur rel bisa kita modifikasi sesuai buku panduan yang disertakan dalam paket mainan. Lengkap dengan miniatur terowongan dan hiasan lainnya yang bisa dibongkar pasang. Sungguh sangat menarik.

Siapa menyangka, berpuluh tahun kemudian, saya benar-benar merasakan nikmatnya berkendara dengan dua moda transportasi tersebut, yang dulu hanya khayalan seorang bocah.

***

Stasiun KA Semarang Tawanv, Jawa Tengah (sumber gambar: https://halosemarang.id
Stasiun KA Semarang Tawanv, Jawa Tengah (sumber gambar: https://halosemarang.id

Semasa kuliah di Semarang pada era tahun 1990-an, saya pulang kampung ke Brebes setiap satu semester sekali untuk menghemat biaya mudik. Saya memang jarang pulang, tidak seperti kebanyakan mahasiswa lainnya yang bisa pulang sepekan sekali karena jarak yang cukup dekat. Atau bahkan dua kali dalam sebulan.

Untuk mengatur biaya bulanan agar benar-benar bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, maka saya memang jarang mudik, kecuali jelang masa tenang menghadapi ujian semester atau ketika libur kuliah. Bahkan ibu yang menganjurkan demikian. Ngirit.

Baca juga: Yang, Bolehkah?

Bila berangkat dari rumah di kampung menuju terminal bis di kota, saya menggunakan angkot dan memilih bis patas langsung di pool transportasi tersebut guna menuju ke Semarang. Karena jam keberangkatan bisa bervariasi mulai dari pagi hingga sore hari.

Namun untuk mudik, saya lebih memilih kereta api, karena perjalanan menjadi lebih singkat, hanya berhenti sejenak di stasiun tertentu, dan hal menarik lainnya yang tidak saya dapatkan saat menggunakan transportasi lainnya.

Saya sering berangkat via Stasiun Semarang Tawang sebagai awal keberangakatn KA dan berakhir di stasiun Tegal. Jika terjadi banjir rob, saya beralih mulai dari stasiun Semarang Poncol.

***

Ilustrasi gambar: https://m.merdeka.com/jateng
Ilustrasi gambar: https://m.merdeka.com/jateng

Ya, menarik dan membuat saya kangen naik kereta api, yaitu pemandangan hamparan sawah dan Laut Jawa saat melintasi daerah-daerah yang dilewati kereta api jalur Semarang - Tegal.

Pemandangan ini saya nikmati sepanjang perjalanan dan selalu sengaja pilih dekat jendela dengan lajur kursi bagian kanan, agar saya leluasa memandangnya.

Suguhan keindahan pantai dan Laut Jawa ini bisa kita nikmati jelang memasuki wilayah Kabupaten. Batang. Panorama indah tepi pantai ini tersajj dari Stasiun KA Plabuan hingga stasiun Pekalongan. Jalur kereta melintasi bibir pantai dengan tebing yang landai di sisi kiri.

Terkadang kita dapati jajaran rumah nelayan, kapal-kapal yang sedang bersandar, kesibukan warga nelayan dan pohon-pohon kawasan hutan Siluwok. Nah, pembaca bisa simak lebih detail ulasannya pada tautan ini.

Ilustrasi gambar: https://masfikr.com/tiket-kereta-api/
Ilustrasi gambar: https://masfikr.com/tiket-kereta-api/

Sependek ingatan saya, harga tiket kereta api kala itu tak lebih dari lima ribu rupiah. Saya tak ingat persisnya, tapi dengan harga segitu, masih ada kembalian buat beli jajanan di kereta api. Lebih murah daripada tiket bis patas (cepat dan terbatas) yang harganya berkisar antara tujuh hingga belasan ribu rupiah. 

Bahkan sahabat saya bilang, harga tiket KA Tegal Gaya Baru di era tahun tersebut hanya Rp.1.900 lho! Wenak tenan, tho! Hehehe, kelas ekonomi kan memang terjangkau dompet mahasiswa.

Tiketnya pun unik. Bentuknya bukan lembaran kertas atau print out dari mesin otomatis anjungan tiket mandiri yang kita beli secara online seperti sekarang.

Melainkan berukuran kecil dan sedikit tebal, seperti kartu domino. Tiket atau karcis KA ini tertera nama kereta yang kita naiki, stempel tanggal keberangkatan, dan stasiun asal keberangkatan. Juga nomer seri tiket.

Pada jam dan pemberhentian stasiun tertentu, tiket akan dicek secara berkala oleh petugas dengan cara melubangi sisi pinggir atau tengah tiket dengan alat pembolong check log mirip tang.

Berbeda halnya pemandangan yang saya dapatkan saat berperjalanan dari Stasiun Semarang menuju Stasiun Cepu menggunakan KA MAHARANI di tahun 2016.

Panorama yang tersaji adalah kawasan rumah perhutani dan kayu log yang bertumpuk serta rumah-rumah tradisonal jawa yang masih mempertahankan bentuk joglo. Terkadang kami melihat jajaran rumah dinas bangunan kuno era Belanda. Entah milik perhutani atau perusahaan jawatan perkeretaapian.

Anak saya sangat menyukai transportasi ini. Selain tenang, cepat sampai tujuan, suguhan pemandangan inilah yang ia tidak dapatkan dengan kendaraan lain. Menikmati perjalanan hingga tertidur nyenyak pun adalah bonus bagi kami.

Kami pun saling berbagi cerita, baik kisah saya masa kuliah seperti di atas, tentang sejarah dan budaya masyarakat jawa daerah lesisir, sejarah adanya rel kereta api di Jawa dan mengapa tidak tersedia KA Penumpang di Kalimantan Timur.  Sesekali anak saya menimpali dengan penjelasan sejarah yang oernah didaparnya dari guru, buku dan tayangan youtube.

Bahkan saat mengunjungi Lawang Sewu Semarang yang memuat sejarah perkeretapian di Indonesia, kami sangat antuasias menyaksikan peninggalan zaman kolonial di museum yang terletak di kawasan Tugu Muda.

***

Ilustrasi gambar: https://amp.kompas.com/regional/read/2022/01/04/173000378
Ilustrasi gambar: https://amp.kompas.com/regional/read/2022/01/04/173000378

Kenangan menarik yang takterlupa saat menjadi penumpang setia KA, adalah aksi para penjual makanan yang naik dan masuk ke gerbong kereta kelas ekonomi. Menemani sepanjang perjalanan hinga stasiun akhir di Tegal.

Mereka berusaha merebut perhatian penumpang agar bersedia membeli dagangannya dengan ciri khas teriakan masing-masing.

Nah, semasa saya kuliah ini, ada bapak berusia setengah baya, mengenakan baju lengan panjang rapi dan bercelana panjang, lengkap dengan kopiah hitam.

Ia menaiki kereta dari stasiun Pekalongan. Saya selalu menunggu kehadirannya setiap berkereta ria. Karena bahan makananya hangat dan saya menyukai menu yang ditawarkan. Itulah sebabnya saya bela-belain nahan keinginan jajan sejak berangkat dari Stasiun Semarang.

Keranjang si Bapak lengkap berisi menu sarapan pagi, mulai dari arem-arem isi sayur dan suwiran ayam, lumpia, nasi bungkus, lontong, tahu isi atau tahu sumedang, telur puyuh, tempe mendoan dan telur asin.

Teriakannya sangat khas dan menarik, tak kalah dengan rayuan ibu-ibu penjual lainnya.

"Adol lontooong! Adol tahuuuu! Lontong-è lêmpêng-lêmpêng plosnooong!"

Teriakan kocak si Bapak mendapat sahutan tawa riang para penumpang. Nah, ini dia, penjual yang kita tunggu. Jika kita tak mendengar teriakannya, berarti sedang melayani pembeli. Kami pun bersabar menunggu kedatangannya dari gerbong ke gerbong.

Alhamdulillah, saya takpernah kehabisan, si Bapak punya stok cukup banyak di keranjangnya. Menu lontong, tahu isi dan beberapa lembar mendoan menjadi incaran saya setiap kali mudik pake kereta. Lumayan perut kenyang sejenak, buat bekal perjalanan berimutnya hingga tiba di kampung halaman.

Sayangnya, para penjual taklagi bebas menjajakan jualannya masuk ke dalam herbong kereta saat terakhir saya menggunakan moda transportasi ini di tahun 2016. Saat itu keluarga kecil kami menggunakan KA Kamandanu dan KA Kaligung dari Semarang ke Slawi-Kabupaten Tegal.

Anak saya pun memilih kursi dengan posisi jalur yang bisa memandang pantai dan laut jawa dengan bebas. Matanya taklepas menyaksikan keunikan dan keindahannya yang jarang didapat di Kota Tepian Mahakam.

Saya akan terus kangen berkereta api. Bukan karena sempat diajak berkenalan dengan seseorang yang maksa pengen main ke rumah dan 'nembak' saya, tapi karena kenyamanan, keunikan dan pemandangan panorama sepanjang jalan kenangannya.

Eh, seseorang itu malah menjadi sahabat baik hingga kini, hahaha.

Selamat Hari Kereta Api Nasional 2022, selamat menikmati perjalanan menggunakan transportasi ini. Semoga makin nyaman, makin keren pelayanannya, dan hidangan yang lezat tersaji dengan menu khas Indonesia.

Keluarga kami akan terus kangen dan memilih kereta api saat mudik ke Jawa.

Salam sehat selalu dan ingat bahagia!

***

Arrikel 114 - 2022

#Tulisanke-414
#ArtikelDiarySiskaArtati
#MemoriKeretaApi
#HariKeretaApiNasional2022
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun