Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mau Sehat, Pilih Jamu atau Obat?

27 Mei 2022   06:16 Diperbarui: 27 Mei 2022   12:50 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: istockphoto

Selalu ada 'perang kecil' bila adegan minum obat berlangsung. Semua ngerubungi saya, memberikan semangat, yang justru membuat saya tidak nyaman dan menangis karena merasa dipaksa untuk 'sukses' menelannya.

Jangankan tertelan, yang masuk melalui tenggorokan justru pisang dan air minum, obatnya tetap saja berada di ujung atau tengah lidah. Itu selalu terjadi, dan mereka berseru, "lhaaa, ijeh ono kuwi!" (Nah, masih ada, tuh!). Sambil menatap saya dengan wajah gemas dan geleng-geleng kepala.

Akhirnya, saya gerus obat dengan gigi-gigi geraham di tengah 'lautan' air putih di mulut, baru kemudian ditelan. Perut kembung, biarin aja dah!

"Kalau gitu caramu minum obat, kan pahit, Nak," Ibu sedikit kecewa melihat saya meminum obat dengan cara ngremus. "Biar aja pahit, sing penting iso ngombe obat," jawabku tegas dengan setengah terisak.

"Heeeh? Ibu kasih jamu sekalian, lho!" Ancam ibu supaya saya kelak mau minum obat dengan cara yang benar. "Mending minum jamu aja, Bu. Meh pahit koyok opo, aku wani ngombe daripada mimik obat," jawabku. Bukan menantang sih, tetapi saya lebih baik minum jamu daripada minum obat tetapi selalu ada adegan obat tak tertelan malah pisang yang masuk.

Akhirnya, sebagai jalan tengah, ketika saya sakit, ibu meminta resep dari dokter berupa sirup atau puyer agar memudahkan saya meminumnya.

Jika yang tersedia berupa tablet atau kapsul, maka ibu menggerusnya terlebih dahulu atau membuka cangkang kapsul, menuangkan isinya dalam sendok bercampur sedikit air, dan dalam sekali telan, saya sukses minum obat.

Bahkan konsumsi vitamin berupa minyak ikan kemasan botol dengan bau amis menyengat, saya berhasil meminumnya, meski harus tutup hidung, menelan sungguh-sungguh agar tidak muntah. Bersegera makan buah yang tersedia untuk menghilangkan aroma amis yang senpat terhirup.

Ya, saya memilih obat atau vitamin berupa sirup atau puyer saja, agar tidakk terjadi drama.

***

Ilustrasi Jamu | kompas.com
Ilustrasi Jamu | kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun