Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Ada yang Permanen dalam Pilihan Politik

21 Desember 2018   08:48 Diperbarui: 21 Desember 2018   09:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tribun news.com


Meskipun tahun 2019 belum datang, suasana politik Indonesia jelang pemilihan presiden dan legislatif makin hari makin panas saja. Bukan hanya karena pihak petahana dan oposisi yang telah sibuk jual-beli serangan untuk mendulang suara, di akar rumput, suasananya juga tak kalah meradang. 

Tak terhitung dari postingan Instagram hingga pesan grup Whatsapp keluarga, isinya kalau nggak mendukung pasangan nomor urut satu, ya ramai-ramai mengkampanyekan si nomor dua. Salutnya saya, kedua kubu sama-sama militan. Baik suporter Jokowi dua periode maupun kelompok pengusung 2019 ganti presiden, semuanya semangat empat lima dengan jagoan masing-masing.

Ketika pihak satunya salah ngomong, pihak lainnya langsung siap menggoreng isu tersebut untuk dijadikan senjata kampanye, dan begitu pula sebaliknya. Tak tanggung-tanggung, istilah-istilah aneh dari sontoloyo hingga genderuwo pun bermunculan. Topik-topik yang dalam keseharian hanya dijadikan bahan tertawaan, kini malah dibahas juga oleh para anggota dewan.

Nah, memperhatikan geliat perpolitikan negeri yang sedang hangat-hangatnya, izinkan lah saya meminta anda sekalian untuk lebih santai dan regangkan otot kaki dan pergelangan tangan. Jempol-jempol yang siap-siap mencela pihak lawan melalui keyboard silakan diistirahatkan dulu barang sejenak, karena siapa tahu kita malah mendadak 'bunglon' seperti halnya yang dicontohkan oleh para politisi negeri ini.

Istilah 'bunglon' yang saya maksud tadi mengacu pada perilaku pindahnya preferensi politik seseorang yang didasari oleh beberapa faktor tertentu. Hal yang sangat mungkin terjadi, meski ia adalah seorang pendukung kelas berat sekalipun. Walau terdengar absurd, kasus seperti ini banyak terjadi. Kawan saya contohnya, ia dulu adalah suporter spartan Pak Prabowo pilpres lalu. 

Selain karena kurang puas akan kinerja Jokowi di DKI, ia tidak rela ketika Jokowi terpilih, Ahok lah yang menggantikannya jadi gubernur. Dengan jurus endorse tetangga kanan, tetangga kiri, ia bisa disebut sebagai relawan Prabowo garis keras, apalagi ia hanya berkampanye dari mulut ke mulut, tanpa dibayar uang sepeser pun. 

Nah, di pilpres kali ini, ia malah ganti haluan. Yang dulunya semangat '45 membela Prabowo malah justru tidak ingin Prabowo menang. Alasannya sederhana: Prabowo banyak blunder. Meski ia akui kampanye kedua pihak sama-sama kurang memuaskan sejauh ini, tapi ia menilai bahwa Prabowo yang ia bela dulu kurang segreget saat pilpres lalu.

Beda lagi dengan kolega senior saya, ia yang dulunya pembela Jokowi sejati. Kini terlihat malas-malasan dengan terselenggaranya pilpres mendatang. Selain kandidat yang itu-itu saja, kinerja Jokowi ternyata berada di bawah ekspektasinya. Pertumbuhan ekonomi di era Jokowi sangat lambat dan fokusnya pada pembangunan infrastruktur justru menambah hutang baru bagi Indonesia. 

Dengan memilih Prabowo-Sandiaga Uno yakni gabungan mantan militer dan pebisnis, ia berasumsi bahwa kebijakan ekonomi mereka akan cenderung lebih efektof dan efisien dibandingkan era sekarang.

Melihat dua kasus aneh di atas, saya kadang suka tertawa sendiri saat menengok betapa ngototnya orang-orang berkampanye. Bahkan herannya, ayat-ayat Tuhan hingga sumpah serapah dijadikan senjata untuk merendahkan lawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun