Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memetik Pelajaran dari Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Effendi di Kompasiana

3 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 10 Januari 2021   12:27 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Tjiptadinata Effendi & Ibu Roselina Effendi (dok pak Tjip & bu Lina)

Siapa yang tidak kenal bapak Tjiptadinata Effendi dan ibu Roselina Effendi di Kompasiana? Saya rasa mayoritas kompasianer pasti mengenalnya. Saya mulai membaca Kompasiana dan akhirnya bergabung di Kompasiana justru karena membaca tulisan pak Tjip, panggilanku untuk bapak Tjiptadinata Effendi.

Pertama kali membaca tulisan pak Tjip, sekitar bulan September 2014, saya langsung tertarik. Sejak itu setiap pagi saya memulai aktivitas saya dengan membaca tulisan pak Tjip. Kebetulan saat itu saya sangat senggang di kantor, saking tidak begitu banyak kerjaan yang bisa dikerjakan karena memang perusahaannya baru didirikan.

Akhirnya bulan Desember 2014 saya memberanikan diri untuk mendaftar di Kompasiana. Tujuannya hanya agar bisa memberikan vote dan komentar setelah membaca artikel pak Tjip dan kompasianer lainnya yang ternyata sangat menarik, menginspirasi dan bermanfaat.

Apa sih pelajaran yang saya petik dari tulisan pak Tjip dan ibu Lina?

Ada 3 poin penting dari tulisan pak Tjip yang  sangat membekas bagi saya dan yang  berusaha saya terapkan dalam sisa hidup saya, yaitu:

  • Menyiapkan diri untuk menghadapi masa pensiun

Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan untuk menyiapkan diri menghadapi  masa pensiun saya nanti. Saya berangapan biarlah hidup dijalani seperti air mengalir saja. Saya tidak menyadari untuk dapat menikmati masa pensiun dengan baik dan damai, perlu persiapan yang matang.

Tetapi berkat tulisan pak Tjip, saya jadi diingatkan  bahwa saya perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi masa pensiun saya nanti.

Berkat tulisan pak Tjip, saya sudah mulai merancang dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua saya nanti. Sudah ada gambaran dimana dan apa yang akan saya kerjakan untuk mengisi masa tua saya nantinya. Tentunya jika diijinkan oleh Tuhan.

Jangan sampai saat ke rumah saudara nantinya, anaknya teriak dari dalam “Mama, auntie datang, tidak tahu mau pinjam atau minta duit” 😊

Bahkan saya sudah menginfokan ke keluarga, seandainya saya meninggal nanti, saya minta dikremasi saja dan abunya di buang ke laut semua. 

Tidak perlu ada abu yang disisakan dan ditaruh di rumah abu. Saya tidak mau merepotkan keluarga untuk sekedar pergi berdoa ke tempat abu saya ditaruh. Yang penting masa hidup saya, setelah meninggal kita kan tidak tahu apa yang terjadi. Jadi tidak perlu merepotkan keluarga lagi.

  • Menyiapkan diri untuk mencegah lahirnya  “Generasi Sandwich”

Dulu adalah hal yang lumrah bila anak harus menjaga orang tua, selain anak & istri tentunya. Berkat tulisan pak Tjip, saya jadi diingatkan untuk tidak membebani keluarga saya nantinya. Tentunya untuk memutusnya saya harus mempersiapkan diri, yaitu dengan menjaga kesehatan saya, sehingga pada saat tua nanti saya tidak membebani mereka.

Memang harus punya niat dan tekad yang kuat untuk menjalani yang namanya “konsistensi”. Tetapi berkat tulisan pak Tjip yang senantiasa mengingatkan, saya berusaha keras untuk mewujudkannya, tentunya dengan seijin Tuhan.

  • Mengingatkan bahwa yang bisa merubah nasib kita adalah diri kita sendiri

Salah satu kalimat yang ditulis oleh pak Tjip yang  paling saya ingat adalah “Your destiny is in your hands”.  Kalimat ini menjadi pengingat bagi  saya, bahwa yang bisa merubah nasib saya, adalah diri saya sendiri, bukan orang lain, bahkan bukan keluarga sendiri. Kita adalah perancang nasib kita sendiri. Hal ini membuat saya bertekad untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Bahwa tidak ada keberhasilan yang jatuh dari langit. Perlu kerja keras dari diri kita sendiri untuk mewujudkannya.

Sedang dari bu Lina, sapaan saya untuk ibu Roselina Effendi, saya belajar sifat tabah, sabar, tidak cepat putus asa, setia dan menerima pasangan apa adanya. 

Bagaimana bu Lina menopang keluarganya pada saat pak Tjip sakit, tanpa mengeluh & putus asa. Beliau bahkan tidak segan dari seorang istri  bos mejadi supir yang bertugas untuk mengantar anak-anak ke sekolah.  Dan dengan sabar & setia  mendampingi pak Tjip apapun situasi mereka, pada saat susah maupun senang.

Ada ungkapan  “Dibalik kesuksesan seorang pria, pasti ada wanita hebat dibelakangnya”. Dan saya percaya, bu Lina adalah wanita yang hebat.

Semua kisah hidup mereka dapat  kita baca dari tulisan pak Tjip dan bu Lina di Kompasiana. Dan tidak bisa dipungkiri, tulisan mereka berdua sangat menginspirasi dan bermanfaat.

Perjalanan hidup mereka seperti pepatah "Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Kini mereka berdua menikmati hidup yang damai dan bahagia di masa pensiun, setelah mengalami masa sulit selama 7 tahun di masa muda mereka. Mereka berhasil bangkit dari masa sulit setelah bekerja keras merubah nasib mereka, seperti yang sering dituliskan oleh pak Tjip, "Your destiny is in your hands"

Bagi saya, mereka berdua adalah panutan. Saya sungguh beruntung bisa mengenal mereka berdua.

Di akhir tulisan, kuucapkan:

Selamat merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-56, 02 Januari 2021, buat pak Tjip & bu Lina. Semoga pak Tjip & bu Lina senantiasa sehat &  bahagia.

Serpong, 03 Januari 2021

Salam,
Rosmani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun