Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksiku untuk Tahun 2020

26 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 26 Desember 2020   08:07 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matahari bersinar setelah gelap berlalu (dokpri)

Sebelum pandemi Virus Covid-19 melanda, sudah menjadi kebiasaanku untuk mencuci tangan terlebih dahulu bila sampai di suatu tempat. Sampai di kantor, tempat yang saya tuju pertama kali adalah wastafel untuk cuci tangan. Sampai di mall, tempat yang pertama di tuju adalah toilet untuk cuci tangan. Teman-temanku sudah hafal kebiasaanku.

Jadi bisa dibayangkan bagaimana tanganku setelah pandemi ini. Kering & keriput! 😊Bagaimana tidak kering dan keriput, sebentar-sebentar cuci tangan pakai sabun. Yang lebih parah lagi apapun barang yang saya beli, walaupun sudah dalam bentuk plastik dan plastiknya pasti saya buang, tetap saya cuci pakai sabun terlebih dahulu.  Makanya kadang malas banget membeli barang, karena sudah terbayang repotnya mencuci. Tetapi kan tidak mungkin tidak belanja.

Tiap kali keluar ataupun hanya turun ke lobby untuk ambil paket, pasti keramas. Akibatnya rambut juga super duper kering. Menurut ciciku kalau hanya ke lobby tidak perlu keramas, tapi saya kok merasa tidak nyaman kalau tidak keramas. Paranoid? Entahlah,,,saya pikir lebih ke pencegahan, karena hanya ini yang bisa saya lakukan.

Tahun 2020 ini juga adalah tahun dimana tidak ada satupun tempat wisata yang di datangi. Dan merupakan tahun dimana kalau tidak ada keperluan kerja, maka rumah menjadi tempat untuk mengisi waktu dengan berbagai aktivitas, terutama menonton drama Cina & Korea.

Apakah saya takut dengan pandemi Virus Covid-19 ini? Jawabannya “Ya”. Tetapi apakah saya sampai cemas berlebihan sehingga tidak bisa tidur? Tentu saja tidak. Memang untuk mencuci semua barang yang saya beli menurut temanku berlebihan. Tetapi mengingat dari awal, bersih adalah kebiasaanku, jadi saya pikir sudah sewajarnya semua yang saya lakukan itu.

 Tetapi saya tidak pernah merasa cemas sampai tidak bisa tidur karena menurutku yang paling penting adalah saya sudah melakukan bagianku, yaitu berusaha mencegah jangan sampai terinfeksi virus dengan protokol kesehatan yang ada, diluar itu sudah bukan bagianku lagi. 

Terinfeksi atau tidaknya setelah pencegahan yang kulakukan, kuserahkan ke Atas. Makanya sebelum tidur saya selalu berdoa dan menyerahkan semua kekhawatiranku kepadaNya. Sebagai manusia, kita hanya bisa mencegah penularan dengan protokol kesehatan yang ada, selebihnya bukan bagian kita lagi. 

Sejak pandemi semua ajakan teman untuk kumpul-kumpul saya tolak semua. Bukan karena saya paranoid, tetapi saya pikir sebagai orang awam, yang bisa saya bantu hanya berdiam di rumah, agar tidak menjadi penyebar virus. Kegiatan kumpul-kumpul bisa dilakukan nanti setelah pandemi ini berakhir.

Saya bersyukur saya tidak sampai stress berlebihan karena pandemi ini. Sebenarnya ada sisi positif juga dengan pandemi ini. Jadi punya lebih banyak waktu untuk berdiam diri di rumah. Hal ini sama sekali tidak pernah terjadi sebelum pandemi, karena waktu di rumah biasanya sangat singkat. Jarang berada di rumah walaupun Sabtu-Minggu, karena ada saja kegiatan yang dilakukan di luar rumah.

Tahun 2020 adalah tahun yang mengajarkan kita banyak hal. Bahwa sebagai manusia, kita bisa berencana tetapi  tetap Tuhanlah yang berkehendak. Kita diajarkan untuk semakin menyadari bahwa Tuhan ada di hati kita. Gereja  hanyalah sarananya.  Jadi kita tetap bisa bersama Tuhan walaupun kita tidak ke gereja.

Kita tetap bisa bekerja di rumah walaupun tidak ke kantor. Tetap bisa mengadakan rapat tanpa perlu bertemu muka. Bisa kumpul-kumpul dengan teman secara daring asalkan ada quota internet.

Banyak temanku yang akhirnya jadi mahir untuk membuat kue akibat pandemi ini. Padahal sebelum pandemi mereka sama sekali tidak pernah membuatnya.

Tahun 2020 juga mengajarkan kita untuk banyak bersyukur, Bersyukur masih bisa bekerja disaat banyak yang dirumahkan. Bersyukur masih bisa makan  walaupun penggangguran. Bersyukur masih sehat walafiat walaupun kekurangan. Yang perlu kita lakukan adalah tetap bersyukur dan menyerahkan semua kekhawatiran kita ke dalam tanganNya.

Lima hari lagi pergantian tahun. Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di tahun mendatang, tetapi tentu saja kita berharap tahun baru akan memberikan harapan baru. Apapun yang terjadi pada tahun yang akan datang, yang pasti kita harus bisa bertahan. Berdoa  agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi apapun yang akan terjadi nanti.  

Dan kita harus percaya badai pasti berlalu.  Tidak selamanya langit kelabu. Seperti kumpulan surat yang ditulis oleh Raden Ajeng Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Jadi tetap tenang dan bersikap optimis ke depannya.  Tidak lupa tetap melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ada, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak dan memakai masker. Selebihnya sudah bukan wewenang kita lagi. Tidak perlu terlalu dicemaskan. Jalani hidup dengan santai. Indonesia butuh ketawa!

Akhir kata, kuucapkan:

Selamat Natal 2020 & Tahun Baru 2021

Semoga kesehatan, kedamaian dan kebahagiaan senantiasa menyertai kita kedepannya.


Serpong, 26 Desember 2020

Salam,

Rosmani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun