Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sendu di Balik Kearifan Lokal Kaki Gunung Pangrango

23 April 2025   23:10 Diperbarui: 23 April 2025   23:36 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Melihat tingkah laku cucunya yang manja dan keras kepala, Didin hanya bisa mengelus dada. Ika kecanduan jajan cemilan di Warung Onah. Padahal masih ada singkong rebus di meja makan. Bocah cilik zaman sekarang mana mau menyentuh kuliner tradisional yang sehat.

             

DOR! DOR! DOR!

            Bunyi petasan tersebut mengagetkan Nunung, tetangga Didin yang rumahnya berada di ujung jalan. Nangka raksasa yang dibawanya jatuh menggelinding bagaikan bola bowling. Terjun bebas ke dalam ngarai. Lalu, meluncur tanpa hambatan ke sungai yang berada di dasar ngarai.

            "GOOOL!" sorak bocah-bocah dengan riang sembari berjingkrak-jingkrak tanpa mempedulikan sumpah serapah yang keluar dari mulut perempuan setengah baya itu. Masa kanak-kanak memang indah. Tanpa beban berarti.

            Rentetan bunyi petasan menandakan datangnya keluarga mempelai pria. Tia, janda usia 29 tahun beranak tiga, menikah untuk ketigakalinya. Didin mengeluh dalam hati. Berarti istrinya harus memberikan uang seratus ribu Rupiah untuk sang pengantin karena dulu juga Arif, ayahnya Tia, memberikan uang seratus ribu Rupiah saat pernikahan Lilih, anaknya Didin. Semua tamu yang memberikan uang yang merupakan hadiah pernikahan dicatat dalam Buku Besar. Ibaratnya hadiah pernikahan merupakan utang ataupun politik balas budi. Hal tersebut merupakan kearifan lokal di area itu.

***

            Sepanjang perjalanan ke Cikodok, Rani melangkahkan kaki dengan hati-hati karena khawatir tersandung batu kerikil dan berisiko jatuh terjerembab ke dalam ngarai yang berada di sepanjang jalan aspal tersebut. Belum lagi ia harus menghindari terjangan mobil dan motor yang hilir mudik di jalan aspal sempit ini. Walaupun ia kesal dengan sulitnya area pejalan kaki di area terpencil ini, ia mengakui pemandangan alamnya cukup menarik. Hutannya cukup lebat walaupun bukan hutan perawan. Udaranya terasa lembab dan panas. Keringat terus bercucuran di sekujur tubuh Rani.

            Setelah melalui tanjakan yang sempit, Rani pun sampai ke area Cikodok yang cukup ramai. Beberapa kios sayur dan warung makanan berjejer. Di sebelah warung sembako, terdapat ATM Mini.

            "Berapa biaya administrasinya?" tanya Rani.

            "Enam ribu Rupiah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun