Angin berhembus dengan mesra berdiri tegap menanti. Rangkaian gerbong yang selalu menyapa siap menjemput rezeki di pagi buta. langkah kaki tergesa-gesa berharap menempatkan diri sejenak sebelum matahari terbit
Hiruk pikuk menjadikan diri sibuk acuh satu dengan yang lain. Kaca jendela membuat titik titik air sebagai penghibur sebelum sibukku. Wajah memerah merasa badan ingin merebah tunggu sebentar lagi pasti tujuan sampai namun tak kuasa diri ingin terpejam.
Sadar diri ingat ambisi sebelum usai. Mencari  kesibukkan dalam keramaian memang hal yang mengasyikkan,misalkan melihat gaya berpakaian. menilai dan membandingkan. Hal yang menyenangkan namun menyia-nyiakkan waktu dan  diri merasa rendah. Tak sebanding jika dibandingkan.
 Ada yang menarik hati berdiri tegap tas merah dengan gantungan kunci sama yang kupunya.  Sibuk dengan gadgetnya, ragu untuk memanggil namanya. Sudahlah jika memang takdir dia akan menyapa ku lebih dulu.
Berharap saling tatap namun tak bertatap juga. Sudahlah apa aku harus memanggil duluan? Tak apalah. Â Begitu ku sapa benar memang dia yang aku cari. Saling mengkabarkan diri menimbulkan percakapan hangat. Tibalah tujuanku.. Dia hanya mengatakan jika kita bertemu lagi apakah ku boleh lebih mengenalmu? Aku hanya terdiam belum sempat ku jawab dia sudah tergesa-gesa pergi.
Sudahlah dia hanya sebatas kenalanku. Mungkin ini yang dinamakan takdir jika bertemu lagi dengannya. Dan dia selalu menyebut dirinya sebagai tuan takdir.Â
Sireky, Â 17 Januari 2019Â