Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Money

Usaha Kopi: Banteng di Negeri Orang, Kambing di Negeri Sendiri

6 Desember 2018   10:12 Diperbarui: 6 Desember 2018   10:22 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Usaha Gerobak Kopi Marasi

Apa yang menjadi beda usaha ini deegan yang lain:

  • Ada penjiwaan
  • Desainnya harus khusus
  • Nuansa keberpihakan
  • Mencintai lingkungan
  • Kesejahteraan petani
  • Hargayang layak
  • Pengurangan pestisida
  • Petani sejahtera
  • Melekat tradisi dan kekhasan
  • Innovatif
  • Disukai kaum muda

Dengan beberapa daerah ketinggian diatas 1000 DPL,produk ketersediaan kopi menjadi alasan kenapa UMKM  dalam menjalankan bisnis ini patut menjadi andalan. 

UMKM pendiri dan pengelola bisnis ini merupakan kombinasi idealisme, passion, keuntungan,  membangun jaringan, keberpihakan pada petani. Sebuah bisnis yang terkait satu dengan yang lain. Lihatlah salah satu pengusaha kopi di Sidikalang, Dairi bernama Samuel Sihombing. Setelah memutuskan keluar sebagai pendeta, panggilan hati telah   mendorongnya membuka usaha kecil di kota dingin Sidikalang. Memberi kehangatan bagi kota dingin tersebut dari segelas kopi asli Sidikalang yang sudah dikenal sejak dahulu kala.Dia berkata, khotbah bukan hanya di mimbar-mimbar dalam gereja. Tetapi saat menyeduh segelas kopi, memberi rasa terbaik bagi yang minum, berbincang dengan orang-orang di kedai tentang kondisi Indonesia adalah bagian dari khotbah.

Foto Usaha Samuel sumber https://www.facebook.com/pdtsamuel.sihombing
Foto Usaha Samuel sumber https://www.facebook.com/pdtsamuel.sihombing
Melatih petani kopi sebagai bagian dari kotbah Sumber: facebook.com/maspigass.sidikalang.1
Melatih petani kopi sebagai bagian dari kotbah Sumber: facebook.com/maspigass.sidikalang.1

Bukan hanya sekedar berbisnis dan menghitung rupiah demi rupiah, Samuel  turun ke ladang. Melatih para petani bagaimana menghasilkan kopi terbaik. Bekerjasama dengan pemerintah untuk memberi pemahaman pada petani agar dalam merawat kopi tetap menjaga lingkungan. Jangan menggunakan pestisida berlebihan, jangan mempekerjakan anak secara eksploitatif.

Bisnis UMKM ini juga membutuhkan innovasi terus-menerus. Beda dengan hanya sekedar bisnis berjualan. Pajang, tata, jual, hitung keuntungan. Kombinasi berbagai aspek dalam UMKM jenis kopi ini juga harus berani menata kedai/toko,/coffee shop/ruangan dengan desain semenarik mungkin. Usaha ini bukan hanya menjual rasa dan nikmat kopi, tapi suasana juga menjadi penunjang terbaik dalam mendatangkan pengunjung.

Di salah satu coffee shop di Kota Medan,bernama Literacy coffee. Kopi yang diseduh hanyalah sejenis kopi Robusta kualitas biasa. Dengan idealisme yang cukup tinggi sang pemilik mengkombinasikan seduhan kopi khas Sumatera dengan rak-rak berisi buku buku kritis berkualitas. Menjual dan berbisnis kecil di tempat ini sejalan dengan visi besarnya bagaimana agar orang-orang semakin tertarik untuk membaca.

Setiap bulan ada bedah buku untuk membahas isi buku-buku rekomendasi yang sedang booming. Atau bedah buku terhadap buku-buku kritis pembangunan masyarakat. Ada banyak orang-orang yang  peduli terhadap perkembangan Sumatera Utara yang hadir bergantian di tempat ini. Walau tempatnya sempit dan hanya ada di gang, mereka hadir. Hadir hanya untuk sekedar duduk, minum segelas kopi atau lirik buku-buku terpampang yang ada di rak-rak berjejer sederhana yang ada di sana.

Foto Suasana diskusi di Literacy Coffee, sumber : https://www.facebook.com/indonesiamenangis
Foto Suasana diskusi di Literacy Coffee, sumber : https://www.facebook.com/indonesiamenangis
Foto Suasana diskusi di Literacy Coffee

Foto Literacy COffee, antara buku, kopi dan idealisme SUmber https://www.facebook.com/indonesiamenangis
Foto Literacy COffee, antara buku, kopi dan idealisme SUmber https://www.facebook.com/indonesiamenangis
Apa yang ingin dipelajari dari jenis UKM yang satu ini:
  • Masih terbuka peluang lain untuk membuka bisnis ini di Sumatera bahkan di Indonesia.
  • Produk berlimpah, meningkatnya konsumsi kopi sebagai kebutuhan dan gaya hidup semakin berkembang dari hari ke hari.
  • Kopi Sumatera sudah menjelajah ke seluruh dunia. Menang dalam berbagai penghargaan dan kategori di negara-negara Eropa. Baru-baru ini kopi Cimbang Karo masuk dalam versi kopi  terbaik kategori  Coffee roasted in their country of origin" pada acara AVPA GOurmet Product ( di Perancis Sumber foto https://www.google.com/search?q=kopi+cimbang+masuk+penghargaan+2018&safe=strict&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=2ahUKEwj6pd_RjIrfAhWQfysKHZtvC5wQsAR6BAgAEAE&biw=1366&bih=608#imgrc=Trd66iIOCzwcbM:.  Kopi Aceh Gayo yang aromanya harum semerbak ada di etalase-etalase coffee shop negara German, Amerika, Belanda, dan negara besar lainnya. Bahkan nama kopi Sumatera merupaka brand/merk paling dikenal di ..............(lihat beritanya).
  • Orang-orang Jepang, Korea, Amerika, Negara-negara Eropah silih berganti datang ke Indonesia. Berkunjung ke ladang petani, sebagai bagian dari eksotisme dari manakah asal benda ternikmat dunia itu? Mereka mengunjungi usaha-usaha individu/kelompok dan perusahaan bagaimana biji-biji merah, mengelupas menjadi biji telanjang, digongseng menjadi aroma yang harum semerbak, ditumbuk/diblender, (cari istilah lain) dan akhirnya terhidang dalam segelas kopi. Banyak cerita hidup disana



  • Semua kasta ada di dalamnya
  • Jika boleh dibilang, jenis usaha /UMKM kopi ada dalam kelas kasta paling rendah hingga paling branded. Menarik bukan. Mendirikan kedai kopi tergantung dengan modal yang anda miliki. Hanya butuh modal 3000/gelas bagi kedai kampung untuk segelas kopi. Walau termasuk kualitas kopi paling jelek, tapi bagi penikmatnya itu mungkin kenikmatan paling tinggi. Kenikmatan itu relatif kawan!Itulah serunya bisnis kopi.  Penulis sering belanja kopi bubuk di Pajak Simpang Limun kota Medan, tinggal sebut harga 20, 30,40,50,60 atau 70 ribu perkilo? Tinggal yang mana anda pilih? Penulis juga beberapa kali bertemu dengan pegiat kopi dengan harga 100, 200, 300, 400 bahkan 500 ribu perkilo. Tergantung pilihan.

Tetapi usaha yang kini sudah berkembang ini baiknya agar semakin dilirik oleh pemerintah untuk dikembangkan. Seperti lagu Batak, kopi dari Sumatera telah menjadi Banteng di negeri orang. Tetapi kambing di negeri sendiri. Menjadi primadona di banyak kota di German, Italy, Korea, dan negara lainnya. Menjadi konsumsi sehari-hari orang disana. Sebuah kebutuhan karena meningkatkan adrenalin peningkat semangat hidup. Tapi di Indonesia hanya ditemukan di kedai-kedai kampung dnengan kualitas terburuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun