Mohon tunggu...
Sintya Dewi
Sintya Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Famele

Sintya Dewi Sumatera Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Salah Satu Aliran Teologi Islam "Aliran Murji'ah"

10 Juni 2021   21:53 Diperbarui: 10 Juni 2021   23:03 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ALIRAN MURJI'AH

Nama Murji'ah diambil dari kata irja' atau Arja'a. kara irja' berarti nunda, penangguhan dan pengharapan. Dan kata arja'a mengandung arti memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dari rahmat Allah SWT (Nasir 2010: 70-71). Selain itu arja'a berarti juga meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, murji'ah dapat diartikan sebagai orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yaitu Alo dan Mu'awiyah, serta pasukannya pada hari kiamat kelak.

Menurut Harun Nasution pemikiran kalam Murji'ah dibagi menjadi dua sekte (Nasution 1987: 24), yaitu:

1. Murji'ah moderat

Golongan ini berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar itu tidak menjadi kafir karenanya, dan tidak kekal dalam neraka. Orang tersebut akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang ia kerjakan.Bahkan apabila ia mengampuni dosanya itu ada kemungkinan ia tidak masuk neraka sama sekali. Jadi, menurut golongan ini orang Islam yang melakukan dosa besar itu masih tetap mukmin. Tokoh-tokoh yang termasuk dalam golongan murj'ah adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli Hadits.

2. Murji'ah ekstrim

Adapun yang termasuk kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash[1]Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap[1]tiap kelompok itu dapat dijelaskan seperti berikut:

a. Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya,berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudianmenyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.

b. Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Salat bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya dalam arti mengetahhui Tuhan.Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.

c. Yunusiah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbutan jahat yang tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, mutaqil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbutan jahat, banyak atau sedikit,tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik.

d. Hasaniyah, menyebutkan bahwa seseorang mengatakan, "saya tahu tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak, apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini," maka orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan "saya tahu tuhan mewajibkan naik haji ke Ka'bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka'bah di India atau di tempat lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun