Fenomena AUKUS bukan hal baru. Kepentingan ekstra regional sudah lama hadir dan mengejawantah dalam berbagai bentuk kerja sama di Asia Pasifik, seperti FPDA (Five Power Defence Arrangement) beranggotakan Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura atau Quad 2007 beranggota AS, Australia, India, Jepang.
Tentu hal ini dimungkinkan karena teater Asia Pasifik tidak seperti Eropa. Di Asia Pasifik tidak ada struktur pengaturan keamanan (security arrangement) yang jelas seperti kehadiran NATO di Eropa.
Aliansi keamanan dibangun lebih kepada basis bilateral. Kompetisi rivalitas negara besar memunculkan kebutuhan baru akan aliansi yang lebih kuat -- meskipun dibangun dengan ramuan motif ekonomi, politik, keamanan, pengaruh bagi masing-masing anggotanya.
Munculnya jalinan aliansi multilateral yang berjejaring barangkali bisa menunjukkan bahwa masyarakat internasional sekarang memang tumbuh sebagai "network society". Bilateralisme tidak memadai. Satu jenis multilateralisme juga tidak mencukupi. Keterlibatan negara dalam beragam jaringan menunjukkan pencarian akan pemenuhan kebutuhan yang "pas".
Mengapa Inggris sampai hadir di Asia Pasifik?
Pemenuhan kebutuhan lapangan kerja di bidang pertahanan kah melalui AUKUS? Pemenuhan pasar ekonominya setelah Brexit? Demikian juga dengan negara-negara Eropa.
Bagi UE misalnya sejumlah kebutuhan dipenuhi oleh China meskipun dalam beberapa hal lain mereka tetap berbeda prinsip; sementara sejumlah kebutuhan lain dipenuhi oleh negara-negara Asia Tenggara. Itulah yang menjelaskan mengapa UE juga terlibat dalam BRI (Belt and Road Initiative) tapi juga ASEAN atau ASEM.
Gradasi sikap aktor ekstra regional ketika hadir di Asia Pasifik juga beragam. Bagi Uni Eropa misalnya yang ditawarkan adalah kerja sama bukan konfrontasi.
Seperti yang dinyatakan Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Piket, "... We are offering mutual engagement, very comprehensively covering all sectors of policy. We want to be a trusted partner; a partner that does not bring surprises to others and we are pursuing a long-term strategy..". (JP, 2 Oktober 2021, hal 2)
Perang Dingin Baru?
Jadi apakah AUKUS akan menciptakan perang dingin babak baru? Jawabannya tentu tidak hitam putih. Jika regionalisme baru yang berkembang dengan sifatnya yang inklusif, cair dan terbuka maka regionalisme lama tidak akan kondusif untuk perang dingin gaya lama.