Mohon tunggu...
ANNA JULIANTO
ANNA JULIANTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa

orang biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Nature

Debirokratisasi Air untuk Menambah Cadangan Air, Mengurangi Banjir, dan Menanggulangi Kebakaran

12 September 2019   10:46 Diperbarui: 14 September 2019   15:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia itu kalau sering mendapatkan kemudahan maka sering terlena dan kurang bersyukur dan hal itu juga terjadi ketika manusia yang setiap hari mudah mendapat air cenderung boros dalam penggunaan air dan tidak peduli terhadap air akhirnya ketika kenikmatan kemudahan dicabut maka manusia mengeluh dan menyalahkan alam.

Bagi penduduk desa di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dan mayoritas desa di Nusa Tenggara Timur yang sudah terbiasa kekurangan air saat musim hujan adalah saat memanen air dengan menampung dalam tandon besar yang mampu memuat ratusan liter air yang akan digunakan ketika musim kemarau.

Bagi penduduk kota besar yang terbiasa hidup dengan mudah mendapat air lewat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)  kurang begitu peduli pemanfaatan air secara optimal sehingga membiarkan saja air hujan dan air limbah dibuang ke selokan yang terus bergerak menuju sungai dan akhirnya ke laut, kebiasaan inilah yang menyebabkan banjir di musim hujan  karena air hujan harus melalui birokrasi yang panjang sehingga ketika debit air banyak maka air antri masuk selokan karena selokan sudah penuh dengan air hujan yang bercampur dengan air limbah yang bergerak menuju selokan besar terus menuju sungai kemudian ke laut yang memerlukan jarak yang panjang dan waktu yang lama akhirnya airpun menunggu diatas permukaan tanah yang mayoritas ditutupi aspal dan semen sehingga timbul banjir yang lama surutnya.

Dampak lain ketika air tidak bisa masuk langsung meresap ke tanah dan air tanah disedot dalam jumlah besar maka tunggulah bencana kekokosangan air tanah dan untuk kota dipinggir pantai ada tambahan bencana yaitu intrusi atau masuknya air laut ke daratan yang berakibat air tawar berubah jadi air asin.

Dan bencana lain yang sudah mengintai adalah penurunan permukaan tanah sehingga tanah semakin rendah dan tatkala musim rob atau pasang air laut maka akan semakin membanjiri daratan bahkan jangka panjang akan mengikis daratan.

Untuk itulah saatnya kita mencoba melakukan langkah -- langkah  untuk (debirokratisasi) mempercepat perjalanan air menuju tanah dan pemanfaatan air secara maksimal.

Untuk mempercepat air langsung masuk ke tanah ada beberapa cara yang bisa kita lakukan dan kebetulan hal ini banyak dilakukan di kampung terutama di rumah saya yang masih punya halaman belakang yang cukup luas dimana air limbah rumah tangga dimasukan langsung ke bak penampungan dengan dinding bak penampungan tidak di plester dan dasar bak penampungan berupa tanah dan diatasnya bisa diberi ijuk sehingga air bisa langsung meresap ke tanah.

Dan jika ingin lebih bersih lagi bisa ditambahkan batu zeolit serta arang batok kelapa. Untuk luas bak penampungan tergantung jumlah air limbah rumah tangga yang dihasilkan untuk rumah yang berpenghuni 8 orang bak penampungan dengan ukuran 2 X 1 meter dengan kedalaman 2 meter itu sudah cukup digunakan seumur hidup. Sedangkan jarak  bak penampungan dengan tempat sumur saya sekitar 10 meter sehingga tidak mempengaruhi kualitas air untuk konsumsi.

Untuk masjid ditempat saya juga menggunakan bak penampungan sisa air wudhu yang berada dibawah lantai masjid karena saat awal dibangun lahan masjid  sempit. Bak penampungan air bekas wudhu itu  memiliki luas cuma 2 X 2 meter dengan kedalaman 2 meter saat ini sudah lebih 10 tahun bak penampungan tersebut tidak pernah penuh karena air langsung masuk ke tanah.

Untuk itulah saya usulkan hal itu bisa diterapkan di perumahan di kota dengan beberapa modifikasi seperti untuk daerah perumahan yang padat maka pemerintah daerah perlu cari lahan khusus dekat dengan perumahan tersebut untuk membuat instalasi pengolahan air limbah yang kemudian airnya bisa langsung di masukan dalam tanah.

Sedangkan untuk pinggir jalan besar maka bisa dibuatkan bak penampungan air hujan dengan spesufikasi yang lebih dalam yaitu seperti membuat sumur galian dengan diameter minimal 1 (satu) meter dengan kedalaman minimal 5 meter atau sampai menemui sumber air sehinga bisa belasan meter yang diletakan di pinggir jalan dengan dihubungkan dengan pipa yang lubangnya di pinggir jalan untuk mengalirkan air hujan yang ada di jalan ke sumur tersebut dan ini sumur khusus hanya untuk menampung air hujan sehingga posisi pipa harus diatas selokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun