Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Demo!

13 Juni 2021   23:51 Diperbarui: 13 Juni 2021   23:51 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jateng.idntimes.com/

            "Ini negaraku dan saat ini kesempatan negara ini berubah," jawab Tuanku," Aku tidak bisa hanya duduk diam," lanjutnya.

            "I know it. But promise me, no curse!" ujar Mrs. M.

            Tuanku mengangguk mengiyakan sekalipun hati kecilnya berkata lain ketika teringat umpatan-umpatan yang ia ucapkan kepada aparat yang memblokade kampus.

            Guyuran air hangat shower menenangkan dan menyegarkan aku.

            "Ironis bahwa aku hidup dalam kemewahan seperti ini." Aku mendengar gumaman Tuanku ketika ia mengeringkan badannya. Menatap kembaranku, aku menghela nafas. Ia balas memandangku, memahami arti tatapanku. Bisa kami pahami kalau Tuanku berpikiran seperti itu. Bukankah hal itu semata dikarenakan peran-perannya yang hanya disekat sebutan nama dengan bauran batas yang tidak jelas? Mahasiswa dan pekerja paruh waktu namun juga bagian dari keluarga Mr. W.

            "Bertahan, Tuanku," bisikku, "Engkau pasti bisa melaluinya." (Cimahi, 13 Juni 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun