"Boleh Bapak bertanya?" Akhirnya aku bersuara. Rino tak menjawab.
     "Kalau kamu anggap yang lain seolah-olah atau mungkin menyalahkanmu," Aku menyengajakan melambatkan ucapanku, "Kamu sendiri apakah merasa bersalah?" tanyaku.
      Rino tidak menjawab. Hening.
      Aku menunggu jawaban namun dia tetap tidak bersuara.
      "Pengalaman Bapak, kalau kita jujur dan menyadari, maka masalah akan cepat mendapatkan penyelesaiannya. Apakah kamu merasa bersalah?" Aku mengulangi pertanyaan yang sama.
     Aku tak bisa menebak apa yang berkecamuk di pikiran Rino. Mungkin pertanyaanku pun sebenarnya sudah ditanyakan oleh mereka yang menangani kejadian itu. Tapi, aku masih ingin memastikan tanggapan langsung dari Rino. Perlahan kepala Rino mengangguk.
      "Kamu sadar bahwa memang kamu bersalah dalam kejadian kemarin?" tanyaku menegaskan.
      Rino mengangguk kembali dengan lebih pasti. Tanpa bersuara.
      "Boleh tahu kamu merasa bersalah pada siapa?" tanyaku lagi. Rino mendongak dan menatapku. Ragu.
      "Kira-kira siapa yang kamu sakiti, kamu rugikan dengan kejadian kemarin?"
      "Eko," jawabnya singkat.