Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Alam yang Menyeleksi Pemimpin

15 April 2024   15:46 Diperbarui: 15 April 2024   17:10 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Ilustrasi Pemimpin Seleksi Alam (klikhijau.com)

Sweetland yang sedang berubah dan ketidakpastian masih menjadi hal yang lumrah, kemampuan seorang pemimpin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan sosial yang baru serta melakukan respons dengan cepat dan efisien merupakan sifat penting dalam kepemimpinan. Ada passion baru bagi seorang pemimpin dan pelajaran yang bisa dipetik dari proses seleksi alam.

Alam mempunyai cara-cara alami tertentu untuk berkembang dan memberikan wawasan kepada manusia bagaimana seorang pemimpin dapat membimbing dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya. Alam digambarkan sebagai entitas yang sistematis, terorganisir, dan terhubung. Ciri-ciri ini akurat dan bisa fonemik terhadap aspek kepemimpinan seseorang.

Dalam eksplanasi kali ini, aku tidak beretorika tentang konsep kepemimpinan, tetapi menganalisis formula efektif bagaimana kita bisa menemukan pemimpin melalui rekayasa atau proses seleksi alam. 

Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dihiraukan bahkan diungkapkan dengan kata-kata "di dunia anjing makan anjing", dimana orang Papua berusaha menjadi pemimpin demi interes pribadi, faksi, dan kelompok tertentu, bukannya berjuang menjadi pemimpin Sweetland atas nama peradaban, kepentingan alam dan rakyat Papua.

Pandangan dan perilaku tersebut telah menjamur dalam tabiat para pemimpin Papua. Sweetland sedang menghadapi degradasi dan krisis kepemimpinan, kita perlu beradaptasi dengan tujuan baru dan keunggulan kompetetif sebagai kunci keberhasilan di tengah gejolak dan turbulensi regional.


Munculnya banyak pemimpin artifisal telah menimbulkan banyak ketimpangan di bumi Cenderawasih yang telah hancur marwahnya. Satu-satunya cara adalah kita membutuhkan pemimpin yang lahir melalui proses seleksi alam untuk membangkitkan animo dan membawa perubahan di tengah kekalutan.

Apa yang sebenarnya dikatakan Darwin dalam bukunya Origin of the Species yang diterbitkan pada tahun 1869 adalah bahwa organisme yang paling mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan bertahan hidup dan berhasil. "Bukan spesies terkuat yang bisa bertahan, bukan juga spesies paling cerdas. Tetapi spesies yang paling mudah beradaptasi terhadap perubahan".

Selama ini orang masih menganggap proses memilih pemimpin hanyalah urusan manusia dan tidak ada kaitannya dengan alam. Padahal, memilih pemimpin bukan hanya urusan manusia saja, tetapi juga urusan alam. Benang merah yang bisa ditarik adalah teori Darwin melalui seleksi alam tentang kepemimpinan manusia dan perubahan lingkungan.

Tidak hanya lingkungan manusia, tetapi juga lingkungan alam, apabila manusia menjadi memimpin di alam semesta maka manusia juga berurusan dengan lingkungan alam.

Hukum "seleksi alam" Dawrin tentang kepemimpinan menyatakan bahwa individu yang mewarisi sifat dan lebih cocok dengan lingkungannya akan bertahan hidup. 

Analogi antara hukum seleksi alam dan hukum kelangsungan hidup kepemimpinan bersifat evolusioner. Pemimpin adalah makhluk evolusioner sama seperti organisme hidup lainnya. Berhasil tidaknya seorang pemimpin tergantung pada respon terhadap lingkungannya secara luas.

Manusia secara harfiah adalah pemimpin di muka bumi, dikaruniai akal dan pikiran yang melebihi makhluk lainnya. Sang Khalik mempercayakan segala urusan di alam semesta karena derajatnya yang paling tinggi.

Eksistensi manusia sangatlah penting dan strategis mengingat alam semesta perlu dijaga kelestariannya demi keberlangsungan makhluk hidup. Jika bumi Cenderawasih berantakan, tentu manusialah yang disalahkan dan bertanggung jawab karena sudah menjadi kodratnya manusia menjadi pemimpin di muka bumi.

Pemimpin yang memahami lingkungannya dan merespon perubahan dengan cepat dan proaktif akan menjadi pemimpin yang tumbuh dan berkembang. Namun semua itu tergantung pada pemimpin yang lahir melalui seleksi alam, yang mampu melakukan hal tersebut karena memiliki budaya yang berpusat pada manusia, kebebasan, sikap positif, etos kerja, kolaborasi, keterbukaan dan lingkungan yang nyaman untuk hidup dan berpikir diluar kebiasaan, bertukar pikiran dan menerapkan respons yang lebih baik dan lebih cepat.

Di era transisi ini, krisis dan konflik kerap terjadi. Kita memerlukan tipikal pemimpin yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mencari alternatif solusi untuk menyelesaikan segala persoalan yang terjadi.

Kekuasaan harus direbut dengan cara yang baik, terhormat, bermartabat dan halal secara konstitusional dan demokratis oleh mereka yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan kekuasaan harus dipergunakan untuk kepentingan kehidupan dan keberlangsungan makhluk hidup.

Ada apa dengan pemimpin Sweetland? Jawabannya adalah "degradasi dan krisis kepemimpinan". Banyak pemimpin yang tidak mampu melihat realitas dan menguasai kompeksitas persoalan Papua serta tidak mampu mengambil atau merumuskan strategi pemecahan masalah yang tentunya tidak sedikit.

Nilai kepemimpinan hanya dijadikan pajangan dan sibuk dengan kepentingan materialistis. Terlepas dari apakah mereka bersifat partisipatif atau aspiratif, apakah mereka benar-benar mewakili alam dan rakya Papua?

Papua sedang mengalami degradasi, kehilangan kendali (lost control), dan krisis kepemimpinan di tengah percaturan nasional, kekalutan dan suasana persaingan global yang semakin meruncing dam memperumit.

Perubahan sosial politik dan budaya mengakibatkan pergeseran tatanan yang sebelumnya dianggap mapan mengalami proses reformasi. Proses ini ditandai dengan banyaknya otonomi daerah dan distribusi kekuasaan yang tidak merata, sehingga menimbulkan banyak kesenjangan dan segregasi yang memperkeruh polemik.

Anomali pemimpin Papua sangat faktual, banyak orang menjadi pemimpin atas nama tanah Papua, ada pula yang dipaksakan menjadi pemimpin tanpa proses yang jelas. Apa yang terjadi justru membawa rakyat pada kehancuran, begitu pula dengan pemimpin yang terproses dengan baik malah terbuai dengan kekuasaan yang melekat pada dirinya dan terperangkap dalam arus kekuasaan yang salah. Hasil akhirnya sama, semua kepentingan dan kebijakan tidak partisipatif dan aspiratif. Moralitas para pemimpin telah rusak dan bumi Cenderawasih kini tinggal menunggu intervensi alam.

Pernahkah ideologi ini terlintas di benak Anda? Mengapa situasi "seleksi alam" ini muncul? Sebenarnya bagaimana proses yang seleksi alam? Apakah ada cara untuk menyelamatkan tanah ini dari degradasi dan krisis? Pada dasarnya proses seleksi alam merupakan salah satu syarat terjadinya restorasi dan tumbuhnya kepemimpinan di bumi Cenderawasih.

Untuk menjadi tipikal pemimpin yang unik dan sesuai dengan kondisi daerah. Maka seseorang harus mampu bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan dan memahami bagaimana bumi Cenderawasih dan manusia yang ada di dalamnya bisa berkembang.

Ciri-ciri kepemimpinan yang ideal adalah mampu mengalami dan tenang dalam setiap keadaan, tidak gegabah, memahami dirinya sendiri dan memahami orang yang dipimpin serta lingkungan sekitar. Ada pemimpin yang dilahirkan (natural) dan ada pemimpin yang dibentuk (artifisial). Studi ilmiah menunjukkan kepemimpinan adalah 30% genetik dan 70% dipelajari.

Mustahil pemimpin dilahirkan tetapi tidak dibentuk, begitu pula sebaliknya. Seseorang dilahirkan dengan kemampuan kepemimpinan alami, dan seseorang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Untuk menjadi pemimpin sejati, seseorang harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk untuk memimpin dengan baik dan benar. Karena bumi Cenderawasih mendambakan pemimpin yang lahir melalui seleksi alam.

Manusia merupakan bagian integral dari alam, dan sebagai spesies, manusia sangat mempengaruhi alam itu sendiri. Tanpa melalui proses ini, manusia mungkin membahayakan masa depan. Kepemimpinan berbasis alam merupakan sarana bagi manusia dari dirinya sendiri. Manusia harus belajar melalui seleksi alam bagaimana memperbaiki kehidupan bahkan mempertahankan esksistensi, meningkatkan kepemimpinan dan berupaya menyelamatkan makhluk hidup dari krisis dan degradasi.

Manusia akan selalu memperjuangkan apapun demi bisa mempertahankan hidupnya. Dengan kata lain, orang yang berhasil bertahan hidup merupakan hasil dari seleksi alam. Hari ini, orang Papua harus bertahan hidup di hutan dimana mereka dipersiapkan untuk menjadi yang diburu atau pemburu.

Orang yang tidak siap terhadap seleksi alam akan diburu, baik itu oleh hewan atau orang lain. Bahkan, terjadi pertarungan sengit antar manusia hanya untuk merebutkan kekuasaan. Tetapi setiap orang yang siap bertarung dan bertahan hidup akan menjadi pemimpin yang kuat atau pemburu yang hebat.

Sejatinya, pemimpin tidak harus lahir dari keluarga terpimpin. Namun setiap proses rekayasa melahirkan pemimpin yang berkelas dan berjasa. Dengan kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup, merekalah yang mampu mewariskan gennya. Ini disebut "seleksi alam".

Bangsa yang mampu bertahan dalam ujian waktu adalah bangsa yang mendorong pertumbuhan melalui pembelajaran berkelanjutan dan seleksi adalah kunci untuk memungkinkan seseorang menjadi pemimpin Papua dengan cara yang berbeda dan berkontribusi nyata bagi Sweetland yang akan dipimpinnya.

Sweetland harus menjadi dunia tempat manusia hidup, belajar, mengabdi, dan memimpin dalam keseimbangan yang sehat dan baik dengan alam. Melalui inspirasi, motivasi, inovasi, kreatifitas, dan edukasi untuk mampu mengembangkan kepemimpinan yang berbasis nilai-nilai alam dan bukan artifisial, sehingga alam dan rakyat rispek terhadap pemimpinnya.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan Sweetland bukan sekedar degradasi tetapi juga krisis kepemimpinan. Tajuk dalam ulasan ini sangat akurat "Alam yang Menyeleksi Pemimpin", maka disinilah dicari kepemimpinan yang tepat, pemimpin-pemimpin Papua yang hebat dipilih melalui seleksi alam.

Sebab kehancuran negeri ini semakin meningkat. Para pemimpin perlu mengubah kacamata mereka, melihat lebih jauh yang tidak nyata, mengangkat topi untuk sungkur tunduk pada kenyataan. Mengingat, seluruh Sweetland mengidamkan figur yang konsisten dan konsekuen pada kausa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun