Sesampainya saya di rumah, kami saling menyapa. Kami duduk di teras samping yang menyisihkan kami bertiga, diantaranya saya, bapa Abock dan Wani. Kebetulan Wani juga bersama beliau datang dari Sentani.
Kami santai bersenda gurau dan basa-basi sembari menikmati minuman dan roti coklat yang beliau sendiri sajikan di atas meja.
Sejam lamanya kami berbincanng-bincang tentang banyak hal, entah itu tentang masa lalu, sekarang, maupun persoalan akan masa depan yang menanti.
Sebelum mengakhiri perbincangan beliau memberi satu tugas yang harus kami kerjakan. Karena beliau mengatakan "Saya akan bertemu sebentar dengan Pak Gubernur di Koya, Sekprinya barusan konfirmasi", Tutur beliau.
Singkat cerita beliau bilang : "Nanti setelah selesai kerja nanti kita kroscek kembali sebelum distribusi karena dalam waktu dekat Bapa ke Bali dulu". Ucapnya lagi, sambil beliau mengirim berkas via WhatsApp ke kami.
Selesai pertemuan pada malam itu, Rabu tanggal 29 September 2021, pukul 21.00, kami pamitan dengan beliau dan pulang ke rumah.
Tidak lama kemudian, sebelum menjumpai beliau. Hatiku dirundung pilu, Minggu tanggal 3 Oktober 2021, pukul 12.00 dari Sentani saya dengar berita bahwa beliau telah meninggal dunia.
Benar-benar saya merasa sedih dan merasa kehilangan figur terbaik yang kami miliki dan akan pernah kami memiliki seumur hidup dalam lembaran bunga bangsa. Namun, ruang dan waktu telah memisahkan kita.
Seakan saya tak percaya dan tak berdaya, dengan kenyataan hidup yang menerpa kami. Nubuatan dan misteri yang sudah terwujud bahkan separuhnya dalam proses perwujudan. Kendati pun demikian jadinya kenyataan ini.
Selekas itukah engkau telah tiada, dan menyisihkan kami sendirian tanpa sosok yang terpimpin bagi diri kami yang sedang meneteskan air mata haru. Walau hati sakit, terkadang kami pura-pura bahagia.
Motivasi dan wejangan di malam terakhir akan kami ingat selalu karena sudah tertanam dan membekas dalam benak dan batin. Karena sekarang kehilangan kata-kata untuk lebih banyak berbicara.