Mengukir luka di hati dengan kepergian. Jutaan tangis tanggal 3 Oktober 2021 dari Bumi Cenderawasih sedang menggema di langit ilahi.
Orang cerita, jujur batin terpukul saat dengar itu berita duka. Tapi saya harus insaf, bahwa hidup memiliki pilihan tersendiri tanpa berencana.
Beberapa hari sebelum berangkat ke Bali dari Jakarta beliau diundang menyampaikan materi di Komunitas Pelajar Mahasiswa Yahukimo (KPMY) di Aula Museum Expo Waena, Jayapura. Dalam rangka Penerimaan Anggota Baru KPMY Tahun 2021.
Saya pun di undang panitia dan pengurus menjadi moderator dalam kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari dari Rabu-Kamis 29-30 September 2021.
Seminar yang dirancang dalam bentuk diskusi panel. Saya menemani beliau menjadi moderator, dengan judul materi yang di sampaikan adalah : "Membangun Pendidikan Politik di Kalangan Generasi Muda Guna Meningkatkan Profesionalisme Berpolitik".
Dengan durasi waktu 1 jam, di mulai dari jam 13.00 - 14.00. Penyajian materi pun berlangsung dengan antusias dalam ruangan yang dipenuhi para mahasiswa mahasiswi sekitar 520 orang.
Usai memaparkan materi beliau bergegas meninggalkan ruangan dan menuju Sentani. Dalam perjalanan beliau telepon WhatsApp dua kali, namun handphone saya sedang Offline sehingga tidak dapat menerima panggilan masuk.
10 menit kemudian setelah saya mengaktifkan handphone, terlihat dua panggilan tak terjawab dari beliau.
Saya pun lekas-lekas menelpon balik, beliau angkat telepon dan bilang : "stand by sebentar kita jumpa di rumah". Sahut saya : "Baik bapa saya tunggu dan sebentar saya ke rumah".
Setibanya di rumah dari Sentani, beliau menelpon saya untuk segera ke rumah. Pada pukul 19.27 saya berkemas-kemas dan ke rumah.