Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bersama Malaikat Tak Bersayap di Pedalaman Yahukimo Papua

24 September 2021   00:00 Diperbarui: 30 Juli 2023   06:30 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbukitan Kampung Hombuka, Distrik Kosarek, Kabupaten Yahukimo Papua (dokpri)

Hari itu, tertanggal 19 Desember 2019 Pesawat Cessna milik maskapai Mission Aviation Fellowship (MAF) tipe Kodiak PK-MC K-100 yang kami tumpangi landing tepat di ujung lapangan di sebuah kampung di pedalaman Yahukimo-Papua. 

Pada tepian itu dipenuhi dengan massa yang mengitari bundaran. Setelah baling-balingnya perlahan terhenti, agen yang bekerja menghampiri pesawat sembari menggengam besi dan mengaitnya pada roda.

Sesegera pilot dan agen membuka pintu bagasi dan menurunkan barang bawaan kami, terdengar dari kejauhan saat melepaskan sabuk pengaman, tak sedikit bibir yang berucap menyebutkan nama ketika melihat saya menuruni tangga Pesawat. 

Kala saya menepi terlihat begitu banyak lesung pipi yang terpancar karena senyuman manis mereka yang membuat hati saya terpukau pada perjumpaan itu.

Selejang pesawat take off, gerombolan malaikat penghuni kawasan Paseka, menghampiriku dan memulai dengan sapaan cipika-cipiki. Melekangkan waktu yang cukup lama meninggalkan tempat ini semenjak usia 3 tahun dan masih terlalu kecil, sangat sulit untuk mengingat orang-orang semasa itu saat bertemu. 

Saya tercengang dengan orang-orang yang berdiri maupun suasana di tempat ini. Karena begitu banyak perubahan yang terjadi, rumit mereview masa lalu untuk membandingkannya dengan kehidupan yang kekinian.

Kami diantarkan ke rumah petakan. Sebelum itu kami dicanangkan tinggal di rumah Adit-Putri, tetapi Anderson yang megang kunci rumah itu sedang bepergian dan mengikuti kegiatan gereja di Kampung Punum, barangkali jaraknya berkisar sekitar 100 mil dari kediaman kami. Seharian kami menunggu, keesokan harinya sekitar pukul 22.00 malam Anderson tiba depan rumah dan memberikan kuncinya.

Kedinginan di Kosarek (doktrin) 
Kedinginan di Kosarek (doktrin) 
Sebelum itu, saya sempat menggigil siangnya jam 02.00, setiba dari Jayapura jam 01.30, saat itu saya mengenakan jacket tebal dilapisi dengan selimut yang empuk untuk menghangatkan tubuh. 

Sampai pada jam 03.00 saat berada di ketinggian pegunungan Papua, sore hari itu sangat mendinginkan, disertai dengan lalu-lalangnya awan kumulus yang menutupi seluruh dataran dan angin kali yang mulai meniup dari bagian lembah enggan mengenai seluruh rumah, tampaknya membuat saya kedinginan.

Memang sudah sepatutnya saya harus merasakan bagaimana rasanya mengigil itu. Karena terbiasa dan lama hidup di daerah panas, hingga saat berada di daerah pegunungan yang amat dingin, tentu saja hal itu akan amat terasa. 

Namun hatiku seraya bibirku berucap dalam sikap doa, "bahwa gigilnya tidak boleh berujung pada malaria" sembari terbaring di tempat tidur. 

Tak dapat dipungkiri, untuk memulai kehidupan di Papua itu sangat sukar, saat perubahan iklim ketika berada di daerah pesisir dan pegunungan karena lebih rentan terkena malaria.

Selang beberapa menit kemudian, saya dibangunkan untuk menyantap hidangan, petatas bakar, sayur lilin dan seruput kopi jahe yang agak panas agar memberikan sedikit kelegaan pada tubuh. 

Sehabis makan, saya berpinta pada para malaikat mungil yang sekitaran rumah untuk mengurut saya. Sesudahnya, saya menitipkan pesan lisan kepada mama-mama untuk membawakan Jahe segar dari Kebun di belahan dusun-dusun.

Keesokan paginya, saya bangun dalam keadaan walafiat, tanpa kuk dan teka-teki. Seperti kehidupan terdahulu, saat mentari mulai bersinar, dan memancarkan cahayanya. 

Segenap orang akan mengancangnya untuk menghangatkan tubuh dibawa semburan sinar, agar pagi terasa lebih adem sambil menikmati drama alam di sekeliling, sekalian menyantap sarapan. Hal ini sudah lama menjadi tradisi di kawasan pegunungan Timur Provinsi Papua.

Berenang di Kali Peang (dokpri) 
Berenang di Kali Peang (dokpri) 
Selama di Pos kami prakarsa rute-rute petualangan ke dusun-dusun dan kami mengemas momen-momen terbaik untuk mengabadikannya. 

Seharian kami full rest sebelum memulai petualangan, agar tubuh kami dalam keadaan super-vit dengan tenaga dan daya lebih mapan supaya kami bisa berjalan menyusuri medan-medan di zona pedalaman.

Satu tantangan besar yang akan kita hadapi selama berada di kawasan ini adalah kedingingan. Memang tak bisa kita hiraukan. Saat berada di ketinggian 4000 meter diatas permukaan laut, di siang hari suhu udara cukup memberikan kenyamanan dan lebih syahdu.

Perbukitan Serekahi Distrik Kosarek, Kabupaten Yahukimo (dokpri)
Perbukitan Serekahi Distrik Kosarek, Kabupaten Yahukimo (dokpri)

Namun, sekonyong-konyong gulita menghampiri bumi dramanya semakin berbeda, hawa malam akan terasa lebih dingin dan menyengat dalam hati. Lebih parahnya lagi, berkunjung ke pemukiman yang terletak diatas puncak pegunungan, malahan sadis sebab tersendu karena dingin. 

Itulah sebabnya, di rumah-rumah adat akan terlihat tungku api didalamnya dengan nyala yang benderang dan memberi kehangatan pada seisi rumah.

Di rumah yang beratapkan seng, saat paling menyebalkan itu akan muncul disini. Saat kami menyekap dan tidur di kamar, melilitkan diri dengan selimut tebal terkadang dua sampai tiga lapis, agar bisa memberikan sedikit kehangatan. Angin lalang yang sadis itu, selalu saja mencari perhatian dengan memanfaatkan cela-cela kecil disetiap sudut ruangan yang nyaris menyentuh diri kami.

Memulai aktivitas di pagi hari terasa tidak akan lengkap, tanpa semangat yang membara meskipun indah dan menakjubkan. Mewujudkan pagi yang indah dan menyenangkan itu merupakan bekal untuk melalui hari yang mungkin akan cukup melelahkan. Namun, doa dan syukur senantiasa menggema dilangit ilahi, sebagai kompas dalam setiap petualangan kami.

Saat memulai petualangan speaker aktif dan lagu adalah barang bawaan paling mewah yang berharga bagi kami, untuk acara dengar-dengaran di tengah jalan sebagai penenang dan penyemangat. 

Karena di pedalaman kebanyakan menggunakan PLTS, jadi cukup nyaman bagi kami menanfaatkan keperluan untuk bisa mengecas Handphone, Camera, Speaker, dan lain-lainnya.

Hari yang indah, wajah yang ceria, semburan sinar yang amat cerah, semuanya serba murah-meriah. Saat kami bergegas untuk berpetualang, para malaikat mungil datang mengelilingi kami untuk memikul tas, dan segala barang bawaan kami. Mereka terlihat lebih suportif mengawal kami dalam setiap perhelatan petualang.

Berenang di Kali Peang (dokpri)
Berenang di Kali Peang (dokpri)
Selanjutnya dari atas ketinggian pegunungan kami memanjat turun ke Kali Peang, siang hari yang agak kurang beruntung, disertai dengan gerimis yang terlalu basah.

Namun, tidak mengurangi semangat kami, akhirnya pun kami berdandan. Sangat menyenangkan bukan ? Bila sehabis hujan akan ada pelangi ! Satu momen yang kami nikmati disini.

Sambil menikmati panorama alam kami memulai seluruh petualangan. Ada saat terbaik di mana, kami menyisihkan waktu untuk hunting photo dan video.

Selain itu, momen-momen berkeringat dan melelahkan seperti mendaki, bermain, ikut pesta adat dan sebagainya.

Banyak hal-hal luar biasa yang kami lakukan di tempat ini, namun tidak semuanya termuat disini. Hanya sejumlah kalimat inilah yang mewakili hari-hari yang kami lalui di sana. 

Seyogianya, setiap orang mesti berpetualang bersama para malaikat tak bersayap di edalaman Papua. Tentunya banyak pengalaman dan sejuta pengetahuan yang akan kita peroleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun