Mohon tunggu...
Sulton Ilyas Khan
Sulton Ilyas Khan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Perubahan Iklim yang Disebabkan oleh Industri Pertanian Eropa

3 Februari 2023   21:53 Diperbarui: 3 Februari 2023   21:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sumber pangan berbasis lahan bukan satu-satunya sumber pangan yang terkena dampak perubahan iklim. Distribusi beberapa stok ikan telah berubah di Atlantik Timur Laut, memengaruhi masyarakat yang mengandalkan stok ini di seluruh rantai pasokan. Seiring dengan peningkatan pengiriman laut, suhu air yang lebih hangat juga dapat membantu memfasilitasi pembentukan spesies laut invasif, yang menyebabkan stok ikan lokal habis.

Pasar Global, Permintaan Global, Pemanasan Global
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan populasi dan perubahan kebiasaan makan yang mendukung konsumsi daging yang lebih tinggi, permintaan pangan global diperkirakan akan tumbuh hingga 70% dalam beberapa dekade mendatang. Pertanian sudah menjadi salah satu sektor ekonomi dengan dampak lingkungan terbesar. Peningkatan permintaan yang substansial ini tidak mengherankan akan menciptakan tekanan tambahan. Bagaimana kita dapat memenuhi permintaan global yang meningkat ini sementara pada saat yang sama mengurangi dampak produksi dan konsumsi pangan Eropa terhadap lingkungan?

Mengurangi jumlah makanan yang diproduksi bukanlah solusi yang layak. Uni Eropa adalah salah satu produsen makanan terbesar di dunia, menghasilkan sekitar seperdelapan hasil sereal global, dua pertiga anggur dunia, setengah bit gula, dan tiga perempat minyak zaitunnya. Setiap pengurangan bahan pokok kemungkinan besar akan membahayakan ketahanan pangan di Eropa dan di dunia, serta meningkatkan harga pangan global. Ini akan mempersulit banyak kelompok di seluruh dunia untuk mengakses makanan yang terjangkau dan bergizi.

Memproduksi lebih banyak makanan dari tanah yang sudah digunakan untuk pertanian seringkali membutuhkan penggunaan pupuk berbasis nitrogen yang lebih banyak, yang pada gilirannya melepaskan emisi oksida nitrat dan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Pertanian intensif dan penggunaan pupuk juga melepaskan nitrat ke tanah dan badan air. 

Meski tidak terkait langsung dengan perubahan iklim, konsentrasi nutrisi yang tinggi (terutama fosfat dan nitrat) di badan air menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi mendorong pertumbuhan ganggang dan menghabiskan oksigen di dalam air, yang pada gilirannya berdampak parah pada kehidupan akuatik dan kualitas air.

Baik di Eropa maupun di seluruh dunia, memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat dengan menggunakan lebih banyak lahan akan berdampak serius pada lingkungan dan iklim. Daerah yang paling cocok untuk pertanian di Eropa sudah banyak dibudidayakan. Lahan, terutama lahan pertanian yang subur, merupakan sumber daya yang terbatas di Eropa dan di seluruh dunia.


Konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian juga bukan solusi karena proses ini merupakan sumber emisi gas rumah kaca. Serupa dengan banyak perubahan penggunaan lahan lainnya, deforestasi (yang saat ini terjadi terutama di luar Uni Eropa) juga membahayakan keanekaragaman hayati, semakin melemahkan kemampuan alam untuk mengatasi dampak perubahan iklim (seperti menyerap curah hujan yang tinggi).

Tuntutan Bersaing
Jelas bahwa dunia perlu menghasilkan lebih banyak makanan dan sumber daya utama . Pertanian memiliki dampak yang tinggi terhadap lingkungan dan iklim. Selain itu, perubahan iklim memengaruhi dan akan terus memengaruhi berapa banyak makanan yang dapat diproduksi dan di mana.

Siapa yang dapat menghasilkan apa dan di mana merupakan pertanyaan sosio-politik dan kemungkinan akan menjadi lebih kontroversial di masa depan. Persaingan global untuk sumber daya penting ini, terutama dengan dampak perubahan iklim yang tertunda, mendorong negara-negara maju untuk membeli lahan pertanian yang luas di negara-negara kurang berkembang. 

Pembelian tanah dan dampak perubahan iklim seperti itu menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan pangan di negara-negara berkembang khususnya. Ketahanan pangan bukan hanya masalah produksi pangan dalam jumlah yang cukup, tetapi juga memiliki akses terhadap pangan dengan nilai gizi yang cukup.

Masalah yang kompleks ini membutuhkan pendekatan kebijakan yang koheren dan terintegrasi terhadap perubahan iklim, energi, dan ketahanan pangan. Dihadapkan dengan perubahan iklim dan persaingan untuk sumber daya yang langka, seluruh sistem pangan perlu mengubah dirinya sendiri dan menjadi sumber daya yang jauh lebih efisien sambil terus mengurangi dampak lingkungannya, termasuk emisi gas rumah kaca. Kita perlu meningkatkan hasil sekaligus mengurangi ketergantungan kita pada bahan kimia pertanian, mengurangi limbah makanan, dan mengurangi konsumsi makanan intensif sumber daya dan gas rumah kaca seperti daging.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun