Mohon tunggu...
Silvia Fibrianti
Silvia Fibrianti Mohon Tunggu... Hamba Allah SWT

Kuliner dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Dompet dan Layar: Bank Digital dan Perubahan Cara Kita Memaknai Uang

4 Mei 2025   11:57 Diperbarui: 4 Mei 2025   11:57 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda masih ingat kapan terakhir kali menginjakkan kaki ke kantor bank? Atau mencium bau khas mesin antrean dan formulir berkarbon? Kalau sudah lupa, bisa jadi Anda adalah bagian dari revolusi senyap: migrasi dari bank konvensional ke bank digital.

Bank digital seperti Bank Jago, Blu by BCA, Seabank, Digibank by DBS, hingga Neo+ bukan hanya menawarkan kemudahan transaksi, tapi juga sedang menggoyang ulang persepsi kita tentang "bank" itu sendiri. Ini bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal psikologi, filosofi, dan bahkan demokratisasi keuangan.

Apa Itu Bank Digital (Bukan Sekadar Aplikasi)

Bank digital bukan hanya bank yang punya aplikasi. Mereka beroperasi sepenuhnya secara daring, tanpa kantor fisik yang bisa didatangi untuk setor tunai atau mengurus dokumen manual. Berbeda dengan bank konvensional yang sekadar "go digital", bank digital lahir memang untuk dunia online.

Contohnya:

  • Bank Jago memposisikan diri sebagai bank yang "tertanam" dalam aplikasi lain seperti Gojek dan Bibit.
  • Blu by BCA menawarkan sub-akun (bluSaving) layaknya amplop digital.
  • Neo+ dan Seabank agresif dengan bunga tabungan tinggi.
  • Digibank by DBS mengusung tagline "paperless, signature-less, branchless".

Kelebihan Bank Digital: Lebih dari Sekadar Bebas Antrian

  1. Kemudahan dan Kecepatan
    • Buka rekening cukup dari smartphone. Verifikasi pakai e-KTP dan video call.
    • Tidak perlu antre atau isi formulir manual.
  2. Biaya Rendah (Sering Gratis!)
    • Banyak bank digital menawarkan bebas biaya admin, transfer antar bank gratis, bahkan tarik tunai tanpa kartu.
  3. Bunga Tabungan Menarik
    • Seabank dan Neo+ sering memberi bunga >5% p.a jauh di atas bank konvensional.
  4. Fitur Inovatif
    • Bank Jago punya fitur kantong untuk budgeting.
    • Blu punya fitur bluGether untuk patungan online.
  5. Integrasi Ekosistem
    • Banyak yang terhubung langsung dengan e-commerce, dompet digital, dan investasi.

Kekurangan Bank Digital: Tak Semua Cocok untuk Semua

  1. Minim Interaksi Fisik
    • Bagi generasi lebih tua atau nasabah yang butuh konsultasi tatap muka, bank digital bisa terasa asing dan dingin.
  2. Keterbatasan Layanan Tunai
    • Setor uang tunai? Masih harus lewat bank konvensional atau ATM setor tunai tertentu.
  3. Ketergantungan Teknologi
    • Jika aplikasi error, sinyal hilang, atau server down, semua jadi lumpuh.
  4. Keamanan dan Edukasi Digital
    • Banyak masyarakat belum memahami keamanan digital, berisiko klik link phising atau membagikan OTP tanpa sadar.
  5. Kurangnya Fitur Lanjutan
    • Beberapa layanan seperti kredit usaha, pembukaan deposito berjangka khusus, atau joint account masih terbatas.

Bank Digital vs Bank Konvensional: Bersaing atau Berkolaborasi?

Alih-alih mematikan bank konvensional, banyak bank digital justru merupakan anak atau mitra mereka:

  • Blu adalah produk dari BCA Digital.
  • Digibank adalah layanan dari DBS Bank.
  • Bahkan Jago punya hubungan erat dengan ekosistem Gojek-Tokopedia (GoTo).

Yang terjadi adalah sinergi, bukan pemusnahan. Bank digital menjadi pelengkap: menyasar anak muda, freelancer, pelaku UMKM, hingga masyarakat unbanked yang selama ini merasa bank terlalu "berjarak".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun