Mohon tunggu...
Silvia Fibrianti
Silvia Fibrianti Mohon Tunggu... Hamba Allah SWT

Kuliner dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

New World

Ketika Otak Jadi Layanan Berlangganan: Antara Harapan Hidup dan Tagihan Digital

12 April 2025   11:53 Diperbarui: 12 April 2025   11:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Otak terhubung ke Cloud (Sumber: Canva)

Bayangkan kamu sedang sakit parah, tumor otak, bukan flu biasa. Harapan sudah tipis, lalu muncul tawaran ajaib: ganti bagian otak dengan versi digital yang terkoneksi ke cloud.
Kedengarannya seperti keajaiban, bukan?

Itulah yang terjadi pada Amanda dalam Common People, salah satu episode paling mencubit dari Black Mirror Season 7, tapi seperti biasa, kalau ada teknologi supercanggih di dunia Black Mirror, pasti ada sisi gelapnya. Kali ini, gelapnya datang dari sesuatu yang sangat akrab buat kita, yaitu berlangganan.

Teknologi yang Menyelamatkan, Tapi Juga Mengikat

Rivermind, perusahaan fiksi dalam cerita ini, menawarkan sistem otak digital yang bisa memperpanjang hidup. Sistem ini butuh langganan rutin agar bisa terus berjalan. Ada Rivermind Basic, Plus, dan Lux. Makin tinggi tier-nya, makin optimal fungsi otaknya. Tapi kalau tidak bayar? Ya fungsi otak bisa terganggu. Bahkan nyawa jadi taruhannya. Kedengarannya ekstrem? Memang. Tapi jangan salah, dunia nyata nggak jauh-jauh amat dari situ.

Dunia Nyata: Saat Tubuh Manusia Mulai Terhubung ke Cloud

Teknologi yang mirip dengan Rivermind sebenarnya sedang dikembangkan. Contohnya:

  • Neuralink (perusahaan milik Elon Musk) sudah berhasil menanamkan chip di otak manusia pertama. Tujuannya? Membantu penderita kelumpuhan bisa mengontrol komputer lewat pikiran.
  • Synchron, startup asal AS, juga mengembangkan implan otak yang bisa membaca sinyal saraf untuk kontrol digital.
  • BCI (Brain-Computer Interface) semakin banyak diteliti, bahkan oleh militer, untuk komunikasi langsung dari otak ke mesin.

Masalahnya, teknologi ini dikembangkan oleh perusahaan swasta dan seperti layanan digital lain, bisa jadi nantinya mereka akan menjual "fitur" tambahan, pembaruan sistem, bahkan paket premium persis seperti dalam episode Common People.

Bayangkan otakmu butuh "update" software agar kamu bisa tetap ingat nama anakmu, tapi update itu hanya tersedia untuk pelanggan Rivermind Lux.

Kapitalisme Otak: Subscription Life yang Kebablasan

Hari ini, kita sudah hidup di dunia serba langganan:

  • Lagu? Spotify.
  • Film? Netflix.
  • Software? Adobe Creative Cloud.
  • Bahkan mobil pun sekarang ada fitur yang dikunci kecuali kita bayar tiap bulan (contohnya BMW yang pernah menawarkan kursi hangat dengan subscription).

Sekarang bayangkan kalau tubuh kita pun ikut-ikutan: "Aktifkan penglihatan malam Anda dengan paket Pro. Klik di sini untuk upgrade."

Itulah ironi dan kritik sosial dalam Common People. Kita terlalu percaya pada teknologi sampai lupa bahwa kendali ada di tangan mereka yang memegang sistemnya dan sistem itu butuh cuan.

Apa Artinya Buat Kita?

Cerita Amanda memang fiksi. Tapi tren yang mengarah ke sana sudah mulai nyata. Pertanyaan etis dan sosial mulai bermunculan:

  • Siapa yang mengendalikan tubuh jika fungsi vital dikendalikan perusahaan?
  • Apakah orang miskin akan tetap bisa "hidup penuh" kalau tidak mampu bayar langganan tubuhnya?
  • Apakah kita siap menyerahkan kontrol otak kita demi perpanjangan umur?

Di Dunia Serba Cloud, Jangan Lupa Simpan Diri Sendiri di Lokal

Common People adalah pengingat bahwa di balik kemajuan teknologi medis, ada konsekuensi sosial dan ekonomi yang besar. Kita bisa diselamatkan oleh chip otak, tapi apakah kita masih manusia bebas, atau cuma pelanggan dengan kontrak seumur hidup?

Teknologi memang menyelamatkan. Tapi ia juga bisa mencuri, pelan-pelan. Maka, seperti kata pepatah modern:

Kalau kamu nggak bayar untuk produknya, mungkin kamu lah produknya.
Kalau kamu sudah bayar pun belum tentu kamu punya kendali penuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun